Surabaya Berharap Status Endemi Tercapai Agustus 2023
Surabaya berharap pencabutan PPKM tak membuat longgar kedisiplinan masyarakat terkait protokol kesehatan dan mengakses vaksinasi di masa transisi dari pandemi menuju endemi Covid-19 yang diharapkan terwujud Agustus 2023.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berharap status pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019) berubah menjadi endemi pada Agustus 2023. Saat ini dalam masa transisi dari pandemi menuju endemi. Agar masa transisi lancar, masyarakat diminta tetap menerapkan protokol kesehatan, mengakses vaksinasi, serta menjaga kesehatan dan kebersihan.
”Saat ini masih dalam masa transisi sehingga jika status endemi ingin dicapai, perlu dukungan masyarakat untuk tetap (menjalankan) protokol kesehatan dan mengakses vaksinasi,” kata Eri di Surabaya, Rabu (4/1/2023).
Dalam masa transisi, warga yang terjangkit Covid-19 tentu masih ada, tetapi secara kuantitas tidak signifikan dan kian terhindari dampak fatal atau potensi kematian yang dialami oleh pasien.
Eri melanjutkan, indikator penting bahwa Indonesia, termasuk Surabaya, berada dalam masa transisi ialah pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh Presiden Joko Widodo.
Saat ini masih dalam masa transisi sehingga jika status endemi ingin dicapai, perlu dukungan masyarakat untuk tetap (menjalankan) protokol kesehatan dan mengakses vaksinasi. (Eri Cahyadi)
Di ”Bumi Pahlawan”, julukan Surabaya, dengan penduduk sekitar 3 juta jiwa, kebijakan tersebut ditindaklanjuti secara serupa oleh wali kota.
”Dengan pencabutan PPKM, aktivitas sosial, termasuk yang melibatkan banyak orang, tidak lagi memerlukan asesmen atau penilaian dan persetujuan satuan tugas Covid-19,” ujar Eri.
Meski begitu, satgas masih dipertahankan untuk pengawasan dan penguatan penerapan protokol kesehatan dalam aktivitas sosial masyarakat.
Kesadaran warga
Untuk itu, kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga prokes menjadi penting. Yang terutama, bermasker saat berkegiatan di ruang publik dengan keramaian dan atau di tempat kerja, rutin mencuci tangan atau menjaga kebersihan diri, serta menjaga jarak dengan orang lain, terutama yang sakit, untuk pencegahan.
Selain itu, pemerintah mendorong masyarakat mengakses vaksinasi yang saat ini sudah dalam pemberian dosis ketiga dan keempat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina menjelaskan, kasus Covid-19 masih ada dan terlihat dari data terkini bahwa ada 74 pasien yang masih dalam penanganan di rumah sakit atau isolasi mandiri. Jumlah itu tidak bertambah dibandingkan dengan kemarin atau Selasa (3/1/2023).
Nanik melanjutkan, pemerintah masih mengupayakan perluasan dan percepatan vaksinasi demi kekebalan kelompok yang lebih baik. Dosis pertama sudah diberikan kepada 2,74 juta jiwa atau 123 persen dari sasaran. Dosis kedua telah diberikan kepada 2,43 juta jiwa atau 110 persen dari sasaran. Pemberian dosis ketiga atau penguat baru mencakup 59 persen dari sasaran atau 1,3 juta jiwa.
”Cakupan dosis ketiga atau penguat sebenarnya sudah di atas target pemerintah yang 50 persen, tetapi kami memandang belum cukup sehingga perlu digiatkan lagi,” kata Nanik.
Dorongan agar masyarakat kembali mengakses vaksinasi, terutama bagi yang belum menerima dosis ketiga, terus ditempuh, antara lain meminta pengurus RT dan RW mendata dan tidak jemu mengingatkan warga untuk menyelesaikan proses vaksinasi.
Gerai-gerai layanan vaksinasi, terutama di puskesmas atau kelurahan dan kecamatan, di Surabaya tidak dikurangi. Tempat-tempat itu tetap terus melayani pemberian vaksinasi dosis ketiga kepada masyarakat.
Di sisi lain, sejumlah ruang publik, termasuk pusat belanja yang selama pandemi menyelenggarakan vaksinasi, juga diminta tidak mengurangi layanan tersebut.