Pendekatan ”One Health” untuk Antisipasi Penyakit Baru
Sebanyak 60 persen penyakit yang menginfeksi manusia bersumber dari hewan. Konsep ”one health” yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan pun penting untuk mencegah penyakit baru muncul.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kerusakan lingkungan dan perubahan pola hidup masyarakat meningkatkan risiko munculnya penyakit baru di masa depan. Untuk mengantisipasinya, sistem kesehatan yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan atau one health mesti diterapkan.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, 60 persen penyakit menular pada manusia adalah zoonosis atau bersumber dari hewan. Ada lima penyakit baru yang muncul setiap tahun dan tiga di antaranya berasal dari binatang. Salah satu alasan penyebab munculnya penyakit zoonosis adalah hubungan manusia dan hewan yang kian dekat.
”Setiap hewan liar membawa sekitar 1,7 juta jenis virus yang mungkin bisa melompat ke manusia. Perdagangan hewan liar perlu diatur dan lingkungan mesti dilindungi,” kata Tjandra pada lokakarya media ”Applying #OneHealth Approach in Reporting on Health and Development Issues” secara daring, Kamis (1/12/2022).
Merebaknya penyakit zoonosis juga disebabkan oleh kerusakan lingkungan, perubahan iklim, hingga eksploitasi satwa liar. Pola hidup masyarakat dengan mobilitas tinggi juga menambah peluang penyebaran penyakit.
Adapun 70-80 persen penyakit baru yang muncul berhubungan dengan binatang. Hal ini tampak setidaknya sejak tahun 1990 hingga sekarang. Beberapa di antaranya ialah penyakit BSE atau sapi gila, sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan H5N1 yang berhubungan dengan unggas, serta sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang berhubungan dengan unta. Sementara Covid-19 dihubungkan dengan kelelawar dan trenggiling.
Di sisi lain, merebaknya penyakit zoonosis juga disebabkan oleh kerusakan lingkungan, perubahan iklim, hingga eksploitasi satwa liar. Pola hidup masyarakat dengan mobilitas tinggi juga menambah peluang penyebaran penyakit.
Ahli kesehatan masyarakat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, Gyanendra Gongal, mengatakan, perubahan iklim turut memengaruhi keamanan pangan manusia dan hewan. Perubahan suhu air laut, misalnya, mengubah plankton sehingga memicu kontaminasi pada kerang.
Perubahan iklim juga memicu serangan hama dan penyakit tanaman sehingga mendorong penggunaan pestisida untuk tanaman. Namun, kandungan pestisida yang tinggi pada pangan dapat berdampak bagi kesehatan manusia, seperti merusak sel dan mengganggu fungsi organ.
Itu sebabnya, pendekatan one health direkomendasikan karena mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. ”Pendekatan one health bisa mencegah penyakit zoonosis dan penyakit tidak menular seperti kanker,” kata Gongal.
Kolaborasi
Pendekatan one health dinilai baru bisa berhasil jika semua pihak berkolaborasi, termasuk tenaga kesehatan manusia, seperti dokter dan perawat, petani dan peternak, dokter hewan, ahli lingkungan, hingga media massa.
Pada Maret 2022, WHO, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), serta Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menandatangani nota kesepahaman mengenai one health. Kerja sama keempatnya menghasilkan One Health Joint Plan of Action (2022-2026).
Rencana aksi tersebut memuat enam poin. Pertama, meningkatkan kapasitas one health untuk memperkuat sistem kesehatan. Kedua, mengurangi risiko endemi dan pandemi. Ketiga, menghilangkan penyakit-penyakit yang ada, seperti penyakit zoonosis.
Keempat, memperkuat penilaian dan manajemen komunikasi risiko keamanan pangan. Kelima, menangani resistensi antimikroba. Keenam, mengintegrasikan aspek lingkungan ke pendekatan one health.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengatakan, pendekatan one health juga mesti dikomunikasikan ke publik agar bisa berjalan optimal. Untuk itu, peran media massa pun dibutuhkan. Selain mendorong pemahaman publik, pemberitaan media juga diharapkan mendorong pemangku kepentingan membuat kebijakan one health berbasis sains.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, pendekatan one health sejalan dengan visi Indonesia di forum G20, yakni memperkuat arsitektur kesehatan global. One health juga mendukung pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap potensi pandemi atau krisis kesehatan lain di masa depan.