Alumni Perguruan Tinggi Potensial Kawal Indonesia Emas 2045
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, perlu ada kerja sama yang baik antar semua pihak dalam peningkatan sumber daya manusia dengan pendidikan. Alumni perguruan tinggi punya peran penting di dalamnya.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Lulusan perguruan tinggi dinilai mencerminkan individu yang berkualitas. Karena itulah, himpunan alumni perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Ketua Presidium Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) Akhmad Muqowam, mengatakan, diperlukan peran serta alumni perguruan tinggi untuk menciptakan Indonesia emas di 2045 nanti. Apalagi, banyak alumni perguruan tinggi yang memegang jabatan di pemerintahan pusat dan daerah.
“Perannya besar sekali. Menuju 2045 perlu sosialisasi dan pembangunan sumber daya manusia (secara) bertahap. Di situlah peran nyata kami (alumni perguruan tinggi), dalam isu strategis Nasional” kata Akhmad yang juga Ketua Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA UNDIP) tahun 2017-2022 pada acara Refleksi Akhir Tahun Dewan Pengurus Pusat (DPP) IKA UNDIP, Kamis (29/12/2022) di Menteng, Jakarta Pusat
Menurut dia, Himpuni dengan jumlah 43 perguruan tinggi di seluruh Indonesia sebenarnya dapat melakukan aksi-aksi nyata yang dapat dirasakan masyarakat.
Senada dengan Akhmad, Ketua Umum IKA UNDIP periode 2022 sampai 2027 Abdul Kadir Karding mengatakan, guna mewujudkan Indonesia Emas 2045, perlu ada kerja sama yang baik antar semua pihak dalam peningkatan sumber daya manusia dengan pendidikan.
“Kami (IKA UNDIP) mengajak seluruh organisasi alumni perguruan tinggi di Indonesia untuk bersatu menyamakan visi yang bermuara pada solusi bangsa,” kata Abdul. Dalam acara itu juga, IKA UNDIP memberikan rekomendasi mengenai isu-isu strategis nasional.
Terkait dengan isu Indonesia Emas 2045, IKA UNDIP merekomendasikan perlunya peningkatan riset dan pengembangan di Indonesia. Selain itu, penting pula peningkatan kemampuan sumber daya manusia Indonesia yang sesuai kualifikasi dan kompetensi.
“Tantangan lainnya adalah rendahnya skor Human Development Index Indonesia yang saat ini baru mencapai 0,705 dari target minimum 0,8. Maka kerja sama untuk mengejar ketertinggalan harus dilakukan,” kata Abdul.
Dia menambahkan, konsep baik Indonesia Emas 2045 harus terus dikawal. Sebab, seringnya pergantian kepemimpinan akan turut mengubah visi dan misi ke depan. Menurutnya, masyarakat Indonesia, terlebih pejabat harus mencoba terbiasa mempertahankan serta melanjutkan kebijakan yang baik.
Ketua Pengarah Musyawarah ke-10 IKA UNDIP Mangara Pardede mengatakan, pendataan kepada alumni lulusan universitas juga diperlukan. Menurutnya, jejaring yang kuat akan menciptakan komunitas intelektual yang dapat berbicara di forum nasional dan internasional.
"Alumni di UNDIP yang terdata saat ini baru 300.000 (orang), saat ini data keseluruhan belum terjaring," kata Mangara.
Tren meningkat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 10,61 persen pemuda di Indonesia yang telah menamatkan perguruan tinggi pada 2021. Angkanya meningkat 0,25 persen poin dari tahun sebelumnya sebesar 10,36 persen.
BPS juga melaporkan, proporsi pekerja lulusan universitas di Indonesia mengalami tren yang cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir. Pada Agustus 2017, ada 9,35 persen pekerja di Indonesia yang merupakan lulusan universitas.
Proporsi pekerja di Indonesia yang lulus universitas meningkat menjadi 9,4 persen pada Agustus 2018 dan 9,7 persen pada Agustus 2019. Namun, persentase ini menurun menjadi 9,63 persen pada Agustus 2020 setelah pandemi Covid-19 mendera Indonesia.
Namun, proporsi pekerja lulusan universitas kembali meningkat menjadi 10,18 persen pada Agustus 2021. Angka ini setara dengan 13,34 juta pekerja di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 10,61 persen pemuda di Indonesia yang telah menamatkan perguruan tinggi pada 2021.
Meski mengalami peningkatan, jumlah tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan pekerja tamatan pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK. Tercatat, jumlah pekerja lulusan SD ke bawah sebanyak 49,39 juta atau 37,69 persen.
Sebanyak 23,28 juta pekerja atau 17,76 persen merupakan lulusan SMP. Kemudian, 24,72 juta pekerja atau 18,87 persen merupakan lulusan SMA. Pekerja yang merupakan lulusan SMK sebanyak 16,86 juta orang atau 12,86 persen. Sedangkan, pekerja lulusan Diploma I, II, dan III hanya 3,46 juta orang atau 2,64 persen.