Pemilihan Lokasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum agar Lebih Strategis
PLN dapat pertimbangkan kemitraan strategis dengan para pengembang perumahan dalam memilih lokasi stasiun pengisian kendaraan listrik umum agar pemanfaatannya optimal.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fasilitas pendukung untuk menunjang operasional kendaraan listrik belum menarik banyak pengguna. Beberapa stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU cenderung sepi, tetapi di SPKLU pusat perbelanjaan terlihat ramai. Pemilihan lokasi perlu diperhatikan agar SPKLU lebih optimal.
Hal itu setidaknya terlihat di SPKLU Tebet, Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022). Sejak pukul 15.00 sampai pukul 16.00 tidak ada kendaraan listrik yang mengisi daya. Padahal, letaknya strategis di kawasan SPBU Tebet yang berdekatan dengan Tebet Eco Park. Hanya ada beberapa orang lalu lalang membeli makanan karena letaknya yang berada di depan kafe dan restoran.
Di lokasi yang sama, terdapat tempat penggantian baterai sepeda motor listrik yang berdekatan dengan SPBU. Di situ pun tidak ada aktivitas pergantian baterai, tetapi banyak sepeda motor listrik diparkir di depannya. Baik di SPKLU maupun tempat penggantian baterai tidak ada petugas berjaga.
Situasi yang hampir sama juga terlihat di SPKLU di kantor PLN Kota Bekasi, Jawa Barat. Sejak pukul 09.00 sampai pukul 10.00, baru satu kendaraan yang mengisi daya listrik. Di SPKLU ini terdapat tempat pengisian daya untuk dua merek kendaraan roda empat dan untuk kendaraan roda dua.
”Ada dua tipe kabel pengisian, untuk merek mobil Hyundai dan Wuling. Kalau roda dua kami sedia delapan petak untuk mengganti baterai,” kata Oca Adinata (35), petugas SPKLU. Dia menambahkan, SPKLU beroperasi selama 24 jam setiap hari. Untuk mengisi 75 persen kapasitas baterai mobil diperlukan waktu 1 jam 30 menit.
Walaupun dibuka lebih lama, Oca mengungkapkan, sejak dibuka dua bulan lalu, baru ada tujuh mobil yang datang mengisi daya di SPKLU tersebut. Dalam seminggu, belum tentu ada kendaraan yang datang mengisi daya.
”Menurut saya, karena jumlahnya masih sedikit dan banyak yang mengisi di rumah. Terlebih, banyak yang belum tahu lokasi SPKLU ini,” kata Oca.
Perilaku dan preferensi charging kendaraan listrik dengan pengisian BBM berbeda. Siapa juga yang mau parkir kendaraannya selama dua jam sambil menunggu charging?
Kondisi berbeda terlihat di SPKLU Senayan Park, Jakarta, pada Selasa (27/12/2022). Telihat empat mobil listrik berbaris rapi mengisi daya. Rata-rata setiap mobil memerlukan waktu 1 jam untuk mengisi daya sampai 80 persen.
Pemilik kendaraan listrik, Deky Adrianto Raharjo (48), mengatakan, selama dua tahun ini dirinya merasakan manfaat menggunakan mobil listrik. Menurut dia, untuk seorang pebisnis yang sering melakukan perjalanan keluar kota, biayanya sangat hemat.
”Terbaru, saya pergi dari Jakarta ke Surabaya pada Minggu 22Desember lalu, mengisi daya tiga kali hanya menghabiskan Rp 230.000. Sebelumnya, dengan jarak yang sama, saya bisa menghabiskan lebih kurang Rp 1 juta. Hemat bukan?” kata Deky.
Dia juga menambahkan, dalam sebulan dia hanya menghabiskan Rp 500.000 untuk mengisi daya. Adapun saat menggunakan mobil berbahan bakar minyak, dia menghabiskan lebih kurang Rp 3 juta. Alasan hemat ini yang menjadikannya beralih ke mobil listrik.
”Sambil menunggu mobil terisi, saya sebagai pengguna bisa menghabiskan waktu dengan makan dan jalan-jalan di mal. Mungkin itu yang membuat SPKLU di mal lebih ramai,” kata Deky.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, hingga Juli 2022 telah dibangun 346 unit SPKLU di 295 lokasi dan 369 unit stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di seluruh Indonesia.
Adapun SPKLU yang dibangun PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) ditargetkan mencapai 260 unit pada akhir 2022. SPKLU dan SPBKLU akan terus bertambah guna memfasilitasi kebutuhan pengguna kendaraan listrik.
Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), hingga September 2022, jumlah mobil listrik baru 4.593 unit atau 0,03 persen dari jumlah mobil penumpang di Indonesia yang mencapai 15,8 juta unit. Sementara jumlah sepeda motor listrik lebih banyak.
Berdasarkan catatan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hingga Juli 2022, jumlah sepeda motor listrik mencapai 19.698 unit. Namun, jika dibandingkan jumlah sepeda motor secara keseluruhan yang sudah mencapai 115,2 juta unit, persentase sepeda motor listrik jauh sangat kecil, yakni hanya 0,01 persennya.
Kemitraan
Pengamat energi terbarukan, Adhityani Putri, menilai, sepinya SPKLU karena pengguna kendaraan listrik cenderung melakukan pengisian daya di rumah. Selain itu, pengguna juga melakukan pengisian di lokasi di mana kendaraannya terparkir lama seperti di mal atau kantor. Pengisian BBM berlangsung singkat, sementara pengisian daya listrik butuh waktu lama.
”Perilaku dan preferensi charging kendaraan listrik dengan pengisian BBM berbeda. Siapa juga yang mau parkir kendaraannya selama dua jam sambil menunggu charging?” kata Adhityani.
Adhityani menyarankan, penempatan SPKLU harus lebih strategis dan menyesuaikan perilaku dan preferensi pengguna kendaraan. Dengan demikian, SPKLU akan lebih digunakan dan minat terhadap kendaraan listrik dapat terdongkrak.
”PLN dapat pertimbangkan kemitraan strategis dengan para pengembang perumahan. Mereka biasanya memiliki banyak aset kantor, mal, dan properti komersial lainnya serta perumahan dan apartemen,” ujarnya.