Afiliasi Politik Menentukan Tingkat Kematian Pandemi Covid-19
Riset terbaru menemukan, afiliasi politik berperan penting menentukan kelompok yang lebih rentan meninggal selama pandemi. Di Amerika, pemilih Partai Republik dan pengikut Donald Trump lebih banyak yang menjadi korban.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai penyakit pernapasan yang sangat menular, Covid-19 bisa menyebar cepat sehingga menjadikannya sebagai wabah global. Namun, data menunjukkan, afiliasi politik memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang lebih rentan meninggal selama pandemi.
Kaitan antara afiliasi politik dan tingkat kematian selama pandemi ini diteliti oleh Mauricio Santillana, profesor fisika di Northeastern University yang berspesialisasi dalam epidemiologi, serta tim. Hasilnya diterbitkan di jurnal PLOS Global Public Health pada Senin (5/12/2022).
Dalam kajian ini, Santillana dan tim melacak tren tingkat kematian Covid-19 di Amerika Serikat selama tahun pertama pandemi. Mereka menemukan bahwa kematian melonjak di kota-kota padat Partai Demokrat yang terhubung dengan baik pada awal 2020, tetapi pada musim dingin pandemi pertama, kematian sekitar tiga kali lebih tinggi terjadi di daerah yang didominasi pemilih Partai Republik, khususnya para pendukung mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kami mulai menyadari bahwa afiliasi politik merupakan faktor penting dalam wabah epidemi, sesuatu yang dalam wabah sebelumnya tidak sejelas selama Covid-19.
”Dalam epidemiologi, ketika Anda melihat 10 persen atau 20 persen (kematian) lebih tinggi, Anda khawatir, tetapi ketika Anda melihat perbedaan tiga kali lipat, Anda panik,” kata Santillana.
Para peneliti juga menemukan bahwa rata-rata angka kematian untuk daerah setingkat kabupaten dengan kecenderungan memilih Partai Republik terkuat, yaitu antara 40 persen dan 300 persen lebih tinggi daripada daerah yang condong ke Demokrat. Santillana mengatakan, perbedaan mencolok, yaitu gejala krisis kesehatan masyarakat yang telah dipolitisasi secara besar-besaran.
”Sesuatu yang menjadi jelas sejak awal pandemi adalah orang-orang mendengarkan suara yang berbeda,” kata Santillana. ”Akibatnya, apa yang dimulai sebagai krisis kesehatan masyarakat mulai menjadi krisis yang lebih ditentukan oleh afiliasi politik yang dimiliki orang.”
Berbeda dengan sebelumnya
Dengan adanya kaitan afiliasi politik dengan tingkat kematian, para peneliti mengemukakan, pandemi Covid-19 berbeda dengan pandemi sebelumnya. Biasanya model epidemiologi bahkan tidak memperhitungkan kecenderungan politik masyarakat.
Dari kajian ini, Santillana dan tim peneliti lainnya telah mendokumentasikan peran penting yang dimainkan oleh afiliasi politik dalam pandemi.
Sebagai bagian dari penelitian mereka, tim membuat model berdasarkan jumlah kematian dari 2.000 daerah setingkat kabupaten di Amerika Serikat yang melihat berbagai faktor, mulai dari status sosial ekonomi hingga obesitas. Bahkan, ketika mengontrol setiap variabel lainnya, tim menemukan bahwa afiliasi politik sangat berpengaruh dalam tingkat kematian.
Kami mulai memantau bagaimana komunitas berbeda yang selaras lebih baik dengan afiliasi politik tertentu mulai menunjukkan perbedaan besar dalam cara mereka berperilaku, dan kami khawatir hal itu akan mengarah pada hasil yang berbeda, beberapa hasil yang akan disesalkan, yaitu tingkat kematian yang lebih tinggi,” kata Santillana. ”Kami mulai menyadari bahwa afiliasi politik merupakan faktor penting dalam wabah epidemi, sesuatu yang dalam wabah sebelumnya tidak sejelas selama Covid-19.”
Memengaruhi respons penduduk
Para peneliti fokus untuk meneliti jumlah korban Covid-19 secara nasional di AS pada Februari 2020 hingga Februari 2021, yang mencapai 462.475 orang. Mereka kemudian melihat, perbedaan tingkat kematian di negara bagian.
Di wilayah Timur Laut AS yang mayoritas pendukung Partai Demokrat sebanyak 51 persen kematian terjadi dalam empat bulan pertama ketika Covid-19 pertama kali tiba di negara bagian itu dan menyebar dengan cepat. Kematian di kawasan ini menurun selama musim panas 2020 karena Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS merekomendasikan pemakaian masker dan menjaga jarak yang kemudian diadopsi negara bagian.
Sementara di bagian selatan AS yang didominasi Partai Republik, pada periode yang sama, kematian meningkat pada musim panas dan memuncak pada musim dingin, dengan 57 persen kematian terjadi antara Oktober 2020 dan Februari 2021. Kematian di Timur Laut juga sedikit meningkat pada musim dingin 2020, tetapi tidak setinggi di Selatan.
Santillana mengatakan, perbedaan tingkat kematian ini dipengaruhi oleh perilaku warga, yang terinspirasi oleh informasi yang salah. Dampak dari pemahaman yang salah ini kemudian berimplikasi pada pengabaian protokol kesehatan yang berimplikasi pada risiko kematian.
”Kami menyadari bahwa orang-orang yang mendengarkan misinformasi terutama dari Partai Republik, khususnya dari Donald Trump, mengabaikan beratnya risiko tertular Covid-19 dan mengabaikan kegunaan masker dan jarak sosial,” kata Santillana. ”Sayangnya, hal itu menyebabkan hasil yang jauh lebih buruk di komunitas tersebut.”
Justin Kaashoek, penulis utama penelitian tersebut, mengatakan, wacana seputar vaksin dan booster selama pandemi juga sangat terpolarisasi. Hal ini turut memicu perbedaan risiko pandemi di populasi.
”Dalam sistem politik saat ini, ketika vaksin diluncurkan, meskipun telah dipresentasikan studi yang menunjukkan manfaatnya, tetap saja orang memilih untuk percaya atau tidak percaya. Bisakah kita benar-benar berharap untuk hasil yang lebih baik di (pandemi) berikutnya, yang mana akan terjadi suatu saat?” katanya