Pulih Lebih Cepat dengan Persalinan Caesar Metode ERACS
Metode ERACS bisa menjadi pilihan dalam tata laksana persalinan caesar. Metode ini dinilai minim rasa nyeri serta mempercepat pemulihan pascaoperasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Kabar gembira datang dari mantan bintang cilik Tasya Kamila. Anak keduanya telah lahir dalam kondisi sehat pada Minggu (1/1/2023) melalui persalinan caesar. Tasya pun sempat mengunggah metode persalinan yang dilakukannya pada akun Instagram miliknya.
Hal tersebut sempat menjadi pembicaraan di media sosial. Pasalnya, metode persalinan yang dilakukannya masih terbilang baru, yakni persalinan caesar dengan metode ERACS. Metode tersebut dinilai lebih nyaman dan memberikan masa pulih yang lebih cepat pascaoperasi.
Mengenal metode persalinan ERACS
Metode ERACS atau Enhanced Recovery After Caesarean Surgery dalam persalinan caesar memang terbilang baru di Indonesia. Belum banyak rumah sakit yang menyediakan layanan persalinan tersebut.
Staf pengajar Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Susilo Chandra, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (6/1/2023), menuturkan, metode ERACS sebenarnya mulai diperkenalkan pada 2019. Namun, mengingat metode tersebut masih baru, belum banyak tenaga kesehatan yang tertarik melakukannya.
Namun, setelah sosialisasi lebih luas, penerapan metode ERACS mulai berkembang di Indonesia. Sejumlah pasien juga mulai mengenal metode tersebut. Bahkan, tidak jarang pasien yang bertanya atau meminta untuk menggunakan metode ERACS jika persalinannya dilakukan dengan tindakan caesar.
”Metode ini tidak banyak berbeda dengan operasi caesar pada umumnya, tetapi sesuai namanya, dengan ERACS kita berharap recovery (pemulihan)-nya bisa lebih cepat dan baik bagi pasien,” tutur Susilo.
Menurut dia, implementasi metode ERACS membutuhkan kerja sama multidisplin yang baik, mulai dari pasien, dokter kandungan, dokter anestesi, dokter anak, ahli gizi, dokter rehabilitasi medik, perawat, hingga bidan. Selain itu, peran pimpinan rumah sakit juga amat penting untuk memimpin dan memonitor pelaksanaan metode tersebut.
Metode ini tidak banyak berbeda dengan operasi caesar pada umumnya, tetapi sesuai namanya, dengan ERACS kita berharap recovery (pemulihan)-nya bisa lebih cepat dan baik bagi pasien.
Artikel ilmiah di jurnal American Journal of Obstetrics and Gynecology yang terbit pada Agustus 2019 menyebutkan, metode ERACS perlu diimplementasikan secara lebih luas. Pemulihan yang lebih singkat dengan kenyamanan yang lebih baik dalam persalinan dapat membantu ibu melewati masa pascaoperasi sekaligus masa nifas. Metode ini pun dapat membantu seorang ibu untuk kembali menjalankan fungsi fisiologisnya sehingga persalinan tidak menjadi pengalaman yang memberatkan.
Pada metode persalinan ERACS, obat antiinflamasi nonsteroid dan obat pereda nyeri diberikan secara terjadwal. Pemantauan dilakukan secara komprehensif sejak persiapan persalinan hingga proses persalinan dilakukan. Pemantauan dan evaluasi pun menjadi bagian penting dari metode ini.
”Dalam preferensi saya, obat nyeri pada tulang belakang saat operasi pun diberikan dalam dosis kecil. Ini dilakukan agar otot-otot bisa cepat pulih,” ucap Susilo.
Kenyamanan metode persalinan ERACS
Beberapa perbedaan metode persalinan ERACS dengan operasi konvensional, antara lain, waktu puasa, rasa nyeri pascaoperasi, dan masa pemulihan. Pada operasi caesar konvensional, ibu hamil umumnya diwajibkan untuk berpuasa setidaknya delapan jam sebelum operasi.
Sementara pada metode ERACS, ibu hamil masih diperbolehkan mengonsumsi makanan ringan enam jam sebelum operasi. Bahkan, dua jam sebelum operasi, ibu hamil dapat minum, kecuali susu. Dua jam sebelum operasi pun, ibu akan diberikan karbohidrat yang dibuat dengan dosis khusus. Dengan begitu, ibu relatif tidak merasa lemas selama proses operasi dan pascaoperasi.
Pembeda lain yang juga bisa dirasakan ibu yang menjalani metode ERACS ialah pemulihan pascaoperasi yang lebih cepat. Dengan dosis pereda nyeri yang disesuaikan, risiko ibu mengalami mual, muntah, dan kelelahan bisa dikurangi. Ibu pun bisa lebih cepat bergerak dan bangun dari tempat tidur sehingga inisiasi menyusu dini dan pelekatan atau skin-to-skin dengan bayi bisa lebih cepat dilakukan.
Dihubungi terpisah, Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Ari Kusuma Januarto menyampaikan, metode ERACS bisa menjadi pilihan bagi ibu hamil yang harus menjalani persalinan caesar. Akan tetapi, pemeriksaan sebelum persalinan perlu dilakukan dengan baik untuk melihat kondisi kesehatan ibu.
Metode ERACS dapat dilakukan pada ibu hamil dengan kondisi yang baik tanpa penyulit, seperti tidak ada preeklamsia, darah tinggi, kegemukan yang berlebihan, serta anemia. Untuk itu, persalinan dengan metode ERACS sebaiknya direncanakan terlebih dahulu.
Ari juga mengatakan, sekalipun metode ERACS dinilai lebih nyaman dilakukan pada ibu yang akan menjalani persalinan caesar, itu tidak berarti sama sekali tidak menimbulkan nyeri dalam pemulihan. Pada kondisi tertentu, ibu masih bisa mengalami nyeri, mual, dan muntah. Itu bergantung pada kondisi setiap ibu. Namun, risiko tersebut bisa berkurang dibandingkan dengan metode konvensional.
”Namun, perlu disampaikan bahwa persalinan yang lebih baik tetap dengan persalinan normal. Dalam melakukan sectio caesarea harus sesuai dengan indikasi dokter,” kata Ari.