Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru diungkapkan dalam peringatan HUT Ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional 2022 di Semarang, Jateng. Selain itu, para guru juga dituntut berinovasi sesuai perkembangan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Di tengah kondisi dunia yang dinamis, Indonesia terus berupaya mencetak sumber daya manusia yang unggul. Upaya itu membutuhkan peran yang besar dari guru, dosen, maupun tenaga kependidikan. Seiring dengan upaya tersebut, komitmen untuk menyejahterakan guru juga terus digelorakan.
Dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-77 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional tahun 2022 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/12/2022), Presiden Joko Widodo menyebut, sumber daya manusia yang unggul setidaknya harus memiliki tiga komponen. Komponen pertama yang mesti dimiliki adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguasaan keterampilan teknis yang relevan dengan perkembangan zaman.
Sementara itu, sumber daya manusia unggul juga perlu memiliki komponen kedua, yakni mentalitas dan karakter. Sikap santun, jujur, budi pekerti, peduli terhadap sesama, bekerja keras, dan mampu bergotong royong dinilai Presiden penting untuk dibangun. Di samping itu, pembentukan karakter kebangsaan yang kuat, pancasilais, moderat, toleran, dan paham tentang kebinekaan juga tak kalah penting.
”Komponen ketiga adalah kesehatan jasmani. Ini jangan kita lupakan. Tidak ada gunanya berilmu dan berketerampilan tinggi kalau mental dan fisik tidak sehat, percuma. Hati- hati mengenai ini karena sakit fiisk maupun mental adalah pengali nol dari prestasi akademik,” kata Presiden Jokowi.
Peningkatan kapasitas guru terus dilakukan oleh pemerintah untuk mempercepat pemerataan kualitas pendidikan. Peningkatan kapasitas itu diupayakan melalui berbagai program, antara lain Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar, Guru Penggerak.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim juga menyoroti pentingnya meningkatkan kesejahteraan guru. Upaya meningkatkan kesejahteraan guru, antara lain dilakukan melalui seleksi menjadi aparatur sipil negara berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja atau guru PPPK. Sepanjang 2022, sebanyak 320.000 guru honorer ditargetkan akan diangkat menjadi guru PPPK.
”Saat ini banyak tantangan terkait penempatan formasi. Banyak guru yang lolos passing grade, tetapi tidak mendapatkan formasi karena pemerintah daerah tidak mengajukan formasi. Untuk megatasi hal tersebut, kami mendorong pemerintah daerah mengangkat guru yang telah lolos seleksi agar bisa memenuhi formasi guru di setiap daerah,” ucap Nadiem.
Banyak guru yang lolos passing grade , tetapi tidak mendapatkan formasi karena pemerintah daerah tidak mengajukan formasi.
Nadiem menuturkan, pemerintah telah menyiapkan tiga rencana terkait guru PPPK untuk tahun depan. Pertama, telah ada kolaborasi yang diputuskan lintas kementerian terkait formasi PPPK. Jika hingga Maret 2023, pemerintah daerah tidak mengajukan formasi sesuai kebutuhan, pemerintah pusat yang akan melengkapi formasi tersebut.
Kedua, pemerintah memastikan anggaran gaji dan tunjangan untuk guru PPPK tidak digunakan untuk kebutuhan lain, bahkan kebutuhan lain di bidang pendidikan. Ketiga, anggaran bagi guru PPPK akan ditransfer ke pemerintah daerah setelah guru honorer diangkat.
”Ini adalah tiga kebijakan yang akan mendorong dan mengakselerasi janji kami memastikan kesejahteraan guru di negara ini terjamin. Ini komitmen yang akan kami jaga dan kuatkan untuk selalu ada di sisi guru. Kami juga terus berupaya mendorong pemerintah daerah untuk berpihak pada guru sebab keberhasilan kita menciptakan sumber daya manusia yang unggul berada di tangan guru,” tuturnya.
Dalam peringatan HUT Ke- 77 PGRI dan Hari Guru Nasional tersebut, tema yang diambil adalah ”Guru Bangkit Pulihkan Pendidikan, Indonesia Kuat, Indonesia Maju”. Melalui tema tersebut, PGRI mengajak seluruh guru, dosen, dan tenaga kependidikan untuk bangkit bersama memulihkan pendidikan, memajukan Indonesia agar lebih kuat di masa yang akan datang.
”Kami berkomitmen menjadi bagian penting dalam perubahan dan pembaruan bagi kemajuan indonesia. Teknologi yang berkembang amat pesat harus diiringi dengan kreativitas dan motivasi sehingga para guru senatiasa relevan dengan kebutuhan anak-anak kita,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi.
Di acara yang diikuti secara langsung oleh lebih kurang 15.000 guru tersebut, hadir pula para pemimpin daerah, baik gubernur maupun bupati/wali kota dari sejumlah daerah di Indonesia. Salah satu yang turut hadir adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Gugur
Mengawali sambutannya, Ganjar mengajak peserta yang hadir dalam acara tersebut untuk berdoa bagi para guru yang gugur selama pandemi. Selama pandemi, sedikitnya 1.244 guru meninggal dunia akibat Covid-19. Menurut Ganjar, hal itu merupakan kerugian yang besar bagi negara.
”Tidak ada kerugian yang melebihi kehilangan para guru. Ini sama halnya tidak ada keuntungan yang melebihi keberadaan para guru,” ucapnya.
Ganjar mencontohkan, saat Jepang telah dihantam bom atom, pemimpin tertinggi di negara itu mempertanyakan jumlah guru yang masih tersisa. Guru menjadi sosok pertama yang dicari untuk mengawal kebangkitan Jepang kala itu. Dengan sebanyak 45.000 guru yang tersisa pada masa itu, Jepang bisa tumbuh menjadi negara kuat. Dengan banyaknya guru yang ada saat ini, Ganjar berharap Indonesia bisa menyamai spirit Jepang.
”Tidak ada Pak Jokowi yang menjadi presiden, saya yang berdiri di sini, Mas Menteri yang berdiri di sini, semua karena guru. Maka siapa pun yang mau melakukan pembangunan, terlebih dahulu harus membangun pendidikan. Tidak bisa ditawar lagi dan gurulah yang akan menjadi kunci berkualitas atau tidaknya sebuah generasi,” imbuh Ganjar.