Menkes: Kasus Covid-19 Telah Mencapai Puncak
Jumlah kasus Covid-19 diperkirakan akan segera turun dalam 1-2 pekan mendatang.
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun kenaikan kasus harian Covid-19 masih terus terjadi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa kasus Covid-19 saat ini telah mencapai puncaknya. Angka positivity rate disebutnyatelah turun di seluruh Indonesia.
Saat ini, prioritas anggaran pemerintah di bidang kesehatan pun bergeser dari penanganan pandemi menjadi peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Namun, penurunan status pandemi menjadi endemi tetap harus menunggu penetapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
”Karena sudah lebih terkendali. Berakhir apa enggak, kan, WHO yang tentuin,” ujar Budi ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan seusai menghadiri acara Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023, Kamis (1/12/2022).
Menurut Budi, ketika awal kembali terjadi kenaikan kasus Covid-19, positivity rate yang menunjukkan proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites sempat naik dari 10 persen menjadi 20 persen atau naik 100 persen. Sebulan kemudian, terjadi kenaikan dari 20 persen menjadi 30 persen atau naik 50 persen.
”Nanti 30 (persen) jadi 35 (persen) itu melandai, tetap tinggi, tetap terjadi kenaikan kasus, tapi sudah melandai. Begitu (positivity rate) turun dari 35 ke 30, itu tanda peak-nya tercapai,” ucapnya.
Pemerintah menyatakan akan terus memantau laju perubahan positivity rate ini. ”Kenapa kita bilang positivity rate? Karena testing kita, under testing. Enggak semua orang tes atau, kalau tes, mereka enggak lapor. Tapi positivity rate, kalau tes sedikit kelihatan positivity rate-nya tinggi, makanya kita lihat dari angka itu,” tutur Budi.
Saat ini, positivity rate Covid-19 telah turun di seluruh Indonesia, termasuk provinsi-provinsi besar. Budi memprediksi kasus Covid-19 akan segera turun dalam 1-2 pekan mendatang.
”Secara scientific, ini turun karena portofolio populasi dari varian baru. Dulu Delta tinggi kan kemudian turun, itu karena Delta sudah 90 persen dari populasi virus. Ini kayak premanisme, virus itu. Dia kuasai satu daerah, sudah 90 persen karena juga kalau enggak ada ruang untuk masuk karena penuh sama temen-temannya dia lalu turun,” ujar Budi.
Budi mencontohkan ketika varian Delta turun, varian Omicron naik. Namun, begitu sampai 90 persen dari populasi virus, kasus Omicron turun. Tren serupa terjadi pada varian lain, seperti XBB dan BQ.1. Saat ini, populasi XBB dan BQ.1 sudah di atas 80 persen dari varian yang ada. ”Dia sudah take over BA.4 dan BA.5 Itu adalah ciri-ciri dia jenuh nanti akan turun,” kata Menkes.
Dari kenaikan jumlah pasien yang dirawat ke RS, sebanyak 74 persen dari pasien belum mendapatkan vaksin pelengkap. Sebanyak 84 persen yang meninggal juga belum divaksin penguat. Sebanyak 50 persen pasien meninggal karena sama sekali belum divaksin.
”Jadi, sekarang ini terlihat orang yang belum divaksin kelihatan,” katanya.
Seiring pandemi Covid-19 yang mereda, anggaran Kementerian Kesehatan telah turun selama 3 tahun berturut-turut. Anggaran yang turun ini merefleksikan situasi pandemi yang makin membaik.
”Jadi, saya masuk 2021, spending sekitar Rp 200-an triliun, tetapi di 2022 ini dikasih Ibu Menkeu Rp 136 triliun, tetapi karena kita bisa berhemat di sana-sini, vaksin sebagian sumbangan. Artinya, sebagian juga pasti semangat mungkin kita capai 90 sampai 95 persen dari Rp 200 trilliun turun ke sekitar Rp 120 triliun-Rp 130 triliun,” ujarnya.
Tahun depan, anggaran Kemenkes turun lagi menjadi Rp 85 triliun. Selanjutnya, Kemenkes akan memberikan alokasi anggaran yang cukup untuk revitalisasi fasilitas kesehatan hingga program yang bersifat promotif preventif.
”Fokusnya adalah pelayanan primer nomor satu. Jadi, kita akan melakukan alokasi anggaran yang cukup untuk revitalisasi puskesmas, posyandu, kemudian program-program yang sifatnya promotif preventif. Itu adalah salah satu prioritas kita, menjaga agar masyarakat kita tetap sehat, bukan mengobati orang sakit,” tutur Menkes.
Prioritas kedua, lanjut Menkes, pihaknya akan melakukan restrukturisasi rumah sakit di seluruh Indonesia. Tujuannya sama, yakni meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi penyakit-penyakit yang menyebabkan kematian dan biaya paling tinggi, seperti jantung, stroke, dan kanker.
Selanjutnya, fokus ketiga adalah membangun industri kesehatan. Untuk itu, Kemenkes akan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Kemudian, fokus yang keempat, pemerintah akan mengembangkan kecukupan sumber daya manusia kesehatan.
Fokus kelima, lanjut Menteri Kesehatan, adalah memperbaiki sistem pebiayaan kesehatan. Menurut dia, setelah 2 tahun dilanda Covid-19 dan kini mulai pulih, masyarakat mulai memeriksakan penyakit lainnya.
”Kemudian, yang terakhir, kita juga sudah mulai melakukan prioritas ke program-program kesehatan masa depan berbasis bioteknologi, information technology, artificial intelligence, semua teknologi kesehatan baru kita mulai masuk. Itu dari program prioritasnya,” tutur Menkes.
Dalam pidato ketika penyerahan DIPA dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa tantangan 3 tahun terakhir cukup berat akibat pandemi Covid-19. Pandemi berdampak sangat besar terhadap masyarakat dan perekonomian.
Namun, Indonesia disebut mampu menangani dan mengelola dampak pandemi dengan sangat baik dibandingkan dengan banyak negara di dunia.
”Tahun 2023 adalah tahun keempat pelaksanaan tugas Kabinet Indonesia Maju di mana 3 tahun pertama Indonesia dan seluruh dunia dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19 yang sungguh luar biasa dari sisi tantangannya,” kata Sri Mulyani.