Perilaku Hidup Sehat Dimulai dari Lingkungan Kerja
Perilaku hidup bersih dan sehat penting. Mengubah perilaku masyarakat untuk mau membiasakan hidup sehat dapat dimulai dari lingkup terkecil seperti lingkungan tempat bekerja.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterlibatan berbagai sektor dalam pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Germas yang diinisiasi oleh pemerintah dinilai menjadi salah satu kunci keberhasilan. Kementerian dan lembaga pemerintah pun diinstruksikan untuk turut membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat mengamanatkan agar seluruh kementerian dan lembaga berperan dalam meningkatkan dan membangun sistem kesehatan masyarakat secara mandiri. Kementerian dan lembaga serta masyarakat perlu terus melakukan sosialisasi, edukasi, dan kampanye untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Agar pelaksanaan Germas di lingkungan lembaga pemerintah lebih masif, Presiden Joko Widodo memberikan penghargaan berupa Germas Awards 2022. Harapannya, penghargaan ini bisa semakin menggerakkan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat.
Ketua Panitia Germas Awards 2022 Jelsi Natalia Marampa menjelaskan, penilaian pelaksanaan Germas bertujuan untuk mengetahui penerapan yang telah dilakukan kementerian dan lembaga dalam membudayakan kehidupan bersih dan sehat kepada para pegawainya. Kegiatan Germas itu seperti melakukan aktivitas fisik, memeriksa kesehatan secara teratur, dan menjaga kebersihan lingkungan.
”Penyakit tidak menular telah menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas sumber daya manusia di Indonesia,” ujar Jelsi saat acara anugerah Germas Awards Tahun 2022 di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Oleh karena itu, Germas diharapkan dapat menurunkan terjadinya penyakit tidak menular di masyarakat. Budaya Germas ini bisa dimulai dari lingkungan kantor kementerian, dan lembaga.
Kementerian dan lembaga yang memperoleh penghargaan Germas Awards 2022 ialah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (kategori Pembudayaan Germas), Badan Keamanan Laut (kategori Pelaksanaan Aktivitas Fisik), Kepolisian Negara RI (kategori Pelaksanaan Lingkungan Sehat), Kementerian Pertahanan (kategori Dukungan Komitmen dan Kebijakan), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (kategori Pelaksanaan Deteksi Dini Penyakit dan Inovasi).
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan, Germas Award merupakan penghargaan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada kementerian dan lembaga terbaik dalam melaksanakan pembudayaan Germas di lingkungannya.
Penyakit tidak menular telah menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas sumber daya manusia di Indonesia.
”Hal ini sejalan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga menjadi budaya dari hidupnya. Menjadikan Germas budaya perlu dimulai dari lingkup terkecil terlebih dahulu, seperti lingkungan tempat bekerja,” kata Agus.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan, pihaknya terus mendorong kerja sama lintas sektor dalam menyosialisasikan gerakan hidup sehat. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat.
Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi penyakit tidak menular naik jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013, antara lain kanker dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen, stroke dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronis dari 2 persen menjadi 3,8 persen, diabetes melitus dari 6,9 persen naik menjadi 8,5 persen, dan hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Menurut Muhadjir, jika tidak diantisipasi, penyakit tidak menular ini akan berdampak besar bagi sumber daya manusia dan perekonomian Indonesia ke depan. Apalagi, pada tahun 2030-2040, Indonesia akan menghadapi bonus demografi di saat penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia nonproduktif.
Namun, apabila tren penyakit tidak menular usia muda naik, upaya Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus yang sehat dan cerdas menuju Indonesia maju pada 2045 akan sulit tercapai.