Hapus Stigma dan Berbagi Dukungan Bersama Orang dengan HIV
Diskriminasi terhadap orang dengan HIV dapat membuat mereka menyembunyikan status HIV positifnya. Mereka enggan memeriksakan kesehatannya.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketidaktahuan tentang human immunodeficiency virus atau HIV telah menciptakan stigma negatif kepada pengidapnya akibat kurangnya edukasi terkait cara penularan. Kondisi ini berujung pada masih banyak orang menganggap bahwa HIV bisa menular hanya karena bersentuhan dengan pengidapnya.
Padahal, HIV hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang berisiko, berbagi jarum suntik dengan orang yang terpapar HIV, dan transfusi darah yang mengandung HIV. Penularan juga dapat terjadi dari ibu hamil ke bayinya jika sang ibu terpapar HIV.
”Ketidaktahuan masyarakat umum ini dapat berujung pada stigma negatif dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Karena itu, menjelang Hari AIDS Sedunia, kami ingin mengedukasi, salah satunya dari bermain basket dengan pengidap HIV dan itu tidak akan terjadi penularan,” kata Direktur Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat Inang Winarso saat kegiatan Ekshibisi Bola Basket Inklusi Sosial Orang dengan HIV (ODHIV) di PlayField Court Palmerah, Jakarta, Minggu (27/11/2022).
Menurut Inang, diskriminasi terhadap ODHIV ini membuat mereka menyembunyikan status HIV positifnya sehingga tidak ingin memeriksakan kesehatannya. Akibatnya, pengobatan menjadi terganggu hingga dapat berujung pada meningkatnya risiko kematian akibat penyakit itu.
Ketidaktahuan masyarakat umum ini dapat berujung pada stigma negatif dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Status HIV yang disembunyikan itu juga berpotensi pada penyebaran virus yang meluas. Apalagi jika dibarengi dengan perilaku berisiko dan tanpa pencegahan.
Kalangan milenial
Sejauh ini kasus HIV dan AIDS di kalangan milenial juga cukup tinggi. Oleh karena itu, edukasi mengenai HIV sangat diperlukan salah satunya melalui bermain basket bersama antara pengidap ODHA dan komunitas basket di Jakarta.
”Kegiatan bermain basket bersama ini, kami tunjukkan kepada masyarakat yang masih enggan beraktivitas dan bergaul dengan orang yang terpapar HIV agar bisa berubah dan menerima mereka. Di sisi lain, kami ingin agar orang dengan HIV/AIDS rutin berobat karena itu jadi opsi terbaik bagi mereka agar tetap bisa berkarya dan meningkatkan kualitas kehidupannya,” ujar Inang.
Artis peran dan presenter, Augie Fantinus, mengatakan, keterlibatannya dalam kegiatan basket bersama ODHIV bertujuan agar tidak ada lagi diskriminasi untuk para pengidap. Nilai kesetaraan mesti terus disampaikan kepada masyarakat, salah satunya melalui permainan basket dengan para pengidap ODHIV.
”Permainan basket yang dilakukan hari ini sangat menyenangkan. Semuanya tidak ada perbedaan, baik dari komunitas basket maupun para pengidap HIV. Jangan ada lagi perbedaan dan yang ada hanya kesetaraan,” ujar Augie.
Laporan Kementerian Kesehatan berdasarkan permodelan epidemi HIV dengan aplikasi Asian Epidemic Modeling dan Spectrum memperkirakan ada 543.100 orang dengan HIV di Indonesia pada 2021. (Kompas, 18/2/2022) Menurut Inang, kasus HIV yang terdeteksi terkait jumlah kasus pada kalangan anak muda itu diperkirakan tinggi.
Sementara, menurut Nana Widiestu, Marketing dan Advokasi AIDS Healthcare Foundation Indonesia, penularan virus HIV bisa dicegah dengan melakukan tindakan preventif demi melindungi diri sendiri dan orang lain. Cara efektif mencegah penularan pada anak muda adalah komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan reproduksi.
Tindakan pencegahan tentu jauh lebih menyelamatkan daripada terlanjur terinfeksi dan harus menjalani pengobatan. Tak hanya itu, ia juga berharap, menjelang peringatan Hari AIDS Sedunia, upaya edukasi dalam menghilangkan diskriminasi kepada pengidap juga terus dilakukan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui permainan basket yang diikuti oleh para pengidap dan komunitas basket dengan bermain bersama tanpa ada perbedaan dan diskriminasi.