Setengah Gletser Dunia Diperkirakan Hilang pada 2100
Hasil proyeksi terbaru menunjukkan sebanyak 41 persen atau hampir setengah dari gletser yang ada di dunia diperkirakan akan hilang pada tahun 2100 akibat dampak dari perubahan iklim.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para ilmuwan telah membuat proyeksi baru kehilangan massa gletser sepanjang abad di bawah skenario emisi yang berbeda. Hasilnya, sebanyak 41 persen atau hampir setengah dari gletser yang ada di dunia diperkirakan akan hilang pada tahun 2100.
Proyeksi terkait kehilangan massa gletser ini dilakukan oleh para ilmuwan yang dipimpin asisten profesor David Rounce dari Teknik Sipil dan Lingkungan, Carnegie Mellon University, Amerika Serikat. Proyeksi ini digabungkan ke dalam skenario perubahan suhu global untuk mendukung upaya adaptasi dan mitigasi sesuai hasil kesepakatan dalam Konferensi Para Pihak ke-27 tentang Perubahan Iklim (COP 27) di Mesir tahun lalu.
Merujuk keterangan di situs resmi Carnegia Mellon University, Sabtu (7/1/2023), hasil proyeksi para ilmuwan ini menunjukkan bahwa dunia bisa kehilangan sebanyak 41 persen dari total massa gletser abad ini. Kehilangan ini bisa turun hingga mencapai 26 persen bergantung pada upaya mitigasi perubahan iklim yang dilakukan saat ini.
Kami berharap proyeksi ini akan memacu pembuat kebijakan iklim untuk mengubah target perubahan suhu di atas 2,7 derajat celsius yang diproyeksikan akan dicapai oleh janji dari COP26 lalu.
Secara khusus, lebih dari 40 persen massa glasial yang akan hilang dalam satu abad ini dapat terjadi dengan skenario masa depan terkait investasi berkelanjutan dalam bahan bakar fosil. Bahkan, dalam proyeksi terbaik sesuai skenario rendah emisi, massa gletser diperkirakan akan tetap hilang hingga lebih dari 25 persen.
David dan timnya mencatat, sebagian besar gletser yang hilang ini berukuran kecil atau kurang dari satu kilometer persegi menurut standar glasial. Namun, kehilangan ini tetap akan berdampak negatif terhadap hidrologi lokal, pariwisata, nilai budaya, hingga bahaya lainnya.
Selain itu, gletser juga merespons perubahan iklim membutuhkan waktu lama. Upaya penurunan emisi hari saat ini tidak akan menghilangkan gas rumah kaca yang dipancarkan sebelumnya. Dengan kata lain, penghentian total emisi masih membutuhkan waktu antara 30 dan 100 tahun untuk tercermin dalam tingkat kehilangan massa gletser.
Menurut David, hasil proyeksi ini memberikan konteks yang lebih baik untuk pemodelan gletser regional. Selama ini memang sudah banyak kajian tentang proses gletser kehilangan massa. Sementara studi ini menjelaskan proses kehilangan gletser dari berbagai permodelan termasuk air pasang surut dan gletser yang tertutup puing-puing.
Model ini juga dikalibrasi dengan jumlah data yang belum pernah ada sebelumnya, termasuk pengamatan perubahan massa individu untuk setiap gletser. Model ini memberikan gambaran perubahan massa gletser yang lebih lengkap dan terperinci.
Dalam melakukan analisis permodelan ini, penggunaan komputer berspesifikasi tinggi pun sangat penting untuk mendukung penerapan metode kalibrasi canggih dan ansambel besar skenario emisi yang berbeda.
David berharap, hasil kajiannya ini dapat memberikan gambaran penting bagi setiap negara dalam upaya mengatasi perubahan iklim. ”Kami berharap proyeksi ini akan memacu pembuat kebijakan iklim untuk mengubah target perubahan suhu di atas 2,7 derajat celsius yang diproyeksikan akan dicapai oleh janji dari COP26 lalu,” tuturnya.
David menekankan bahwa target dalam mengatasi perubahan iklim sangat penting karena kawasan gletser yang lebih kecil seperti Eropa Tengah, Kanada Barat, dan Amerika Serikat akan sangat terpengaruh oleh kenaikan suhu lebih dari 2 derajat celsius. Sementara pada kenaikan suhu di atas 3 derajat celsius, seluruh gletser di kawasan ini diperkirakan akan menghilang.
Laporan terbaru lainnya dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) juga menyebutkan sepertiga gletser yang termasuk dalam situs Warisan Dunia akan menghilang pada 2050 karena dampak perubahan iklim. Salah satu gletser yang diperkirakan akan hilang tersebut yakni gletser di puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania.
”Laporan ini adalah sebuah ajakan bersama untuk bertindak. Hanya upaya penurunan emisi secara cepat yang dapat menyelamatkan gletser dan keanekaragaman hayati luar biasa ini dari kehilangan,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.