Teleskop Radio Terbesar di Dunia Dibangun di Afsel dan Australia
Observatorium Square Kilometer Array (SKA) mulai membangun teleskop radio terbesar di dunia. Nilai kontrak memproduksi antena teleskop yang terletak di Afrika Selatan dan Australia itu mencapai 100 juta euro.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Observatorium Square Kilometer Array atau SKA mulai membangun teleskop radio terbesar di dunia. Observatorium ini berisi ribuan antena radio yang tersebar di kawasan Karoo, Afrika Selatan, dan Murchison Shire, Australia.
Teleskop SKA-Mid ditempatkan di Afrika Selatan, sementara teleskop SKA-Low berlokasi di Australia. Sensitivitas teleskop ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk mengambil sinyal-sinyal yang tersisa dari hari-hari awal alam semesta.
”Proyek ini telah dibuat selama bertahun-tahun. Hari ini kita menandai babak penting lainnya dalam perjalanan 30 tahun yang telah kita lalui bersama. Perjalanan untuk menghadirkan instrumen ilmiah terbesar di dunia,” ujar Ketua Dewan Observatorium SKA Catherine Cesarsky dilansir dari Livescience.com, Rabu (7/12/2022).
Kawasan Karoo dan Murchison Shire dipilih karena keterpencilannya dan kurangnya sinyal radio buatan manusia yang mungkin mengganggu pendeteksian sinyal radio dari luar angkasa. Ilmuwan berencana menggunakan data dari teleskop ini untuk mempelajari berbagai hal, mulai dari sifat dasar energi gelap hingga sifat semburan radio cepat misterius dari galaksi jauh.
Sebelum memulai konstruksi pembangunan, tahap perencanaan teleskop ini telah berlangsung selama tiga dekade. Susunan teleskop ditargetkan rampung pada 2030.
Situs teleskop di Australia akan menampung 131.072 antena frekuensi rendah yang ditempatkan terpisah sejauh 40,4 mil atau 65 kilometer. Kawasan ini bertindak sebagai teleskop radio dengan lensa yang mencakup hampir 100 acre atau 400.000 meter persegi.
Observatorium SKA mengumumkan kontrak senilai 100 juta euro untuk memproduksi antena kedua teleskop tersebut. Dengan begitu, total dana konstruksi yang dialokasikan sejauh ini hampir mencapai 500 juta euro.
Setiap stasiun antena setinggi 6,6 kaki (2 meter) berisi 256 antena dalam konfigurasi yang terlihat seperti pohon pinus. Dengan menangkap sinyal frekuensi sangat rendah dari seluruh langit, SKA-Low akan dapat menyelidiki beberapa gema tertua yang tersisa dari satu miliar tahun pertama alam semesta.
Situs ini berada di lahan adat penduduk Wajarri Yamaji di Australia Barat. Dalam perjanjian dengan Pemerintah Australia, keberadaan teleskop itu tidak mengganggu situs budaya mana pun dan penduduk setempat akan menerima manfaat ekonomi serta pendidikan dari situs tersebut.
Direktur Jenderal Observatorium SKA Philip Diamond melakukan perjalanan ke Australia barat untuk meninjau lokasi teleskop SKA-Low. ”Kami ingin menjadi tetangga yang baik bagi semua pemangku kepentingan lokal di mana pun infrastruktur kami berada. Penting bagi kami memainkan peran dalam mendukung ekonomi lokal dan nasional. Kami telah menginstruksikan kontraktor infrastruktur untuk memastikan bisnis lokal terlibat dan juga mendapat manfaat dari kontrak tersebut,” ujarnya dikutip dari laman Skao.int, situs web observatorium tersebut.
Sementara situs Afrika Selatan terdiri atas 197 cakram parabola yang tersebar sejauh 93,2 mil atau 150 kilometer. Peralatan ini dihubungkan dengan teleskop radio MeerKAT sehingga setara dengan teleskop tunggal dengan lensa seluas 8,2 acre atau 33.000 meter persegi.
SKA-Mid akan lima kali lebih sensitif dengan resolusi empat kali lebih tinggi dan 60 kali lebih cepat dalam memindai langit daripada teleskop Karl G Jansky Very Large Array (VLA). Teleskop VLA merupakan teleskop radio canggih saat ini yang berlokasi di New Mexico, Amerika Serikat.
Observatorium SKA mengumumkan kontrak senilai 100 juta euro untuk memproduksi antena kedua teleskop tersebut. Dengan begitu, total dana konstruksi yang dialokasikan sejauh ini hampir mencapai 500 juta euro.