Natal selalu disebut sebagai momen berkumpul bersama keluarga. Oma dan opa di panti wreda juga bersama keluarga barunya yang tetap menawarkan hangat kasih.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA, Atiek Ishlahiyah Al Hamasy, RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
Yulin Sendu (74) duduk manis di kursi sembari mendengarkan nyanyian rohani mengalun dari ruang tamu Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Ina II di Pakowa Lingkungan II, Wanea, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (18/12/2022). Siang itu ada kunjungan ibadah dari salah satu gereja kepada para penghuni panti khusus perempuan berisi 10 orang lansia itu.
Telah tinggal selama empat tahun terakhir di panti itu, Yulin yang menderita diabetes menghabiskan hari-harinya kebanyakan di panti dibandingkan penghuni lain yang masih bekerja atau berjualan di pasar.
Ia menceritakan, selama Natal, panti tersebut ramai dengan kunjungan hampir setiap hari dan banyak bingkisan yang diberikan.
”Oma paling tunggu donat. Itu singkatan dari doi (uang) Natal. Oma bisa dapat dari Rp 50.000 sampai Rp 150.000,” ujar Yulin yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, sambil terkekeh pelan.
Kunjungan dan bingkisan dari berbagai entitas ke panti saat Natal itu menjadi pengisi hari-hari Yulin yang sepi. Suami dan putri tunggalnya telah meninggal. Ingatan yang melemah membuat Yulin kesulitan menceritakan kehidupannya secara kronologi.
Di Panti Wreda Ina II, ada pula Emma Lumowa (81) yang telah tinggal di panti ini sejak tahun 2018. Suami Emma meninggal sejak 1998. Ia tidak memiliki anak, tapi membesarkan dua keponakan laki-laki seperti anak sendiri hingga mereka menikah.
Biasanya, Emma dikunjungi dua keponakannya dan seorang anak baptis saat Natal. Mereka datang membawa kue. Ia pun mengaku bahagia karena tahun ini akan kembali dapat merayakan Natal bersama dua keponakannya di luar panti lagi.
Selama pandemi, mereka diimbau untuk tidak keluar dari panti sehingga hanya keluarga yang boleh datang berkunjung. ”Jadi, ini Natal setelah pandemi di mana saya akan keluar lagi,” ucap Emma.
Memang aturan ini diterapkan ketika pandemi masih ganas pada 2020-2021, Ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan pada para warga lansia yang menghuni panti.
Seperti yang juga diterapkan Panti Wreda Berea, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Meski sudah memasang aturan ketat, seluruh penghuni panti terpapar pada saat varian Delta masuk ke Indonesia.
Lima penghuni panti meninggal akibat hal itu dan sekarang tersisa 13 penghuni. Akibatnya, panti khusus wanita lansia ini masih membatasi pengunjung dan aktivitas keluar masuk panti serta aktivitas internal yang disertai kumpul bersama.
Meski begitu, makna Natal tetap dikedepankan oleh panti tersebut. Eva menuturkan, panti memandang Natal sebagai refleksi kehidupan, mulai dari sebuah kelahiran, kematian, hingga kebangkitan.
Kisah berbeda terjadi di Panti Wreda Wisma Sahabat Baru yang terletak di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Meski tanpa hiasan, kerlap-kerlip lampu, dan deretan stoples kue, mereka tetap merayakan Natal dengan beribadah kebaktian dan makan bersama pada Minggu (25/12/2022).
Hal yang sangat dinanti para oma dan opa, sapaan akrab untuk 17 orang lansia penghuni panti yang berusia di atas 70 tahun itu. Sepanjang dua tahun lalu, mereka sama sekali tak ada perayaan dan kegiatan seperti biasa saat Natal.
Lai (60), penghuni Wisma Sahabat Baru, merasa senang bisa kebaktian dan makan bersama lagi saat Natal. Hal yang sama ia rasakan ketika dulu merayakan Natal bersama keluarganya.
Lai dan penghuni panti lainnya memang sudah tidak bisa merayakan Natal di luar, baik untuk beribadah di gereja maupun jalan-jalan, karena faktor kesehatan. Karena itu, momen berkumpul yang dapat ia rasakan di akhir tahun ini adalah bersama rekan-rekan penghuni dan pengasuh panti tersebut.
Tini, salah satu perawat di panti tersebut, menyampaikan, pihak panti memang tidak pernah mengadakan acara di luar panti. Hal ini karena para warga lansia yang berada di sana kebanyakan sedang sakit dan sudah memakai kursi roda.
”Kami sudah menganggap para oma dan opa seperti keluarga sendiri. Saat Natal, kami pasti merayakan bersama untuk berbagi kasih. Kami ingin mereka tetap merasakan suasana perayaan Natal walaupun jauh dari keluarga,” tutur Tini.
Rindu keluarga
Meski rindu karena jauh dari keluarga, Oma Tan (70) tetap bersukacita dan menunggu momen Natal tiba. Perayaan yang selama ini hanya dilakukan di dalam panti pun tetap membuatnya senang.
Nenek asal Indramayu itu berharap, Natal tahun ini dapat memberikan kebahagiaan untuk semua penghuni panti. Ia selalu berdoa untuk diberikan keberkahan hidup di sisa umurnya.
”Harapannya, bisa bahagia hidup di sini. Saya baru dua kali merayakan Natal di sini. Biasanya perayaannya kumpul dan makan bersama,” ucap Oma Tan yang tengah duduk santai di kursi roda.
Adapun sebagian dari para orang lansia hanya terbaring di kasur sambil menatap ke arah jendela. Sebagian lainnya saling berbincang dengan rekannya di kursi roda. Mereka terlihat akrab satu sama lain.
Oma Lisa (83) pun mengaku bersyukur bisa hidup di panti bersama teman-teman barunya. Akan tetapi, ia tetap berharap keluarganya suatu saat nanti datang mengunjunginya.
”Saya tidak tahu di mana keluarga saya. Semuanya sudah pada pisah,” katanya lirih.
Namun, wajah Oma Lisa tampak berseri kembali saat ingatannya berusaha mengumpulkan momen-momen masa lalu saat Natal. ”Dulu, waktu masih muda, Oma suka nyanyi saat Natal,” ujar Oma Lisa dengan malu-malu.
Memang tidak ada yang lebih mewah dari kebersamaan dan rasa kekeluargaan. Siapa saja nyatanya bisa menjadi keluarga. (LSA/Z03/Z09)