Pernak-pernik Natal menyimpan sejarah bagi banyak orang. Hiasan itu terpajang bukan tanpa alasan. Ada kisah dan pemaknaan terhadap sejumlah tumbuhan yang kerap menghiasi perayaan Natal di penjuru bumi.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
Natal merupakan momen yang ditunggu banyak orang, khususnya umat Kristiani. Tiap orang merayakannya dengan berbagai cara, termasuk mempersiapkan pernak-pernik Natal yang meriah. Sejumlah ornamen yang selalu menjadi ikon hari raya akhir tahun tersebut memiliki makna dan sejarah masing-masing.
Sejumlah tumbuhan pun bertalian erat dengan perayaan Natal. Ada beberapa tumbuhan yang kerap dipajang di tempat umum dan bahkan rumah sebagai dekorasi dengan sejumlah kisah dan pemaknaan yang menyertainya. Hal ini dapat ditelusuri melalui berbagai literatur.
Pohon Natal akan tebersit setiap kali membahas perayaan Kristiani ini. Penggunaan pohon sebagai dekorasi ternyata telah melewati sejarah panjang hingga keberadaannya selalu melekat pada tiap hari Natal.
Tradisi pohon Natal banyak berkembang sejak abad pertengahan. Kala itu, mayoritas masyarakat buta huruf sehingga penjelasan mengenai bagian Alkitab, seperti Kitab Kejadian, akhirnya disampaikan dengan cara diperagakan. Pohon disimbolisasikan sebagai jatuhnya moral manusia dalam kisah Adam dan Hawa dan sekaligus pohon salib yang merepresentasikan keselamatan bagi semua orang. Drama ini dilakukan tiap 24 Desember yang terbuka bagi publik, seperti dikutip dari buku The Oxford Handbook of Christmas.
Sejak itu, penggunaan pohon dalam perayaan Natal makin tenar. Banyak keluarga memanfaatkan pohon untuk dipamerkan hingga akhirnya dipromosikan sebagai tradisi nasional yang otentik. Pohon Natal kemudian menyiratkan beragam makna, seperti merekatkan hubungan keluarga, pengalaman masa kecil, dan pohon sebagai sumber sukacita.
Para penggemar Bee Gees tentu mengenal lirik lagu lawas ”First of May”. Di bagian awal lagu tersebut tersua lirik: ”When I was small and Christmas trees were tall....” Lantas, di bagian kedua tertulis lirik, ”Now we are tall and Christmas tress are small....” Sebentuk penggambaran ringkas tentang kesan terhadap pohon Natal sebagai bagian perjalanan hidup dari kecil hingga dewasa.
Tak heran jika akhirnya pohon Natal seolah menjelma menjadi ikon wajib yang mempersatukan banyak orang. Pohon Natal yang disaksikan semasa usia belia dulu dapat menjadi kenangan manis seiring perjalanan waktu.
Tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai pohon Natal adalah pinus dan cemara. Menurut Departemen Agrikultural Amerika Serikat (AS), beberapa jenis pohon yang banyak dijual adalah cemara douglas (Pseudotsuga menziesii), cemara bangsawan (Abies procera), dan pinus merah (Pinus resinosa).
Tumbuhan ”malam kudus”
Natal identik dengan warna merah. Hal ini tak lepas dari tanaman-tanaman yang digunakan sebagai penghias, termasuk kastuba atau poinsettia (Euphorbia pulcherrima). Daunnya yang berbentuk bintang kemudian kerap dimaknai sebagai penyinar dalam musim liburan atau tumbuhan ”malam kudus”. Kastuba ikut memeriahkan Natal sejak lebih dari 150 tahun lalu di Amerika Serikat dan Eropa (Chronica Horticulturae, 2011).
Braulia Brito sedang merawat tanaman-tanaman kastuba atau poinsettia di kiosnya di Xochimilco, Mexico City, Sabtu (10/12/2022). Meski menjadi ikon Natal universal, beberapa orang mengetahui bahwa bunga malam kudus, umumnya disebut kastuba, berasal dari Meksiko. Cuetlaxochitl atau disebut nahuatl adalah tumbuhan asli Negara Bagian Morelos dan Mexico City, tepatnya Xochimilco.
Kastuba yang kini mendunia, termasuk dikenal pula oleh banyak warga di Indonesia, berasal dari Meksiko. Tumbuhan ini jadi populer setelah Diplomat AS untuk Meksiko Joel Roberts Poinsett membawa tanaman itu ke kampung halamannya di South Carolina sekitar tahun 1820 atau sekitar dua abad silam.
Daun kastuba dapat mekar dengan penuh warna ketika kebutuhan akan gelap terpenuhi. Tumbuhan ini butuh 14-16 jam per hari dalam gelap selama 8-10 minggu untuk mekar. Sejak itu, kastuba tumbuh subur, popularitasnya meningkat dari waktu ke waktu hingga keberadaannya selalu dinanti menjelang Natal.
Walau kastuba paling identik berwarna merah, tumbuhan ini memiliki aneka warna lainnya. Beberapa di antaranya tumbuh dengan warna putih, merah muda, kuning, dan oranye.
Ikon lingkaran Natal
Masih berwarna merah seperti kastuba, tumbuhan ini berdaun hijau dan berbuah merah. Tumbuhan yang kerap melengkapi ornamen Natal ini bernama english holly (Ilex aquifolium)atau beri musim dingin. Buah beri yang kerap dibiarkan menggantung pada daun bercabang hijau berpadu dengan putih biasanya jadi ikon di lingkaran Natal atau korona.
Warna beri merah berpadu apik dengan korona yang biasanya terbuat dari daun cemara atau pinus. Beri pun dibiarkan menonjol pada lingkaran Natal itu. Hiasan ini biasanya terpasang di depan pintu rumah sehingga menemukan english holly di tiap perayaan Natal pun tergolong mudah.
Ternyata ada makna tersembunyi di balik letak beri musim dingin di depan pintu. Umat Kristiani meyakini, meletakkan english holly di depan rumah akan mengusir energi negatif selama hari-hari suci (Michingan State University, 2016).
Mengutip North Carolina Extension Gardener, english holly berasal dari keluarga Aquifoliaceae yang kerap ditemukan di tanah kering di bawah semak belukar. Tanaman tradisional ini berasal dari Eropa Barat dan Tengah, Afrika Utara, dan Asia Barat yang menghijau sepanjang tahun.
Dekorasi lain yang tak pernah absen saat Natal adalah mistletoe. Tumbuhan yang jadi inspirasi penyanyi global Justien Bieber ini berwarna merah atau putih serta terpasang di depan pintu, seperti english holly.
Legenda menyebut mistletoe awalnya merupakan sebuah pohon hutan yang kayunya digunakan untuk menyalibkan Yesus. Kemudian, tumbuhan itu diganjar menghabiskan hidupnya sebagai parasit pada pohon lainnya. Seiring waktu, penggunaannya sebagai pelengkap dekorasi Natal pun kemudian dimaknai sebagai kembalinya kehangatan matahari di musim semi.