Gandeng Profesor Asing, Indonesia Tingkatkan Kualitas Publikasi Ilmiah
Jumlah publikasi penelitian di Indonesia meningkat setiap tahun, tetapi dari sisi kualitas belum maksimal. Kolaborasi antarprofesor ternama dibutuhkan guna meningkatkan kualitas penelitian di kancah internasional.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah publikasi riset Indonesia dianggap sudah melebihi negara-negara di Asia Tenggara, tetapi secara kualitas masih belum optimal. Oleh sebab itu, dibutuhkan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan profesor asing supaya dapat meningkatkan daya saing peneliti di internasional.
Selain menghasilkan publikasi internasional, kehadiran Program World Class Professor atau WCP 2022 diharapkan dapat memunculkan karya inovatif yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri. Koordinator Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Mulyono menyampaikan, 78 dosen yang mengikuti program WCP 2022 dengan total luaran publikasi (joint publication) di jurnal internasional sebanyak 130 artikel.
Tak hanya itu, WCP tahun ini juga menghasilkan luaran lain, seperti dokumen pengembangan program capacity building, double degree, joint degree, pengembangan kurikulum atau mekanisme transfer kredit dalam rangka mendukung akreditasi perguruan tinggi secara internasional dan akreditasi program studi internasional.
”Sebanyak 93 artikel yang sudah mencapai published pada jurnal internasional bereputasi Q1 dan Q2, sedangkan sisanya masih dalam accepted dan submitted,” kata Mulyono saat Annual Seminar World Class Professor (WCP) 2022, Jumat (9/12/2022) malam.
Menurut Mulyono, program WCP ini mengundang profesor dari berbagai perguruan tinggi (PT) ternama dalam atau luar negeri sebagai visiting professor untuk ditempatkan di berbagai PT di Indonesia. Mereka ditempatkan selama kurun waktu tertentu dan mengirim peneliti Indonesia ke institusi asal visiting professor.
”Program WCP ini menjadi salah satu upaya untuk bisa meningkatkan kualitas publikasi dari peneliti di Indonesia,” ujarnya.
Direktur Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Sofwan Effendi menjelaskan, jumlah publikasi ilmiah Indonesia meningkat pesat dalam tiga tahun terakhir. Walaupun dari segi jumlah sudah melebihi negara-negara di Asia Tenggara, tugas saat ini adalah meningkatkan kualitasnya.
Pada 2017, dosen-dosen Indonesia memublikasikan 8.044 karya ilmiah terindeks di jurnal internasional. Jumlah itu lebih baik dari Thailand yang mencapai 7.333 publikasi. Sementara, Malaysia sudah memublikasikan 13.000 karya ilmiah dan Singapura 9.000 karya ilmiah (Kompas, 25/6/2017).
Sementara pada 2021, jumlah publikasi ilmiah Indonesia tercatat mencapai 50.000 publikasi sehingga mendongkrak peringkat publikasi ilmiah Indonesia, terutama di Asia Tenggara. Menurut Sofwan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk dilakukan. Selain publikasi Internasional, juga diperlukan karya-karya inovatif yang menghilir agar bisa dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat.
Maka dari itu, dari Program WCP kemudian bisa muncul paten dan penggunaan paten atau karya intelektual yang bisa dimanfaatkan oleh dunia industri, masyarakat, UMKM, pembangunan desa, dan pembangunan masyarakat secara luas.
”Dosen asing yang diundang dalam program WCP, minimal associate professor memiliki h-index lebih dari 20 dan berpengalaman mendapatkan dana penelitian dari institusi internasional. Maka dari itu, kehadiran mereka dapat mendorong peningkatan produktivitas publikasi dan situasi di Indonesia,” kata Sofwan.
Penerima Program WCP 2022 yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA’ 45), Diana Laila, mengatakan, interaksi yang dilakukan dengan profesor ternama itu dapat meningkatkan kehidupan akademis, kompetensi, kualitas dan kontribusinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia berkolaborasi dengan Profesor Gan Siew Hua dari Monash University Malaysia.
Dari program WCP 2022 ini, UTA’ 45 Jakarta juga dapat melakukan perjanjian kerja sama dengan beberapa universitas seperti Universiti Sains Malaysia, Universiti Malaya, dan Monash University Malaysia. Tak hanya itu, hasil program itu juga sudah memperoleh izin untuk membuka program pascasarjana untuk Program Studi Farmasi.
”Program ini diikuti oleh dosen dengan jabatan lektor dan lektor kepala sehingga jadi sarana untuk mengembangkan kompetensi profesor di Indonesia, salah satunya dengan kolaborasi dari para profesor ternama di dunia,” katanya.