Kontribusi Frans Seda dalam kemajuan bangsa nyata di berbagai bidang. Tokoh tiga zaman itu diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Franciscus Xaverius Seda atau lebih dikenal Frans Seda (1926–2009) membuat sejumlah terobosan yang berdampak bagi kemajuan bangsa. Kontribusinya nyata di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, sosial, pendidikan, hingga pers.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, selain berperan mempertahankan kemerdekaan, Frans Seda juga mengisi kemerdekaan lewat gagasan-gagasannya. Dalam bidang pendidikan, misalnya, ia merupakan pendiri dan perintis Universitas Katolik Atma Jaya.
Ketika menjabat Menteri Keuangan pada 1966-1968, Frans Seda mengatasi hiperinflasi Indonesia yang mencapai 650 persen. Ia juga berkontribusi penting pada lahirnya harian Kompas.
”Dengan semua karya dan kontribusinya, relevan sekali Frans Seda diusulkan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya dalam seminar Jejak Frans Seda: Perjuangan dan Pengabdian untuk Tuhan dan Tanah Air di Kampus Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Pada Orde Lama, Frans Seda pernah menjadi Menteri Perkebunan 1964-1966 dan kemudian menjabat Menteri Pertanian pada 1966. Di era pemerintahan Presiden Soeharto, selain menjabat Menteri Keuangan, ia juga dipercaya sebagai Menteri Perhubungan 1968-1973.
Ketika era reformasi, Frans Seda menjadi penasihat ekonomi untuk tiga presiden, yaitu BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, dan Megawati. Artinya, ia pernah membantu lima presiden di negeri ini.
”Dia merupakan tokoh tiga zaman. Banyak kebijakan yang beliau lakukan untuk kejayaan negeri. Ia dikenal sebagai titik simpul antara perjuangan kebangsaan dan keimanan,” katanya.
Johnny mendorong panitia pengusul penganugerahan gelar pahlawan nasional Frans Seda menyiapkan berbagai dokumen untuk memenuhi persyaratan usulan tersebut. Ia berharap gelar pahlawan itu dapat diberikan tahun depan.
Frans Seda sebagai sosok religius sekaligus teknokrat. Religositas itu membentuk integritasnya saat menjabat di pemerintahan.
”Semuanya harus disiapkan, jangan lama-lama, termasuk naskah akademiknya. Dengan begitu, bisa segera diusulkan ke pemerintah, tentunya setelah melewati mekanisme yang ada,” ucapnya.
Staf Khusus Menteri Keuangan YustinusPrastowo menyebutkan, Frans Seda mempunyai peran sentral di bidang ekonomi pada masa transisi Orde Lama ke Orde Baru. Saat itu, selain menghadapi hiperinflasi, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Indonesia mengalami defisit.
”Pemikiran Frans Seda ketika itu, pemerintah mestinya tidak terus-menerus mencetak uang, tetapi mendatangkan investasi untuk mengendalikan inflasi,” ujarnya.
Frans Seda melahirkan sejumlah gagasan dalam membenahi perekonomian negara. Dalam manajemen anggaran belanja negara, misalnya, penyusunan anggaran disesuaikan dengan pengeluaran agar berimbang.
”Menurut beliau, koperasi dan pemerintah harus menjadi pilar perekonomian negara. Selebihnya sektor swasta diberi ruang untuk mengisi (ruang ekonomi) yang belum terjangkau,” ucapnya.
Integritas
Rektor Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) Komaruddin Hidayat menilai, Frans Seda sebagai sosok religius sekaligus teknokrat. Religositas itu membentuk integritasnya saat menjabat di pemerintahan.
Menurut Komaruddin, Frans Seda patut diteladani oleh politisi di era sekarang. Tokoh yang menampilkan nilai-nilai religius dalam wawasan kenegaraan melalui teknokratiknya. Tidak hanya untuk komunitasnya sendiri, tetapi semua golongan.
”Dia jelas pejuang Indonesia. Intelektual yang juga negarawan. Ini tentu dirindukan bagaimana panggung nasional kita diisi oleh orang-orang seperti itu,” ucapnya.
Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang FX Eko Armada Riyanto menyebutkan, Frans Seda merupakan sosok yang hidupnya bukan untuk mengejar jabatan. Pengabdiannya tidak hanya untuk warga Katolik, tetapi pada semua rakyat Indonesia.
”Saya yakin dia adalah pahlawan. Kita harus berjuang untuk meneladaninya,” ucapnya.
Penulis dan peneliti sosial Yoseph Stanley Adi Prasetyo menuturkan, Frans Seda merupakan sosok luar biasa karena selalu membuat terobosan di mana pun ditempatkan. Pada 1960-an, misalnya, ia membangun komunikasi dengan Partai Katolik di Belanda untuk melobi kelompok politik garis keras di negara itu dalam misi pembebasan Irian Barat.
”Dia punya keberpihakan yang jelas. Ada empat kunci sukses Frans Seda, punya keilmuan, konsep, memahami konteks, serta memiliki jejaring, tak hanya secara nasional, tetapi internasional. Ia adalah mutiara dari timur yang melihat Indonesia dari Flores dengan kacamata dunia,” ujarnya.