Polusi Udara Dikaitkan dengan Berbagai Masalah Kesehatan Jangka Panjang
Orang yang tinggal di daerah dengan polusi udara tinggi lebih cenderung memiliki berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi terbaru menemukan, paparan polusi udara dikaitkan dengan peningkatan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental jangka panjang. Asosiasi terkuat dampak polusi udara ini yaitu meningkatnya risiko kesehatan neurologis, pernapasan, kardiovaskular, yang terjadi secara bersamaan dengan depresi dan kecemasan.
Studi yang ditulis para peneliti dari Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN), King’s College London ini diterbitkan di Frontiers in Public Health pada Jumat (2/12/2022). Penelitian ini melibatkan lebih dari 364.000 responden di Inggris.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya tingkat polusi udara yang berasal dari partikel halus 2,5 (PM2,5) dan nitrogen dioksida (NO2) dikaitkan dengan peningkatan risiko setidaknya dua kondisi kesehatan jangka panjang. Asosiasi terkuat diamati untuk kondisi kesehatan neurologis, pernapasan, kardiovaskular, dan masalah mental umum yang terjadi secara bersamaan seperti depresi dan kecemasan.
Beberapa bukti bahwa mekanisme seperti peradangan, oksidatif stres, dan aktivasi kekebalan dapat dipicu oleh partikulat udara yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, darah, paru-paru, dan usus.
Penelitian ini didanai oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR) Maudsley Biomedical Research Center dan NIHR Applied Research Collaboration (ARC) South London.
Amy Ronaldson, peneliti di IoPPN, King’s College London dan penulis pertama studi tersebut, mengatakan, orang dengan lebih dari satu kondisi kesehatan jangka panjang memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dan ketergantungan yang lebih besar pada sistem kesehatan.
”Penelitian kami yang didanai NIHR telah menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah dengan polusi udara terkait lalu lintas yang lebih tinggi berisiko lebih besar mengalami berbagai kondisi kesehatan tersebut,” kata Ronaldson.
Dia menekankan, dari data yang ditemukan, tindakan sederhana untuk mengurangi tingkat lalu lintas berpotensi meningkatkan kehidupan dan mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan kita.
Para peneliti menganalisis data dari UK Biobank, basis data biomedis berskala besar dan sumber penelitian yang berisi informasi genetik, gaya hidup, dan kesehatan yang dianonimkan dari setengah juta peserta di Inggris. Subyek yang diteliti berusia 40-69 tahun. Peserta dinilai untuk 36 kondisi kronis kesehatan fisik dan lima mental. Multimorbiditas didefinisikan sebagai memiliki dua atau lebih dari kondisi ini.
Data kesehatan fisik dan mental dari UK Biobank tahun 2010 dikaitkan dengan perkiraan konsentrasi polusi udara di alamat tempat tinggal para partisipan.
Studi ini menemukan bahwa peserta yang terpapar pada konsentrasi yang lebih tinggi (di atas 10 mikrogram (µg)/m3) partikel halus memiliki 21 persen peningkatan risiko dua atau lebih kondisi kesehatan yang terjadi bersamaan dibandingkan dengan mereka yang terpapar pada konsentrasi di bawah 10 µg/m3.
Untuk peserta yang terpapar NO2 di atas 30 µg/m3, penelitian menunjukkan 20 persen peningkatan risiko memiliki dua atau lebih masalah kesehatan yang terjadi bersamaan dibandingkan dengan peserta yang terpapar konsentrasi NO2 di bawah 20 µg/m3.
Di antara mereka dengan berbagai kondisi, peningkatan paparan terhadap PM 2,5 dan NO2 dikaitkan dengan tingkat keparahan yang lebih besar dari kondisi yang terjadi bersamaan.
Ioannis Bakolis dari IoPPN, yang juga terlibat dalam studi ini, mengatakan, ”Bagaimana polusi udara memengaruhi banyak organ dan sistem pada saat yang sama belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa bukti bahwa mekanisme seperti peradangan, oksidatif stres, dan aktivasi kekebalan dapat dipicu oleh partikulat udara yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, darah, paru-paru, dan usus.”
Menurut dia, studi ini menunjukkan bahwa melalui mekanisme bersama, polusi udara berdampak negatif pada beberapa sistem tubuh dan meningkatkan kemungkinan orang mengembangkan berbagai kondisi kesehatan jangka panjang. ”Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana polusi udara memengaruhi sistem tubuh yang berbeda, tetapi mungkin mengatasi polusi udara dapat membantu mencegah dan mengurangi dampak yang melemahkan dari berbagai kondisi kesehatan jangka panjang,” katanya.
Para peneliti mengidentifikasi beberapa pola dalam asosiasi, yaitu hubungan terkuat terutama antara kondisi yang berkaitan dengan sistem pernapasan (asma, penyakit paru obstruktif kronik) serta sistem kardiovaskular (fibrilasi atrium, penyakit jantung koroner, gagal jantung) tetapi juga untuk neurologis dan kondisi mental umum (stroke, penyalahgunaan zat, depresi, kecemasan).