Suarakan Bantar Gebang, Film Mahasiswa UMN Dapat Penghargaan dari Perancis
Film berjudul "Jumantara of Bantar Gebang" itu merupakan karya dari proyek liputan dalam mata kuliah Video Program Production. Temanya mengangkat kehidupan warga di antara gunungan sampah yang diangkut dari Jakarta.
Oleh
NASRULLAH NARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Film pendek karya mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara memenangi kompetisi The 8th Edition of the MegaCities-ShortDocs Festival. Film dokumenter itu mengupas kehidupan sehari-hari warga di antara gunungan sampahBantar Gebang, Bekasi, sebelah timur wilayah DKI Jakarta.
Film berjudul Jumantara of Bantar Gebang itu merupakan karya dari proyek liputan dalam mata kuliah Video Program Production. Tercatat lima mahasiswa Program Studi JurnalistikUMN yang menggarapnya, yakni Rachmat Idrus Kurniawan, Felicia Salvina, Rega Al Muhtadda, Rheinata Yuvian Tasman, dan Mikael Ario Masri. Tim ini melibatkan pula seorang mahasiswa dari program studi Desain Komunikasi Visual, Muhammad Yafi Rayhan Zainal.
Pertengahan Desember ini, perwakilan dari mahasiswa tersebut akan terbang ke Paris, Perancis, untuk menerima penghargaan secara resmi dari MegaCities-ShortDocs, penyelenggara festival. (https://www.megacities-shortdocs.org/).
Di Jakarta, film dokumenter karya mereka akan tayang pada Rabu (7/12) malam, di Auditorium IFI (The French Institute of Indonesia), Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Pada kesempatan itu, IFI akan memutar 16 film pendek yang dipilih oleh juri internasional dari MegaCities-ShortDocs Festival.
Dari penyelenggaraan festival edisi ke 8 ini, IFI pada Jumat (2/12/2022) mengumumkan tiga film pendek Indonesia yang berhasil lolos seleksi final. Selain karya mahasiswa UMN, dua lainnya adalah film pendek Mereka Tak Perlu Tahu (karya Yogi Tujuliarto dan rekannya) dan The Rain Collector (karya Jeffri Kaharsyah).
Situs resmi IFI menyebutkan,tema-tema yang diangkat oleh film-film pendek tersebut menyangkut isu-isu pembangunan berkelanjutan di perkotaan seperti pengelolaan sampah, akses air minum, ketidaksetaraan, aksesibilitas kota bagi kaum difabel, transportasi publik, akses pangan, dan akses perumahan. Acara pemutaran film dokumenter dalam berbagai bahasa dengan teks bahasa Inggris itu akan dirangkaikan dengan diskusi dalam bahasa Indonesia. Acara dijadwalkan mulai pukul 19.00, terbuka untuk umum secara gratis.
Proses kreatif
Felicia Salvina, mahasiswa UMN, mengungkapkan, proses kreatif pembuatan film berdurasi empat menit itu berawal dari arahan dosen pengampu mata kuliah Video Program Production, Aditya Heru Wardhana. Mereka diarahkan untuk membuat karya yang sinkron dengan tema yang diusung MegaCities-ShortDocs tahun ini yakni masalah perkotaan.
Felicia dan tim bersepakat untuk mengangkat kehidupan komunitas pemulung di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Bantar Gebang. Mereka tiap hari mengais rezeki dari gunungan sampah yang diangkut dari Ibu Kota Jakarta, dengan risiko bergelimang dengan lingkungan tidak sehat. Tumpukan sampah rumah tangga dan industri itu sangat lekat dengan isu perkotaan, lingkungan, kesehatan, dan lain-lain.
"Nasib warga di area itu sangat memprihatinkan. Tiap hari menghirup bau kurang sedap dan sulit mendapatakan air bersih," kata Felicia.
Mereka blusukan dan berinteraksi langsung dengan warga setempat untuk memperoleh ungkapan murni yang selama ini nyaris tak terdengar.
Untuk menggarap video di tempat tersebut, tim mahasiswa UMN beberapa kali mendapatkan rintangan dari petugas keamanan. Namun, berkat kemampuan menyiasati situasi, akhirnya mereka mampu menembus narasumber sekaligus mengambil gambar di lokasi dengan berbagai metode. Mereka blusukan dan berinteraksi langsung dengan warga setempat untuk memperoleh ungkapan murni yang selama ini nyaris tak terdengar.
Felicia menambahkan, film adalah media untuk mengungkapkan persoalan di masyarakat. Persoalan akan terasa lebih nyata, jika pembuat film merasakannya sendiri. "Kami sampai bolak-balik beberapa hari untuk menyelami kehidupan di Bantar Gebang," tutur Felicia.
Prestasi UMN
Bukan kali ini saja mahasiswa UMN menorehkan prestasi gemilang dalam bidang film. Tahun 2018, misalnya, dua tim mahasiswa animasi UMN menjuarai 20th DigiCON6 Asia, perlombaan film pendek tahunan yang dihelat Tokyo Broadcasting System (TBS). (Kompas, 20/10/2018).
Karya film animasi yang berjudul Keluarga Satu Setengah dan Life of Death berhasil mengantar mereka ke Jepang untuk bertanding dengan sineas se-Asia. Film Keluarga Satu Setengah karya Michaela Clarissa Levi, Robert Sunny, dan Raffael Arkapraba Gumelar menggugah empati penonton terhadap penderita penyakit obsessive compulsive disorder dan post traumatic stress disorder.
Adapun Life of Death ciptaan Jason Kiantoro dan Bryan Arfiandy berkisah tentang keseharian malaikat maut. Penonton diajak menggunakan waktu semasa hidup dengan sebaik-baiknya.