Kunjungan wisatawan ke museum-museum di Paris sudah mulai menggeliat pascapandemi Covid-19 mereda. Namun, dampak akibat pukulan pandemi belum sepenuhnya pulih.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·3 menit baca
PARIS, SENIN — Jumlah kunjungan di beberapa museum di Paris, Perancis, mulai meningkat pascapandemi Covid-19. Namun, mereka belum pulih sepenuhnya dari hantaman pandemi.
Hingga saat ini, museum-museum besar di Paris masih berjuang untuk mendapatkan kembali jumlah pengunjung seperti sebelum pandemi Covid-19. Faktanya, sekarang jumlah pengunjung museum dari Asia masih sangat sedikit.
Louvre merupakan museum di Paris yang paling ramai dikunjungi di dunia. Tahun lalu, jumlah pengunjung di museum ini baru mencapai 7,8 juta orang, meningkat 170 persen dibandingkan tahun 2021. Meski demikian, jumlah ini masih turun 19 persen dibandingkan 2019 ketika Covid-19 belum menggila.
Presiden Museum Louvre Laurence des Cars, pekan lalu, mengatakan, jumlah pengunjung tersebut merupakan potensi luar biasa mengingat 60 persen pengunjung baru pertama kali datang ke Louvre dan 45 persen di antaranya berusia di bawah 25 tahun.
Hampir seperlima pengunjung Louvre datang dari Amerika Serikat. Selain itu, pengunjung dari Eropa Barat juga meningkat meskipun pembatasan perjalanan terus berlanjut di paruh pertama tahun ini.
Namun, ketidakhadiran wisatawan dari China masih terus berlanjut. Pada tahun 2019, turis dari China memberikan kontribusi 8 persen dari seluruh pengunjung di Louvre. Absennya wisatawan dari China di Paris sangat terasa.
Sementara itu, di Istana Versailles di mana sekitar tiga perempat pengunjungnya adalah orang asing, jumlah kunjungannya juga masih turun 16 persen dibandingkan sebelum pandemi.
Pada pertengahan tahun 2022, tercatat peningkatan angka kunjungan berkat pertunjukan blockbuster, seperti retrospektif Edvard Munch yang menarik rekor kunjungan sebanyak 600.000 orang untuk Museum Orsay. Meski demikian, jumlahnya secara keseluruhan turun 10 persen pada 2019.
Selain museum, beberapa situs, seperti Biara Mont-Saint-Michel dan Arc de Triomphe, juga berhasil meningkat kembali ke angka pra-pandemi, menurut pihak berwenang.
Museum seni kontemporer Pompidou bahkan mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2019 untuk koleksi permanennya, dari 1,4 pengunjung juga menjadi 1,5 juta pengunjung. Sebagian besar peningkatan berkat para pencinta seni lokal yang berbondong-bondong datang kembali ke museum tersebut.
Dijarah Rusia
Sementara itu, akhir tahun lalu Museum Regional Kherson di Ukraina Selatan diduga dijarah para tentara Rusia. Lemari-lemari pamer museum tersebut hancur dan rak-rak museum tersebut kosong.
”Saya sangat terkejut melihat peristiwa menakutkan itu, bagaimana tentara bisa begitu kejam terhadap museum,” kata Pejabat Direktur Museum Regional Kherson Goncharova.
Selain Museum Regional Kherson, tempat-tempat lain yang mengalami penjarahan adalah Katedral St Chaterine dan Arsip Nasional Wilayah Kherson. ”Penduduk Kherson telah mengalami penyiksaan selama berbulan-bulan dan pelanggaran lainnya selama pendudukan Rusia, dan kemudian menyaksikan warisan budaya dan sejarah mereka dikemas dan dibawa pergi,” kata Belkis Wille, Direktur Asosiasi Krisis dan Konflik Human Right Watch.
Menurut Wille, rakyat Ukraina berhak mendapatkan kembali semua benda yang dicuri, dan keadilan atas pencurian museum mereka. Museum Regional Kherson menampung sekitar 180.000 koleksi sebelum invasi Rusia pada bulan Februari 2022.
Pada tahun 2019, turis dari China memberikan kontribusi 8 persen dari seluruh pengunjung di Louvre. Absennya wisatawan dari China di Paris sangat terasa.
Jaksa Ukraina mencurigai pendahulunya, Tetiana Bratchenko, telah bekerja sama dengan pasukan Moskwa. Dia diduga telah melarikan diri ke Rusia ketika pasukan Ukraina mendekati kota itu.
Pada Oktober 2022, sekitar 70 orang mendatangi museum itu ketika tentara Rusia berjaga-jaga. Mereka mengangkut koleksi-koleksi museum dengan tiga truk.
Kelompok Human Right Watch mengidentifikasi setidaknya 450 obyek koleksi hilang dari label etalase kaca museum, antara lain emas Scythian, perak, medali kekaisaran Rusia, dan koin. Benda lain yang hilang termasuk lukisan, furnitur, dan seragam militer Soviet.
Media Ukraina telah melaporkan bahwa barang-barang yang dijarah sejak itu muncul kembali dan dipajang di Krimea, semenanjung Laut Hitam yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014. (AFP)