Butuh Aksi Nyata Industri dalam Pengurangan Sampah Plastik
Industri berperan penting dalam mengurangi timbulan sampah plastik. Selain mengajak konsumen mengurangi sampah kemasan, produsen juga diharapkan bisa mendaur ulang sampah kemasan produknya.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komitmen Indonesia dalam mengurangi sampah plastik memerlukan sinergi dari semua pihak, salah satunya dengan produsen atau industri. Kini Industri telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak dari produk yang dihasilkan.
Data Badan Pusat Statistik pada 2021 menunjukkan limbah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun dan 3,2 juta ton terbuang ke laut. Jumlah ini akan terus bertambah jika kita tidak melakukan aksi apa pun.
General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization atau IPRO Zul Martini mengatakan, dari 66 juta ton limbah plastik, hanya 10 persen di antaranya yang berhasil didaur ulang.
Mayoritas tipe plastik yang banyak didaur ulang adalah PET (Polyethylene Terephthalate) yang merupakan jenis plastik yang biasa digunakan sebagai bahan botol plastik untuk air minum kemasan dan tidak memiliki warna atau transparan.
”Sementara tipe plastik PP (Polypropylene) dan MLP (Multilayer Plastic) yang materinya sulit terurai justru infrastrukturnya belum terbangun sempurna dan menyebabkan nilai ekonominya rendah.
Di sinilah peran strategis sinergi perusahaan dan pemerintah untuk turut membangun infrastruktur daur ulang plastik PP dan MLP agar dapat meningkatkan pasokan serta permintaan kedua tipe plastik ini di Indonesia,” kata Martini dalam acara bertajuk ”L'Oréal for the Future”, pada Selasa (6/12/2022), di Jakarta.
Presiden Direktur L'Oréal Indonesia Junaid Murtaza, mengatakan, L'Oréal for the Future (L4TF) merupakan strategi pembangunan berkelanjutan dengan target berbasis sains dan memiliki komitmen jangka panjang hingga 2030. Program ini yang mencakup enam topik utama, di antaranya air, iklim, keanekaragaman hayati, pemberdayaan komunitas, dampak finansial, dan juga limbah.
”Strategi L4TF ini terbagi menjadi tiga pilar utama. Tiga pilar itu, yakni bertransformasi untuk memastikan aktivitas perusahaan kami menghormati batasan bumi; memberdayakan ekosistem bisnis untuk transisi menghadirkan bisnis lebih berkelanjutan, serta berkontribusi mengatasi tantangan dunia, termasuk mengatasi isu sampah plastik di Indonesia,” ungkapnya
Kolaborasi
Director of Corporate Responsibility, L'Oréal Indonesia, Mohamad Fikri menegaskan komitmen perusahaan dalam upaya menujuzero virgin plastic dilakukan. ”Upaya itu dengan kolaborasi daur ulang sampah kemasan khususnya melalui keanggotaan IPRO dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK),” ujar Fikri
Pada 2025, L'Oréal Indonesia menargetkan untuk mencapai pengurangan 78 persen penggunaan virgin plastic dan mencapai 26 persen pengumpulan sampah kemasan melalui transformasi, inovasi, dan kolaborasi. Adapun kolaborasi tersebut menimbulkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Melalui kolaborasi Garnier X eRecyle, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2022 L'Oréal Indonesia berhasil memobilisasi 301.000 konsumen untuk turut serta mengoleksi dan mendaur ulang lebih dari 55,5 ton sampah plastik.
Dari kolaborasi ini terkumpul donasi sampah dengan total Rp 54 Miliar yang disalurkan untuk pendidikan 90 anak pemulung dan kesejahteraan pemulung.
”Dengan capaian itu, kami optimistis dapat melampaui target pengurangan sampah plastik yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No. 75 tahun 2019,” kata Fikri.
Pelaporan, pengumpulan data, dan pengawalan sangatlah diperlukan agar tercipta komitmen dan kontribusi nyata dalam pengelolaan sampah.
Sementara Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan Ujang Solihin Sidik mengatakan, strategi percepatan mengatasi sampah plastik sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang penanganan sampai laut dengan target pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada 2025.
”Untuk mencapai target tersebut, pelaporan, pengumpulan data, dan pengawalan sangatlah diperlukan agar tercipta komitmen dan kontribusi nyata dalam pengelolaan sampah baik di darat maupun di laut melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat,” tambah Ujang.
Dia menyambut baik kolaborasi ini dan berharap lebih banyak industri sadar akan dampak lingkungan. Sebab, dampak lingkungan bukan hanya sebuah isu. Namun, sudah kita rasakan saat ini. Maka dari itu, aksi nyata pengurangan sampah plastik harus dilakukan saat ini juga.
Menyadari peran penting produsen mengurangi timbulan sampah kemasan dan penanganan limbah pascakonsumen, pihak L'Oréal Indonesia menyatakan bertransformasi menghadirkan produk kecantikan dengan kemasan makin ramah lingkungan dan menargetkan mengurangi 20 persen kemasan produk di 2030.
Pengurangan sampah kemasan dilakukan, antara lain, dengan pemakaian daur ulang, menggunakan 100 persen bahan daur ulang pada kemasan plastik rigid pada 2025 . Selain itu pemanfaatan kembali, mengumpulkan kembali, dan mendaur ulang sampah dilakukan melalui kolaborasi Garnier x eRecycle dan kolaborasi bersama Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO).