Sistem Kesehatan Masih Lemah, Wapres Dorong Transformasi Layanan
Pandemi Covid-19 telah menguak kelemahan dalam sistem kesehatan di Tanah Air. Perbaikan dengan memanfaatkan teknologi digital mendesak dilakukan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Belajar dari pengalaman menghadapi pandemi Covid-19, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengakui, sistem kesehatan Indonesia masih lemah. Semua pencatatan masih dilakukan manual sehingga tiada data valid yang menjadi basis segala kebijakan dan langkah yang akan diambil pemerintah. Transformasi mutlak dilakukan untuk memperkuat sistem kesehatan di Tanah Air.
Dalam sambutannya sebagai pembicara kunci dalam seminar internasional bertajuk ”Sistem Satu Sehat: Implikasi pada Ekonomi Kesehatan di Indonesia”, Sabtu (10/12/2022), di Jakarta, Wapres Amin menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 memaksa sektor kesehatan bertransformasi. Semua harus lebih kapabel dan lincah merespons tantangan baru. Layanan kesehatan pun harus memenuhi kebutuhan masyarakat dalam situasi yang sangat dinamis.
”Kabar baiknya, pandemi telah menguak kelemahan dalam sistem yang selama ini berjalan secara manual sehingga memicu dilakukannya perbaikan-perbaikan dengan memanfaatkan teknologi digital,” katanya dalam pidato yang sudah direkam.
Perbaikan-perbaikan itu berupa penggunaan aplikasi kesehatan yang semakin masif dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas masyarakat sehari-hari. Kementerian Kesehatan pun pada 26 Juli lalu meluncurkan platform layanan kesehatan SatuSehat berdasarkan cetak biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.
Pandemi telah menguak kelemahan dalam sistem yang selama ini berjalan secara manual sehingga memicu dilakukannya perbaikan-perbaikan dengan memanfaatkan teknologi digital.
Sistem yang juga disebut Indonesia Health Services (IHS) ini akan mengintegrasikan data rekam medis pasien di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat peluncuran SatuSehat, ini menjadi transformasi digital kesehatan yang terdiri atas tiga program. Pertama, mengintegrasikan data. Kedua, merapikan dan menyederhanakan aplikasi. Ketiga, membangun ekosistem inovasi.
Wapres Amin pun mengapresiasi platform SatuSehat. ”Hal ini akan memberikan kemudahan sekaligus nilai keekonomian bagi pasien. Selain itu, dengan adanya sistem SatuSehat, dapat terbentuk ekosistem kesehatan digital yang solid, yang akan berkontribusi dalam memperkokoh ketahanan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat secara menyeluruh,” tuturnya.
Teknologi digital juga diharapkan bisa mencegah penyakit-penyakit katastropik yang membutuhkan perawatan medis lama dan berbiaya tinggi. Deteksi dini, penerapan pola makan, dan perilaku hidup sehat bisa didorong dengan dengan bantuan teknologi digital.
Apabila penyakit tersebut bisa terdeteksi lebih awal dan dapat dilakukan upaya penanganan segera, diharapkan beban biaya pengobatan bisa turun cukup signifikan. ”Oleh sebab itu, pemerintah sangat mendukung dan mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat di masa kini dan masa depan,” tambahnya.
Adanya data yang lebih valid juga dinilai sangat penting dalam merumuskan kebijakan dan menginisiasi inovasi serta mengoordinasikan kolaborasi dan kerja sama antar-pelaku di sektor kesehatan. Wapres Amin pun meminta semua peserta seminar untuk mencari solusi atas beragam persoalan terkait pengembangan ekosistem kesehatan digital Indonesia yang tangguh.
Dalam acara itu, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro juga menyampaikan penghargaan kepada para narasumber yang hadir. Seminar yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini juga menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono; occupational medicine specialist dari Singapura, Melvin Seng; Chairman Asia e-Health Information Network Boonchai Kijsanayotin; Consultant De Mortinis Telemedicine Panel Nando Campanella; dan Ketua Kantor Transformasi Digital Kementerian Kesehatan Setiaji.
Saat peluncuran, uji coba platform baru sudah diterapkan di sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan. Uji coba versi alfa telah dilakukan di 41 rumah sakit, yakni 9 RS vertikal dan 32 RSUD DKI Jakarta. Uji coba beta IHS juga dilakukan di 31 institusi, mulai dari perusahaan kesehatan hingga laboratorium kesehatan.
Hingga akhir tahun 2022, Kementerian Kesehatan menargetkan akan ada sekitar 8.000 fasilitas layanan kesehatan di Indonesia telah terintegrasi dengan IHS dan seluruhnya terintegrasi pada 2023.
Terkait aspek keamanan, Setiaji menyebutkan, Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk memastikan keamanan data pribadi pengguna.