Survei WVI: Baru 11 Persen Anak di Asmat yang Bisa Membaca
Masih banyak anak di Asmat, Papua Selatan, yang belum mampu membaca. Padahal, membaca merupakan suatu upaya untuk memperluas wawasan seorang anak.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil survei Wahana Visi Indonesia menemukan hanya 11 persen anak di Asmat, Papua Selatan, yang dapat membaca secara lancar pada 2022. Kondisi ini memprihatinkan mengingat Indonesia secara umum juga tergolong rendah dari segi literasi.
Sebanyak 11 persen ini merupakan anak yang dapat membaca dan paham dengan apa yang mereka baca ketika ditanyakan kembali. Adapun 89 persen lainnya cukup beragam, seperti tidak mengenal huruf, membaca kurang fasih, dan tidak paham dengan apa yang mereka baca.
Merujuk data Profil Anak Indonesia 2021, Papua merupakan satu-satunya provinsi dengan ketepatan usia masuk sekolah dasar (SD) di bawah 90 persen, yakni hanya 79,34 persen. Laporan Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) pada 2015, anak di Papua yang baru memulai SD dominan berusia 10 tahun.
Ketua Tim Pendidikan Wahana Visi Indonesia (WVI) Marthen Sattu Sambo mengatakan, akar masalahnya adalah anak tidak memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan, khususnya dalam mengenal huruf dan mendapatkan buku bacaan. Orangtua anak-anak di Asmat juga tidak memiliki waktu untuk membimbing anaknya membaca.
Pada dasarnya, pendidikan merupakan hak setiap anak-anak. Hal kecil dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk masa depan seorang anak.
”Orangtua mereka (anak-anak di Asmat) masih banyak yang meramu ke hutan untuk cari pohon gaharu atau sebagainya selama dua minggu hingga sebulan. Masalahnya adalah anak-anak mereka juga dibawa untuk meramu sehingga terganggu sekolahnya,” ujarnya dalam acara Thank You Ceremony Program 1000 Buku untuk Anak Suku Asmat, di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Hal yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan akses bagi anak di Asmat untuk membaca, setidaknya mengenalkan huruf kepada mereka dengan ”rumah baca”. Ada leveling atau penyesuaian tingkatan kepada setiap anak, kata Marthen, yakni mulai dari mengenal huruf, membaca tetapi belum paham maknanya, hingga paham dengan apa yang dibaca.
Anak-anak di Asmat, menurut Marthen, suka dengan hal yang sesuai konteksnya. Ini seperti sebelum membaca ”rusa”, mereka dikenalkan terlebih dahulu rusa itu apa. Oleh karena itu, hal yang perlu dibangun adalah imajinasi mereka dengan cara mengenalkan buku-buku literasi secara perlahan.
”Targetnya juga mudah, anak kelas satu sampai tiga yang sebelumnya tidak tahu membaca menjadi lancar membaca, sedangkan kelas empat sampai enam dapat membaca untuk belajar dan memaknai apa yang dibaca,” ucapnya.
Hope Ambassador WVI Imelda Fransisca mengatakan, pola pikir seorang anak dapat berubah menjadi lebih baik melalui membaca. Meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di Asmat, Papua Selatan, sama dengan membuka wawasan mereka terhadap dunia.
”Pada dasarnya, pendidikan merupakan hak setiap anak-anak. Hal kecil dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk masa depan seorang anak,” katanya.
Pengumpulan buku
Senayan City melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berupaya meningkatkan literasi di Asmat, Papua Selatan, dengan cara mengumpulkan 1.000 buku untuk disumbangkan ke sana. Adapun yang terlibat dalam program tersebut adalah Senayan City, Toko Buku Gunung Agung, WVI, Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut (AL), Pancious, dan Mass Vision Advertising.
Retail Operation Manager Senayan City Lucky Naftali menyebutkan, sudah sejak dulu Senayan City fokus untuk berkontribusi pada pendidikan. Para pengunjung dapat turut serta menyumbangkan buku-buku mereka melalui kotak donasi di lobi utara dan selatan Senayan City.
”Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan literasi anak-anak di Asmat. Penerimaan donasi buku juga dibuka dari 21 November 2022 hingga 8 Januari 2023,” ujarnya.
Buku-buku itu akan didistribusikan dengan bantuan Dispotmar TNI AL menggunakan kapal yang bergerak menuju wilayah Indonesia timur. ”Personel yang diturunkan akan menyesuaikan kebutuhan distribusi di Asmat,” kata Kolonel Marinir Budi Santosa dari Dispotmar TNI AL.
Seluruh buku yang disumbangkan akan digunakan WVI dalam kegiatan rumah baca di Asmat, Papua Selatan. Setiap rumah baca juga berbeda-beda jumlah buku yang didapat, tergantung pada kapasitas anak yang ada di rumah baca. Misalnya, rumah baca dengan siswa sekolah menengah atas akan menerima lebih banyak buku karena dinilai lebih membutuhkan.