Kolaborasi dengan Industri, Itera Kembangkan Sistem Pertanian Pintar
Institut Teknologi Sumatera berkolaborasi dengan industri mengembangkan sistem pertanian pintar berbasis benda terkoneksi internet. Sistem ini diharapkan bisa dikembangkan untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Institut Teknologi Sumatera atau Itera berkolaborasi dengan industri mengembangkan sistem pertanian pintar berbasis benda terkoneksi internet atau internet of things untuk efisiensi pemupukan dan pengendalian lingkungan. Riset ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat luas serta mendukung pengelolaan pertanian berkelanjutan di Tanah Air.
”Kami sangat mendukung kelanjutan program ini karena sejalan dengan motto Itera, yakni smart, friendly, and forest campus,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Sumatera Khairurrijal, saat acara peluncuran ”Smart Farming System” di Kebun Raya Itera di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Selasa (13/12/2022).
Menurut dia, sistem pertanian pintar yang dikembangkan di Itera merupakan hasil riset kolaborasi antara dosen dan mahasiswa bekerja sama dengan PT Kharisma Agri Inovasi. Riset kolaborasi tersebut mendapat pendanaan dari Kemendikbudristek dan industri yang dipertemukan dalam ekosistem Kedaireka.
Kedaireka merupakan platform yang diluncurkan Kemendikbudristek sebagai wujud Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sejak 2020. Program ini mempertemukan perguruan tinggi dan industri untuk meningkatkan komersialisasi inovasi dalam negeri.
Khairurrijal mengatakan, pihaknya mendorong agar para dosen terus mengembangkan riset dan inovasi serta berkolaborasi dengan industri. Selain mengundang akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang telah lolos program Matching Fund Kedaireka, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan dunia industri di Lampung dan daerah lain.
Ketua Tim Peneliti Zunanik Mufidah menuturkan, pengembangan sistem pertanian pintar di Itera diaplikasikan untuk budidaya melon dalam rumah kaca. Pemantauan tanaman dilakukan melalui website dan aplikasi digital Itera Hero yang telah dirancang. Selain pemupukan dan penyiraman tanaman secara otomatis, suhu hingga kelembaban udara di dalam rumah kaca juga bisa dipantau melalui gawai di genggaman tangan.
”Smart Farming System dengan memanfaatkan internet of things dan kecerdasan buatan ini untuk mengetahui berapa banyak kebutuhan pupuk untuk satu tanaman. Jadi, pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman saja,” kata Zunanik yang juga dosen Program Studi Biosistem Itera.
Saat ini, tim peneliti yang terdiri dari 10 dosen dan 20 mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu terus memantau perkembangan tanaman melon hingga bisa dipanen. Selanjutnya, tim akan melakukan pengujian performa sistem.
Hal itu dilakukan dengan membandingkan produktivitas hasil tanaman antara sistem konvensional dan Smart Fertilization System yang telah diterapkan. Fase selanjutnya, sistem aplikasi tersebut akan coba dipasarkan oleh industri kepada petani dan calon konsumen.
Direktur Operasional PT Kharisma Agri Inovasi Abdullah Taufiq Kharisma menuturkan, pihaknya tertarik bekerja sama dengan Itera karena sejalan dengan lini bisnis perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian. Saat ini, perusahaan juga sedang melakukan riset terkait sistem digital untuk mengatur pendosisan nutrisi tanaman secara tepat.
”Kami akan berusaha untuk mengomersialkan sistem ini. Kami perlu melakukan analisis pasar dan nilai ekonomi. Tujuan akhir kolaborasi ini tentu untuk menghasilkan pendapatan bisnis, tetapi butuh waktu yang cukup panjang,” katanya.
Rafi Arya Nugraha (21), mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Itera yang terlibat dalam riset kolaborasi tersebut, menuturkan, ia mendapat pengalaman nyata untuk membangun sistem pertanian berbasis teknologi digital. Rafi juga belajar untuk mengintegrasikan keilmuannya dalam bidang teknik informatika dengan mahasiswa dari program studi lain untuk merancang sistem pertanian pintar tersebut.