Kawasan hutan mangrove kian terancam akibat konversi penggunaan lahan terutama untuk permukiman. Kondisi ini diperparah dengan tingkat pencemaran akibat aktivitas warga di sekitar hutan bakau.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penguasaan lahan di Teluk Jakarta untuk kawasan industri dan hunian dapat mengancam keberadaan lahan konservasi hutan mangrove atau bakau. Padahal, hutan bakau berperan untuk memitigasi bencana alam, seperti gelombang laut, badai, banjir rob, dan tsunami.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta Abdul Kodir menjelaskan, hutan mangrove di Teluk Jakarta terus terancam akibat konversi penggunaan lahan, terutama untuk permukiman. Tak hanya itu, kondisi ini diperparah dengan tingkat pencemaran akibat aktivitas warga di sekitar hutan bakau.
Perlu kesadaran semua pihak untuk menjaga hutan mangrove karena (hutan mangrove) memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir itu dapat melindungi masyarakat pesisir dan meminimalisasi dampak dari bencana alam akibat perubahan iklim.
”Masalah lainnya bahwa pemulihan mangrove juga memerlukan biaya besar. Meskipun anggaran pemulihan sangat terbatas, bantuan program seperti edukasi sejak dini pada masyarakat dari berbagai sektor turut berkontribusi dalam pemulihan ekosistem,” ujar Kodir dalam acara ”Melestarikan Mangrove untuk Indonesia yang Lestari” di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (10/12/2022).
Menurut dia, dominasi keberadaan tumbuhan invasif, seperti eceng gondok, mengancam kondisi hutan mangrove. Untuk melakukan pengawasan, di Suaka Margasatwa Muara Angke, BKSDA Jakarta membuat jalan kayu sepanjang 500 meter, gedung informasi, serta menara pantau untuk mengamati burung dan kegiatan alam liar.
Tak hanya itu, dilakukan juga pengawasan di sekitar wilayah konservasi untuk mencegah kerusakan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan tugas BKSDA Jakarta untuk melindungi ekosistem dan kawasan konservasi.
Suaka Margasatwa Muara Angke memiliki luas 25,02 hektar yang didominasi mangrove dewasa dengan rata-rata tinggi pohon 12,35 meter dan lingkar batang 40,09 sentimeter.
Saat ini, Suaka Margasatwa Muara Angke Memiliki luas 25,02 hektar yang didominasi mangrove dewasa dengan rata-rata tinggi pohon 12,35 meter dan lingkar batang 40,09 sentimeter.
Adapun spesies mangrove yang ada antara lain Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia caseolaris, Acrostichum aureum, dan Excoecaria agallocha. Kawasan konservasi ini juga menjadi habitat bagi aneka fauna seperti buaya air asin, kadal, monyet ekor panjang, dan ular.
Adapun data badan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, hingga tahun 2021 menunjukkan, ekosistem mangrove di Indonesia tercatat seluas 3,3 juta hektar. Lahannya tersebar di hutan konservasi seluas 748.271 hektar, hutan lindung (907.724 hektar), hutan produksi (1 juta hektar), dan area penggunaan lain seluas 702.789 hektar.
Tanggung jawab bersama
Lebih lanjut Kodir menyampaikan, pengelolaan dan restorasi mangrove secara terpadu sangat penting dan perlu dukungan semua pihak, termasuk pihak swasta. Oleh karena itu, upaya penyadaran akan pentingnya merawat mangrove harus dilakukan secara dini melalui keluarga.
Dalam rangka memulihkan ekosistem, sejak tahun 2017 BKSDA bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan, mangrove yang diikelola dengan cara efektif dan berkelanjutan bisa menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan untuk penduduk di wilayah pesisir serta memberi perlindungan pada mereka.
”Konservasi keanekaragaman hayati di hutan bakau dapat berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dan juga memiliki potensi penyimpanan karbon yang sangat tinggi. Tak hanya itu, mangrove juga dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan penduduk sekitar,” ujar Ilman.
Menurut Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt, kerja sama HSBC dengan YKAN melalui Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) untuk mendorong fungsi Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai pusat edukasi lingkungan dan restorasi ekosistem mangrove di Jakarta. Hal ini juga menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam pelestarian hutan mangrove dan berbagai spesies di dalamnya.