Menambahkan Yoga dalam Olahraga Rutin Meningkatkan Kesehatan Jantung
Menambahkan yoga setiap Anda latihan olahraga rutin terbukti mengurangi tekanan darah sistolik, memperbaiki detak jantung, dan mengurangi risiko kardiovaskular.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah studi eskperimental selama tiga bulan terhadap pasien dengan hipertensi menunjukkan bahwa menambahkan yoga ke dalam latihan olahraga rutin mendukung kesehatan jantung daripada hanya latihan peregangan. Penambahan yoga mengurangi tekanan darah sistolik, memperbaiki detak jantung, dan mengurangi risiko kardiovaskular.
Temuan ini dipublikasikan di Canadian Journal of Cardiology pada Rabu (7/12/2022). ”Tujuan dari studi percontohan ini adalah untuk menentukan apakah penambahan yoga ke dalam kebiasaan latihan olahraga teratur mengurangi risiko kardiovaskular,” kata peneliti utama Paul Poirier dari Quebec Heart and Lung Institute Laval University, Kanada, dalam keterangan tertulis.
Yoga merupakan bagian dari praktik spiritual dan olahraga bagi jutaan orang di seluruh dunia. Latihan fisik, seperti latihan peregangan, dan komponen fisik latihan yoga memiliki beberapa persamaan, tetapi juga perbedaan penting.
Studi ini memberikan bukti untuk pilihan terapi nonfarmakologis tambahan untuk pengurangan risiko kardiovaskular dan kontrol tekanan darah pada pasien dengan tekanan darah tinggi dalam pengaturan program latihan pencegahan primer.
”Meskipun ada beberapa bukti bahwa intervensi dan olahraga yoga memiliki hasil kardiovaskular yang sama dan/atau lebih unggul, terdapat variabilitas yang cukup besar dalam jenis, komponen, frekuensi, panjang sesi, durasi, dan intensitas yoga. Kami berusaha menerapkan pendekatan ilmiah yang ketat untuk mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskular di mana yoga bermanfaat bagi pasien berisiko dan cara penerapannya dalam pengaturan perawatan kesehatan seperti program pencegahan primer,” ujar Poirier.
Peneliti merekrut 60 orang dengan tekanan darah tinggi dan sindrom metabolik yang sebelumnya didiagnosis untuk mengikuti program latihan olahraga. Selama intervensi tiga bulan, peserta dibagi menjadi dua kelompok yang melakukan 15 menit yoga terstruktur atau peregangan selain 30 menit latihan aerobik lima kali seminggu.
Tekanan darah, antropometri, protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP), kadar glukosa dan lipid, serta skor risiko Framingham dan Reynolds diukur. Pada awalnya tidak ada perbedaan antara kelompok usia, jenis kelamin, tingkat merokok, indeks massa tubuh (BMI), tekanan darah sistolik dan diastolik saat istirahat, denyut jantung saat istirahat, dan tekanan nadi.
Setelah tiga bulan, terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat, tekanan darah arteri rata-rata, dan denyut jantung pada kedua kelompok. Namun, tekanan darah sistolik berkurang 10 mmHg dengan yoga dibandingkan 4 mmHg dengan peregangan. Pendekatan yoga juga mengurangi detak jantung istirahat dan risiko kardiovaskular 10 tahun yang dinilai menggunakan skor risiko Reynold.
Sementara yoga telah terbukti bermanfaat bagi pasien hipertensi, tetapi mekanisme pasti yang mendasari efek positif ini tidak sepenuhnya dipahami. Studi eksperimen acak ini menunjukkan bahwa manfaatnya tidak dapat hanya dikaitkan dengan peregangan.
”Studi ini memberikan bukti untuk pilihan terapi nonfarmakologis tambahan untuk pengurangan risiko kardiovaskular dan kontrol tekanan darah pada pasien dengan tekanan darah tinggi dalam pengaturan program latihan pencegahan primer,” kata Poirier.
Dengan temuan ini, tim peneliti merekomendasikan kepada pasien untuk mencoba menemukan olahraga dan pereda stres untuk pengelolaan hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam bentuk apa pun yang mereka anggap paling menarik. ”Studi kami menunjukkan bahwa latihan yoga terstruktur dapat menjadi tambahan yang lebih sehat untuk latihan aerobik daripada hanya peregangan otot,” kata Poirier.
Alternatif antihipertensi
Sebelumnya, banyak studi juga menemukan bahwa latihan yoga yang menekankan relaksasi mental dan teknik pernapasan dapat memiliki dampak menguntungkan pada tekanan darah tinggi. Studi tersebut, misalnya, diterbitkan Yin Wu dari Department of Kinesiology University of Connecticut dan tim di Mayo Clinic Proceedings edisi Maret 2019.
Studi melibatkan analisis metaregresi dari 49 studi yoga yang dilakukan antara tahun 1983 dan 2018 yang meneliti karakteristik spesifik dari peserta, studi individu, dan teknik yoga. Hasilnya menunjukkan bahwa latihan yoga yang menekankan relaksasi mental dan teknik pernapasan, bersamaan dengan gerakan fisik, memberikan penurunan tekanan darah terbesar.
Hasil penelitian menunjukkan, di antara individu dengan hipertensi, latihan yoga yang menekankan relaksasi mental dan teknik pernapasan dapat menghasilkan penurunan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Angka itu sama atau melebihi yang dilaporkan untuk latihan olahraga aerobik. Ketika latihan yoga tidak menekankan teknik pernapasan dan relaksasi mental, penurunan tekanan darah ditemukan menjadi 6/3 mmHg.
Studi tersebut menyoroti potensi yoga sebagai terapi antihipertensi alternatif, terutama bagi mereka yang tidak mampu atau tidak mau melakukan latihan aerobik. Latihan aerobik adalah standar emas untuk terapi gaya hidup antihipertensi. Akan tetapi, yoga memberikan opsi tambahan yang sama efektifnya.