Penghargaan Kedirgantaraan untuk Peneliti Penginderaan Jauh BRIN
Untuk pertama kalinya, BRIN menyelenggarakan penghargaan bidang kedirgantaraan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022. Penghargaan ini diraih peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh BRIN Orbita Roswintiarti.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh BRIN, Orbita Roswintiarti (kedua kanan), saat menerima penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022, di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Orbita Roswintiarti, menerima penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022. Orbita menjadi peneliti pertama yang menerima penghargaan di bidang kedirgantaraan ini.
Pemberian penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022 tersebut diselenggarakan di Kompleks BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (30/11/2022). Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian kuliah umum oleh penerima penghargaan.
Orbita menyelesaikan studi sarjana fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1985. Setelah itu, Orbita melanjutkan studi magister dan doktoral di bidang sains atmosfer di North Carolina State University, Amerika Serikat.
Selama berkiprah di dunia sains atau penelitian, Orbita tercatat telah memublikasikan ratusan jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Ia juga aktif di berbagai organisasi profesi ilmiah, salah satunya Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPI).
Dalam video pengenalannya, Orbita menyebut bahwa perkembangan riset penginderaan jauh di Indonesia sudah dimulai sejak pertengahan tahun 1980 atau lebih dari 40 tahun lalu. Oleh karena itu, riset terkait teknologi ataupun pemanfaatan penginderaan jauh harus terus dilakukan sesuai dengan perkembangan, termasuk untuk aspek kebencanaan.
Teknologi penginderaan jauh dikembangkan menyusul keterbatasan penglihatan atau visualisasi manusia karena rentang spektrum elektromagentik dan berbagai faktor lainnya.
BRIN
Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh BRIN, Orbita Roswintiarti, saat memberikan kuliah umum seusai menerima penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022, di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
“Saat ini, banyak sekali unit terkait dengan kegiatan penginderaan jauh. Terpenting yaitu teknologi informasi yang semakin canggih agar kita mampu memanfaatkan data penginderaan jauh untuk kepentingan nasional dan berkiprah di internasional,” ujarnya.
Saat menyampaikan kuliah umum, Orbita menyatakan bahwa data satelit penginderaan jauh telah banyak dimanfaatkan untuk pemantauan dan pemetaan sumber daya alam ataupun lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena teknologi ini memiliki kelebihan berupa cakupan yang luas, konsisten, berkelanjutan, dan dapat diolah dengan singkat.
Menurut Orbita, teknologi penginderaan jauh dikembangkan menyusul keterbatasan penglihatan atau visualisasi manusia karena rentang spektrum elektromagentik dan berbagai faktor lainnya. Teknologi ini kemudian dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melihat dan merekam sifat fisik lingkungan.
Berbagai jenis teknologi penginderaan jauh yang telah dikembangkan saat ini di antaranya Geostationary Operational Environmental Satellites (GOES), Geostationary Meteorological Sattelite (GMS), Landsat, konstelasi satelit WorldView, SPOT, dan Pleiades.
Meski demikian, Orbita menyebut bahwa setiap teknologi baru termasuk penginderaan jauh selalu memiliki tantangan khususnya dalam aspek penyimpanan data. Aspek pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan, pengarsipan, analisis, visualisasi, hingga distribusi data yang telah diambil oleh teknologi ini masih perlu dikembangkan.
Penyelenggaraan pertama
Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture tahun ini merupakan penyelenggaraan pertama oleh BRIN. Penghargaan ini diselenggarakan guna mengenang jasa Laksamana Muda AnumertaNurtanio Pringgoadisuryo sebagai bapak penerbangan sekaligus perintis industri penerbangan atau kedirgantaraan Indonesia sebelum era BJ Habibie.
KOMPAS/YUNI IKAWATI
Meteorology Early Warning Center di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menampilkan citra liputan awan, arah dan kecepatan angin, serta sistem prakiraan kondisi kelautan. Citra yang tampak di layar monitor hasil penginderaan jauh satelit cuaca Himawari dan radar.
Nurtanio Pringgoadisuryo merintis industri kedirgantaraan di Indonesia pada awal tahun 1950. Ia merupakan sosok pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang. Selanjutnya, ia menciptakan pesawat lain bernama Kunang-kunang, Belalang, dan Gelatik.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, selain Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture, tahun depan BRIN juga berencana menyelenggarakan Nurtanio Award. Penghargaan ini ditujukan kepada periset ataupun akademisi yang telah berkontribusi signifikan di bidang iptek, khususnya terkait kedirgantaraan dan keantariksaan.
”Teknologi bidang kedirgantaraan dan keantariksaan tanpa kita sadari sebenarnya juga mencakup keseharian masyarakat. Terpenting, ekonomi masa depan Indonesia harus berbasis keantariksaan mengingat geografis Indonesia sebagai kepulauan,” tuturnya.