Sayembara Naskah Teater DKJ 2022 Tetapkan Sembilan Pemenang
Ada sembilan pemenang Sayembara Naskah Teater 2022 yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta. Para pemenang terpilih dari total 219 naskah yang diterima panitia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sembilan penulis dari sejumlah daerah di Indonesia ditetapkan sebagai pemenang Sayembara Naskah Teater 2022 yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Naskah-naskah tersebut tidak hanya berpotensi untuk dipanggungkan, tetapi juga dapat menjadi arsip gagasan dan perkembangan seni teater.
Ada tiga kategori pemenang, yaitu Naskah Terbaik, Naskah Istimewa, dan Naskah Potensial. Ada tiga pemenang di setiap kategori. Setiap pemenang di kategori Naskah Terbaik menerima hadiah uang Rp 15 juta, Naskah Istimewa Rp 12 juta, dan Naskah Potensial Rp 10 juta.
”Tiga Naskah Terbaik dianggap memiliki kekuatan dramaturgi, konteks budaya lokal, tema yang aktual, konflik yang dramatis, dan peluang besar untuk pemanggungan yang lengkap, terutama di (segi) keaktoran dan tata artistik,” kata anggota dewan juri Sayembara Naskah Teater 2022, Zen Hae, di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Hanya saja, sebagian besar penulis naskah belum menguasai dramaturgi naskah dengan baik. Mereka masih membayangkan naskah teater sebagai teks sastra.
Sayembara Naskah Teater 2022 atau Rawayan Awards dulu dikenal sebagai Sayembara Naskah Lakon. Sayembara ini diselenggarakan pertama kali pada 1972 oleh DKJ. Sayembara terakhir kali diadakan pada 2019.
Zen menambahkan, naskah yang menang di kategori Naskah Istimewa memiliki narasi yang unik dan tema yang kontekstual. Naskah pemenang kategori Naskah Potensial dinilai punya tema variatif dan berpotensi dipanggungkan.
Adapun judul naskah yang menang di kategori Naskah Terbaik adalah Bilai karya Mulyadi dari Nusa Tenggara Barat. Judul lain adalah Tuhan Tolong Bunuh Emak karya Yessy N Cristien dari Jawa Timur, serta Sketsa-sketsa di Kebun Warisan karya Rachmat H Mustamin dari Sulawesi Selatan.
Pemenang Naskah Istimewa adalah Beo Motinggo karya Ibed S Yuga dari Bali, serta Matahari Papua karya Nobertus Riantioarno dari Banten. Ada pula The Death of the Activist karya Taruna P Putra dari Jawa Timur.
Sementara itu, pemenang Naskah Potensial adalah Pindah karya Rizal Iwan dari Sumatera Selatan, Mesin Jemaat karya Ahda Imran dari Sumatera Barat, serta Semar Mencari Raga karya Sri Kuncoro dari DI Yogyakarta.
Panitia sayembara menerima 219 naskah sejak 16 Mei hingga 10 September 2022. Naskah tersebut dibuat oleh 180 penulis yang tersebar di sejumlah daerah, mulai dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, hingga Turki.
Dewan juri lantas memilih 17 naskah unggulan dari semua naskah yang ada. Kemudian, juri memilih sembilan naskah pemenang. Dewan juri yang dipilih oleh Komite Teater DKJ ini terdiri dari Arthur S Nalan, Dede Pramayoza, Otty Widasari, Zen Hae, dan Shinta Febriany.
”Naskah yang masuk sangat beragam. Banyak gagasan menarik, isu terkini, kemungkinan pemanggungan, judul yang provokatif, dan jejak pengaruh naskah-naskah luar,” kata Shinta. ”Hanya saja, sebagian besar penulis naskah belum menguasai dramaturgi naskah dengan baik. Mereka masih membayangkan naskah teater sebagai teks sastra,” ujarnya.
Menjadi arsip
Menurut Ketua Komite Teater DKJ Bambang Prihadi, seni teater mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Hal ini, antara lain, tampak dari naskah-naskah teater yang dihasilkan. Naskah teater pun dianggap sebagai salah satu arsip perkembangan seni teater.
Ia berharap agar naskah-naskah pada sayembara tahun ini tidak hanya menjadi arsip, tetapi juga sumber pengetahuan yang bisa didistribusikan. Naskah ini juga diharapkan jadi basis penciptaan teater pada masa depan.
”Kalau hal ini diarsipkan, tapi tidak dibaca ulang dan bahkan tidak dilanjutkan, dialog dan kerja-kerja teater tidak akan berlangsung dengan baik,” kata Bambang.
Sebelumnya, pada diskusi ”Lanskap Teater Mutakhir dan Tren Sayembara” oleh DKJ, sutradara dan penulis Ibed Suryagana mengatakan, pandemi Covid-19 tidak sepenuhnya mematikan seni teater. Kendati seni pertunjukan panggung mesti jeda sesaat, penulisan naskah tetap bisa dilakukan saat pandemi. Peluang pengembangan naskah teater pun semakin besar dengan munculnya berbagai lokakarya penulisan.
Salah satu pendiri Mirat Kolektif, Udiarti, mengatakan, lokakarya penulisan memungkinkan penulis bertemu banyak orang dari beberapa daerah dan kemampuan. Diskusi yang terjadi saat lokakarya dinilai memperkaya perspektif penulis. Hal ini dapat memperkaya gagasan naskah serta jadi bekal bagi penulis untuk berkarya pada masa depan.