Seleksi Nasional Masuk PTN 2023 Memberikan Keleluasaan Memilih Prodi
Seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri tahun 2023 makin memberikan keleluasaan pada peserta. Selain ada pilihan jalur diploma atau sarjana, juga bebas memilih program studi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri atau SNPMB PTN tahun 2023 memberikan menu pilihan lebih beragam bagi calon mahasiswa. Pilihan program studi mencakup program diploma 3, diploma 4/sarjana terapan, dan S-1. Selain itu, peserta juga dapat memilih program studi di perguruan tinggi negeri secara leluasa tanpa ada lagi sekat-sekat kelompok sains teknologi dan sosial humaniora.
Proses penerimaan mahasiswa baru di PTN tahun 2023 diluncurkan di Jakarta, Rabu (1/12/2022). Jalur pertama yang dibuka adalah seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP) yang hanya bisa diikuti siswa kelas XII SMA/SMK sederajat lulusan tahun 2023. Peluncuran SNBP dilakukan pada 3 Januari 2023. Lalu, dilanjutkan dengan seleksi nasional berbasis tes (SNBT) dimulai 23 Maret 2023. Terakhir, jalur mandiri yang dilaksanakan setiap PTN.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam mengatakan, akses kuliah ke PTN lebih mudah lewat seleksi secara nasional.
Adanya transformasi pendidikan Merdeka Belajar di jenjang menengah yang mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka lalu di PT menerapkan Kampus Merdeka, perlu diselaraskan. Untuk itu, seleksi masuk PTN di tahun 2023 ada penyesuaian guna memastikan calon mahasiswa terpilih yang memiliki kemampuan untuk sukses menyelesaikan kuliah di program studi (prodi) pilihan.
Nizam memaparkan di jalur prestasi menilai prestasi siswa selama pendidikan di SMA/SMK sederajat. Selama ini diserahkan ke PTN untuk kriteria, mulai tahun depan dibuat acuan bersama sehingga ada kesetaraan untuk masuk lewat jalur prestasi.
Untuk jalur masuk lewat tes, pelaksanaannya berbasis komputer di pusat ujian tulis berbasis komputer (UTBK). Ada perbedaan untuk materi ujian yang tidak lagi menyajikan tes potensi akademik, tetapi menekankan pada tes potensi skolastik (TPS) serta literasi dan numerasi. Bagi peserta, ada penilaian obyektif bisa masuk PTN guna merealisasikan cata-cita atau karier sesuai minat dan bakat. Bagi PTN, ada ukuran mendapat calon mahasiswa berpotensi sukses paling tinggi.
Menurut Nizam, jika melihat pada praktik internasional, seleksi masuk perguruan tinggi tidak berdasarkan subyek mata pelajaran tetapi lebih pada potensi dari calon mahasiswa melalui tes skolastik, kemampuan bernalar, menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis, numerasi, literasi dari setiap program studi yang dipilihnya.
”Tes masuk skolastik serta literasi dan numerasi, bukan berarti mata pelajaran tidak penting. Sebab, berguna juga untuk menjadi fondasi kelancaran pembelajaran di PT. Karena itu, sangat penting bagi calon mahasiswa untuk memilih mata peelajaran saat di SMA/SMK,” ungkap Nizam.
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB Mochmad Ashari mengatakan, sejumlah hal baru perlu dicermati dalam SNPMB 2023, yakni di setiap jalur seleksi nasional, baik berdasarkan prestasi maupun tes, peserta dapat memilih prodi di jenjang D-3, D-4, ataupun S-1.
Tes masuk skolastik serta literasi dan numerasi, bukan berarti mata pelajaran tidak penting. Sebab, berguna juga untuk menjadi fondasi kelancaran pembelajaran di perguruan tinggi.
Hal itu berarti setiap peserta bebas memilih mau mendaftar di jenjang diploma atau sarjana saja atau dicampur. Saat mendaftar, peserta maksimal memilih dua prodi, bisa memilih prodi di vokasi, akademik, atau campuran.
Ashari menambahkan, setiap peserta dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau bahasa diizinkan memilih prodi di PTN. ”Prinsipnya merdeka bertanggung jawab,” kata Ashari.
Mulai tahun depan tidak ada pembatasan pilihan prodi berdasarkan kelompok ujian saintek (IPA), soshum (IPS), atau campuran. Pilihan prodi terbuka untuk siswa dari jurusan apa pun di SMA/SMK sederajat, tetapi calon mahasiswa harus memperhitungkan kemampuannya untuk mengikuti perkuliahan sesuai prodi.
”Lintas ilmu bisa dilakukan leluasa, tapi kami minta bertanggung jawab. Semisal anak IPS mau memilih prodi teknik sipil, mesti dipertimbangkan betul apakah ketika diterima bisa menyelesaikan perkuliahan hingga lulus,” kata Ketua Pelaksana Eksekutif SNPMB 2023 Budi Widyobroto.
Keleluasaan untuk memilih prodi di PTN karena penilaian seleksi masuk PTN tidak lagi berbasis konten mata pelajaran. Untuk jalur tes, seleksi menekankan pada TPS; literasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; serta penalaran matematika.
Hasil TPS penting untuk mengukur kemampuan kognitif ini dinilai lebih adil dan inklusif bagi calon mahasiswa. Hasil tes ini dianggap penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya di pendidikan tinggi. Di TPS yang akan diuji adalah kemampuan penalaran umum, kemampuan kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis. Kemampuan kuantitatif akan mencakup pengetahuan dan penguasaan matematika dasar.
Sementara itu, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan, SNPMB sebagai jembatan transformasi pendidikan agar pendidikan menengah dengan pengembangan kecekapan dasar literasi dan numerasi, daya nalar, dan pemecahan masalah relevan di PT. Pendidikan menengah juga harus secara holistik.
Pada seleksi jalur prestasi, yang dinilai kini semua mata pelajaran, bukan hanya mata pelajaran tertentu. ”Jadi semua mata pelajaran penting. Tapi ada mata pelajaran yang perlu didalami secara khusus oleh tiap calon mahasiswa sesuai aspirasi minat atau kariernya,” kata Anindito.
Lebih lanjut Anindito mengatakan, calon mahsiswa harus berupaya untuk bisa mengidentifikasi minat bakat dan perencanaan studi sesuai karier minat bakat. Hal ini sejalan dengan yang ditawarkan Kurikulum Merdeka yang mulai diimplementasikan di banyak sekolah.
Menurut Anindito, meskipun pilihan prodi kini bebas untuk siswa, nperlu dilihat juga karakteristik prodinya. Sebagai contoh untuk prodi teknik, siswa perlu mendalami lebih lanjut mata pelajaran matematika.
”Untuk bisa berhasil memilih prodi yang diinginkan di PT, siswa perlu diarahkan untuk memahami pengetahuan yang dibutuhkannya yang lebih mendalam sehingga sukses saat kuliah di PT. Kompetisi bebas di jalur tes yang lepas dari peminatan atau jurusan saat di SMA/SMK karena kita mengikuti praktik baik di negara maju yang melihat TPS sebagai faktor keberhasilan di PT,” jelas Anindito.
Sebagai panduan bagi siswa, terutama yang akan ikut jalur prestasi dalam pemilihan prodi yang bebas, Kemendikbudtristek memberikan acuan lewat Keputusan Mendikbudristek Nomor 345/M/2022 tentang Mata Pelajaran Pendukung Program Studi Dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. Penetapan mencakup sekolah yang menggunakan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013.
Sebagai contoh, siswa yang berminat ke prodi hukum, di Kurikulum Merdeka ditetapkan mata pelajaran Sosiologi dan/atau Pendidikan Pancasila, sedangkan yang Kurikulum 2013 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn (jurusan IPA); Sosiologi dan/atau PPKn (IPS); serta PPKn (Bahasa). Adapun penentuan untuk prestasi ataupun portofolio (biasanya terkait prodi seni dan olahraga), ditetapkan masing-masing PTN.
Secara terpisah, Ina Liem, praktisi pendidikan yang juga konsultan pendidikan/perkuliahan, mengatakan keleluasan untuk memilih prodi di PT memungkinkan dengan melihat profil calon mahasiswa dari hasil TPS. “Sebetulnya tetap perlu untuk juga melihat prasyarat untuk tiap prodi,” kata Ina.
Menurut Ina, penting untuk memastikan siswa memenuhi prasyarat dasar suatu prodi. Sebagai contoh, ada siswa jurusan IPS di SMA yang diterima di jurusan Aktuaria dan kini kesulitan mengikuti perkuliahan. Setelah dianalisis, hal itu terjadi karena dasar Matematika yang dikuasainya kurang kuat lantaran ketika di SMA dibedakan Matematika IPA dan Matematika IPS.
”Mindset untuk kuliah di PTN perlu berubah. Target orangtua sekarang ini jangan yang penting anak masuk PTN. Seharusnya yang penting anak menguasai bidangnya. Kalau mengandalkan hafalan, bakal tergantikan oleh robot. Jadi untuk jangka panjang anak itu sulit bersaing,” kata Ina, yang berpengalaman dalam pendaftaran pendidikan tinggi di luar negeri.