Penggunaan Rokok Elektrik Menyebabkan Kerusakan Gigi
Beragam penelitian menunjukkan konsumsi atau penggunaan rokok elektrik sama berbahaya dengan rokok konvensional. Sebuah studi terbaru bahkan menunjukkan rokok elektrik juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi, Tuft University, Amerika Serikat, menemukan peningkatan risiko gigi berlubang pada pasien yang kerap menggunakan rokok elektrik atau vape. Temuan ini dinilai sebagai petunjuk atas kerusakan gigi akibat rokok elektrik.
Studi dari peneliti Tuft University tersebut telah dipublikasikan The Journal of American Dental Association, 23 November 2022. Studi ini menyoroti perbandingan risiko kerusakan gigi atau karies antara pasien pengguna rokok elektrik dan nonpengguna.
Asisten profesor perawatan komprehensif sekaligus penulis utama studi ini, Karina Irusa, mengatakan, temuan dalam studi ini dapat berfungsi sebagai peringatan bagi para perokok. Kebiasaan merokok elektrik tidak hanya berbahaya, tetapi juga merugikan kesehatan gigi.
”Sampai saat ini, efek rokok elektrik terhadap kesehatan gigi, khususnya karies, masih relatif belum diketahui. Melalui studi ini, kami coba meningkatkan kesadaranbaik bagi dokter gigi maupun pasien,” ujarnya dikutip dari situs resmi Tuft University, Selasa (29/11/2022).
Selama beberapa tahun terakhir, kesadaran publik telah meningkat tentang bahaya rokok elektrik terhadap kesehatan sistemik terutama penyakit paru-paru. Beberapa penelitian gigi telah menunjukkan hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan peningkatan penanda penyakit gusi, serta kerusakan pada enamel gigi dan kulit terluarnya.
Meski demikian, studi untuk mengetahui dampak penggunaan rokok elektrik terhadap kesehatan mulut masih sangat minim. Oleh karena itu, studi yang dilakukan Tuft University ini secara khusus menjadi yang pertama untuk menyelidiki hubungan rokok elektrik dengan peningkatan risiko terkena gigi berlubang.
Dalam studi ini, peneliti menganalisis lebih dari 13.000 data pasien berusia di atas 16 tahun yang dirawat di klinik gigi Tufts selama 2019-2022.Mereka menemukan terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien penggunan dan non-penggunan rokok elektrik. Ditemukan 79 persen pasien yang merokok elektrik dikategorikan memiliki risiko karies tinggi.
Salah satu penyebab penggunaan rokok elektrik dapat berkontribusi pada risiko tinggi gigi berlubang yakni terkait dengan kandungan gula dan kekentalan cairan. Kandungan senyawa ini ketika aerosol dan kemudian dihirup melalui mulut akan menempel pada gigi.
Ditemukan 79 persen pasien yang merokok elektrik dikategorikan memiliki risiko karies tinggi.
Aerosol vaping telah terbukti mengubah mikrobioma mulut sehingga lebih ramah terhadap bakteri penyebab pembusukan. Peneliti juga mengamati bahwa penggunaan rokok elektrikdapat mendorong pembusukan di area yang jarang terjadi seperti tepi bawah gigi depan.
”Penting untuk dipahami bahwa ini adalah data awal. Temuan ini tidak 100 persen konklusif, tetapi orang-orang perlu menyadari apa yang kami lihat,” kata Irusa. Ia pun menyatakan perlu melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh rokok elektrik terhadap mikrobiologi air liur.
Peneliti juga merekomendasikan agar dokter gigi secara rutin bertanya tentang penggunaan rokok elektrik sebagai bagian dari riwayat medis pasien. Hal ini termasuk untuk dokter gigi anak yang memeriksa kesehatan gigi para remaja.
Menurut data otoritas kesehatan di AS, 7,6 persen siswa sekolah menengah dan atas mengatakan bahwa mereka telah menggunakan rokok elektrik pada tahun 2021.Hal sama juga cenderung terjadi di negara lain termasuk Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan, pengguna rokok elektrik terbanyak pada kelompok usia sekolah.
Selain itu, pasien pengguna rokok elektronik harus dipertimbangkan untuk menerapkan tata cara manajemen karies yang lebih ketat. Tata cara pencegahan ini dapat mencakup resep pasta gigi berfluorida dan pembilas fluorida, aplikasi fluorida di kantor, serta pemeriksaan gigi lebih sering sebanyak lebih dari dua kali setahun.
Bahaya lainnya
Hasil studi Tuft University ini juga menambah catatan tentang bahaya dari rokok elektrik. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti dari New York University School of Medicine yang terbit di jurnal Prosiding National Academy of Sciences (PNAS) pada 2018, rokok elektrik juga dapat memicu kanker dan merusak DNA.
Kesimpulan ini dibuktikan peneliti dengan melakukan pengujian laboratorium melalui pengunaan tikus percobaan. Hasilnya, tikus yang terpapar uap rokok elektrik mengalami tingkat kerusakan DNA yang lebih tinggi di jantung, paru-paru, dan kandung kemih.
”Kami menemukan uap vape bersifat karsinogenik dan penggunanya memiliki risiko lebih tinggi daripada nonpengguna,” ungkap pemimpin tim studi ini, Moon-shong Tang.