Kasus Kematian Meningkat, Mayoritas Belum Divaksinasi
Meskipun kasus konfirmasi positif Covid-19 dilaporkan mengalami penurunan, kasus kematian justru meningkat. Hal ini perlu diantisipasi segera, salah satunya dengan meningkatkan perlindungan melalui vaksinasi Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan melaporkan kasus konfirmasi positif Covid-19 mengalami penurunan. Namun, kasus kematian yang dilaporkan dalam sepekan justru meningkat. Sebagian besar kasus meninggal belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Data Kemenkes yang tercatat pada periode 4 Oktober-21 November 2022 menunjukkan, 48 persen kasus kematian pada pasien Covid-19 dengan status belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sebanyak 8 persen kasus kematian baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama, 26 persen kasus mendapatkan vaksinasi dosis kedua, dan 18 persen sudah mendapatkan dosis penguat.
Juru bicara Kemenkes, Muhammad Syahril, di Jakarta, Jumat (12/2/2022), menuturkan, pelaksanaan vaksinasi mengalami penurunan yang signifikan pada September 2022, tetapi peningkatan kembali terjadi pada pertengahan November ini.
”Mudah-mudahan vaksinasi, termasuk vaksinasi ketiga dan keempat bisa semakin meningkat sehingga bisa mencapai cakupan yang ditentukan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebesar 70 persen,” katanya.
Ia mengatakan, masyarakat harus semakin disadarkan akan pentingnya vaksinasi untuk melindungi diri dari penularan Covid-19. Vaksinasi juga menjadi strategi untuk mencapai akhir dari pandemi Covid-19.
Vaksinasi Covid-19 semakin diperlukan untuk melindungi kelompok rentan, seperti warga lansia. Kematian akibat Covid-19 paling banyak dilaporkan pada kelompok usia lanjut yang belum mendapatkan vaksinasi. Dari 1.375 kasus kematian pada warga lansia, sebesar 51 persen belum mendapatkan vaksinasi lengkap sebesar 82 persen dengan 51 persen di antaranya sama sekali belum mendapatkan vaksinasi.
Dari 1.375 kasus kematian pada warga lansia, sebesar 51 persen belum mendapatkan vaksinasi lengkap sebesar 82 persen dengan 51 persen di antaranya sama sekali belum mendapatkan vaksinasi.
Syahril menuturkan, kesadaran untuk segera melengkapi vaksinasi tersebut juga diperlukan mengingat kasus kematian mingguan yang dilaporkan meningkat. Padahal, kasus konfirmasi positif Covid-19 dilaporkan menurun. Dalam sepekan terakhir, kasus konfirmasi Covid-19 menurun 21,02 persen dari pekan sebelumnya sementara kasus kematian meningkat 16,42 persen dari pekan sebelumnya.
Syahril mengatakan, kondisi terkini terkait penularan Covid-19 di Indonesia masih dinilai terkendali. Hal tersebut mengacu pada indikator transmisi komunitas yang telah ditentukan oleh WHO. Dari indikator kasus yang dilaporkan kini masih kurang dari 20 kasus per 100.000 penduduk per minggu, yakni 15,4 persen. Sementara untuk kasus rawat inap di bawah 5 kasus per 100.000 penduduk per minggu, yakni 1,8 kasus. Pada indikator kasus kematian juga masih kurang dari 1 kematian per 100.000 penduduk per minggu, yaitu 0,1 kasus.
Namun, ia menuturkan, terdapat tiga provinsi yang sudah masuk pada level dua yang patut diwaspadai. Ketiga wilayah tersebut yakni DKI Jakarta, Banten, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. DKI Jakarta memiliki kasus konfirmasi mingguan sebesar 162,5 kasus dan rawat inap 7,58 kasus. Sementara Banten kasus mingguan mencapai 34,9 kasus dan DIY dengan kasus rawat inap sebesar 5,02 kasus.
”Kewajiban kita untuk mengendalikan kasus. Kita diharapkan dapat mengantisipasi kenaikan kasus serta mengantisipasi bertambahnya yang dirawat dan kasus kematian. Apalagi saat ini sudah mendekati libur Natal dan Tahun Baru,” tutur Syahril.
Sebelumnya, Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan resmi mengatakan, persentase kematian kasus Covid-19 di Indonesia termasuk yang tinggi di antara negara lain, seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Malaysia.
”Di kita, jumlah yang meninggal sudah lebih dari 50 orang (per hari) dan persentasenya lebih tinggi dari negara tetangga. Padahal, kita tahu bahwa (varian) XBB seharusnya tidaklah terlalu berat, tetapi entah kenapa menimbulkan kenaikan angka kematian cukup tinggi di Indonesia. Ini harus diantisipasi segera,” ujarnya.