Gerakan Spontan Bayi Bantu Perkembangan Sistem Sensorimotor
Bayi yang baru lahir atau berusia beberapa bulan kerap melakukan gerakan spontan dan acak, seperti menendang dan bergoyang. Hasil penelitian menunjukkan, gerakan tersebut membantu perkembangan sistem sensorimotor bayi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bayi yang baru lahir atau berusia beberapa bulan kerap melakukan gerakan spontan dan acak, seperti menendang dan bergoyang. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa gerakan spontan dan acak dari bayi tersebut merupakan proses untuk membantu perkembangan sistem sensorimotor mereka.
Penelitian tentang sistem sensorimotor dalam perkembangan kehidupan bayi ini dilakukan oleh para peneliti yang dipimpin University of Tokyo, Jepang. Laporan lengkap penelitian ini telah terbit di jurnal Prosiding National Academy of Sciences, 27 Desember 2022.
Hoshinori Kanazawa dari Graduate School of Information Science and Technology, yang juga terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, sampai kini pengetahuan tentang proses menggerakkan tubuh pada bayi masih terbatas. Penelitian sebelumnya dalam pengembangan sensorimotor juga baru berfokus pada sifat kinematik, yakni aktivitas otot yang menyebabkangerakan pada sendi atau bagian tubuh.
”Penelitian kami berfokus pada aktivitas otot dan sinyal masukan sensorik untuk seluruh tubuh. Dengan menggabungkan model muskuloskeletal dan metode ilmu saraf, kami menemukan bahwa gerakan spontanberkontribusi pada perkembangan sensorimotor yang terkoordinasi,” ujarnya dikutip dari situs resmi University of Tokyo, Kamis (29/12/2022).
Dalam studi ini, para peneliti merekam gerakan mendetail pada bayi yang baru lahir dan berusia beberapa bulan. Perekaman ini digabungkan dengan model komputer muskuloskeletal untuk memungkinkan peneliti menganalisis komunikasi antara otot dan sensasi di seluruh tubuh.
Pola interaksi otot
Para peneliti kemudian menemukan pola interaksi otot yang berkembang berdasarkan perilaku eksplorasi acak bayi. Pola interaksi inilah yang nantinya akan memungkinkan bayi untuk melakukan gerakan berurutansesuai dengan perkembangannya.
Dengan menggabungkan model muskuloskeletal dan metode ilmu saraf, kami menemukan bahwa gerakan spontan berkontribusi pada perkembangan sensorimotor yang terkoordinasi.
Secara rinci, tim peneliti gerakan sendi dari 12 bayi sehat yang baru lahir berumur kurang dari 10 hari dan 10 bayi berusia sekitar 3 bulan menggunakan teknologi penangkapan gerak. Selanjutnya, mereka memperkirakan aktivitas otot bayi dan sinyal input sensorik dengan bantuan model komputer muskuloskeletal skala seluruh tubuh yang telah mereka buat.
Langkah terakhir yang dilakukan peneliti ialah menggunakan algoritma komputer untuk menganalisis fitur spatiotemporal (ruang dan waktu) dari interaksi antara sinyal masukan dan aktivitas otot.
”Kami terkejut bahwa selama gerakan spontan tersebut, bayi seolah bergerak secara bebas dan mereka melakukan berbagai interaksi sensorimotor. Kami menamakan fenomena ini sebagai pengembaraan sensorimotor,” ucap Kanazawa.
Menurut Kanazawa, perkembangan sistem sensorimotor umumnya bergantung pada terjadinya interaksi secara berulang. Artinya, semakin banyak seseorang melakukan tindakan yang sama,semakin besar kemungkinan untuk belajar dan mengingatnya.
Meski demikian, hasil studi ini menunjukkan bahwa bayi mengembangkan sensorimotor mereka sendiri. Sistem ini dibangun berdasarkan perilaku eksplorasi atau keingintahuan.
Pada akhirnya, dari sistem yang dibangun ini, bayi terus mengulangi tindakan yang sama sekaligus tindakan berbeda lainnya. Selain itu, temuan dari studi ini juga memberikan hubungan konseptual antara gerakan awal dan aktivitas saraf secara spontan.
Yasunori Yamada, peneliti lain yang juga terlibat dalam studi ini mengatakan, ke depan, tim peneliti ingin menganalisis tentang pengembaraan sensorimotor ini dalam memengaruhi perkembangan bayi selanjutnya. Perkembangan ini seperti berjalan dan menjangkau serta perilaku yang lebih kompleks ataupun fungsi kognitif yang lebih tinggi.