Peneliti Kembangkan Terapi Bakteri Baru untuk Pengobatan Kanker Paru
Para peneliti dari Columbia University mengembangkan pengobatan yang lebih efektif untuk kanker paru. Pengobatan ini mengombinasikan terapi bakteri dengan pengobatan lainnya yang sudah banyak tersedia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan di dunia. Akan tetapi, sampai sekarang tidak banyak tersedia terapi yang efektif untuk mengobati kanker ini. Oleh karena itu, para peneliti dari Columbia University mengembangkan strategi untuk menggabungkan terapi bakteri dengan obat-obatan farmasi yang tersedia saat ini.
Terapi bakteri disebut sebagai pengobatan yang cukup menjanjikan untuk kanker paru. Terapi ini sebenarnya sudah berkembang pesat dan telah melalui serangkaian percobaan di laboratorium uji klinis dalam lima tahun terakhir.
Para peneliti dari Columbia University School of Engineering and Applied Science, Amerika Serikat, kemudian mengembangkan pengobatan yang lebih efektif untuk kanker paru. Pengobatan ini ialah mengombinasikan terapi bakteri dengan pengobatan lain.
Dalam laporan yang diterbitkan di Nature Scientific Reports pada 13 Desember 2022, disebutkan bahwa kombinasi terapi ini bertujuan meningkatkan kemanjuran pengobatan tanpa toksisitas tambahan. Pendekatan baru ini dapat mengarakterisasi terapi bakteri dan berhasil mengintegrasikannya dengan terapi target yang ada saat ini.
Terapi bakteri disebut sebagai pengobatan yang cukup menjanjikan untuk kanker paru. Terapi ini sebenarnya sudah berkembang pesat dan telah melalui serangkaian percobaan di laboratorium uji klinis dalam lima tahun terakhir.
”Kami membayangkan perluasan saluran yang cepat dan selektif guna meningkatkan kemanjuran dan keamanan pengobatan untuk tumor padat,” kata penulis pertama studi ini, Dhuba Deb, dikutip dari situs resmi Columbia Engineering, Rabu (28/12/2022).
Dalam studi ini, tim peneliti menggunakan pengurutan asam ribonukleat (RNA) untuk menemukan penyebab sel kanker merespons bakteri pada tingkat seluler dan molekuler. Mereka kemudian membangun hipotesis terkait dengan jalur molekuler sel kanker yang membantu sel menjadi resisten terhadap terapi bakteri.
Guna menguji hipotesis mereka, para peneliti memblokir jalur ini dengan obat kanker yang banyak tersedia sekarang untuk menunjukkan bahwa penggabungan obat dengan racun bakteri lebih efektif dalam menghilangkan sel kanker paru. Mereka memvalidasi kombinasi terapi bakteri dengan AKT-inhibitorssebagai contoh pada tikus sebagai pemodelan.
Selama bertahun-tahun, Deb telah mempelajari efek racun bakteri pada kanker paru di laboratorium Profesor Tal Danino di Biomedical Engineering. Ia pun berharap strategi pengobatan kanker paru ini dapat dikembangkan lebih lanjut ke depan.
Deb berencana memperluas strategi pengobatan ini ke studi yang lebih besar dalam model praklinis kanker paru yang sulit diobati. Namun, ia juga perlu berkolaborasi dengan dokter lainnya untuk mendorong terjemahan klinis.
Direktur eksekutif penelitiandari LUNGevity Foundation, Upal Basu Roy mengatakan, penelitian terkait kombinasi terapi baru ini menggambarkan jalur pengembangan obat yang menarik yang belum pernah dikembangkan sebelumnya pada kanker paru. Apalagi, peneliti mengggunakan racun yang berasal dari bakteri.
“Data praklinis yang disajikan dalam manuskrip memberikan alasan kuat untuk melanjutkan penelitian di bidang ini sehingga dapat membuka kemungkinan pilihan pengobatan baru untuk pasien yang didiagnosis menderita penyakit mematikan ini,” ungkapnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, angka kematian akibat kanker di dunia pada 2018 mencapai 9,55 juta jiwa. Kanker paru menempati posisi pertama yang menyebabkan dengan jumlah 2 juta kematian, disusul kanker payudara (2 juta), dan kolorektal (1,8 juta).