Keberlanjutan Merdeka Belajar di Tangan Guru dan Masyarakat
Transformasi pendidikan Merdeka Belajar terus diimplementasikan oleh para guru. Pendidikan yang lebih fleksibel dan relevan diyakini mampu memenuhi kebutuhan guru, peserta didik, dan masyarakat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guru-guru penggerak yang kemudian diangkat menjadi kepala sekolah ataupun pengawas sekolah di daerah diyakini mampu melanjutkan semangat Merdeka Belajar meski kepemimpinan pemerintahan berganti. Sebab, para guru kini mengembangkan pembelajaran berpusat kepada siswa yang mengacu pada nilai-nilai pendidikan yang dijalankan Ki Hadjar Dewantara.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di acara perayaan Puncak Hari Guru Nasional 2022, di Jakarta, Sabtu (26/11/2022), mengutarakan, para siswa akan lebih senang belajar jika terobosan Merdeka Belajar dijalankan secara optimal.
Program Merdeka Belajar dinilai memberikan fleksibilitas kepada guru untuk berinovasi pada pembelajaran lebih mendalam dan bermakna melalui cara belajar yang menyenangkan. Para guru juga merdeka dan mandiri dalam meningkatkan kapasitas diri dengan berjejaring bersama komunitas belajar guru yang didukung lewat Platform Merdeka Belajar.
”Pas saya menjadi menteri memang mengganti kurikulum sebagai salah satu terobosan Merdeka Belajar. Namun, kami di Kemendikbudristek yakin Kurikulum Merdeka lebih relevan dan fleksibel. Guru menjadi aktif untuk mendesain pembelajaran,” tuturnya.
Selain itu, para siswa aktif dalam pembelajaran berbasis proyek lebih kolaboratif dan bermakna. Para orangtua juga mendukung. ”Keputusan ada di masing-masing hati bapak dan ibu guru, orangtua, murid, mahasiswa, dan dosen yang jadi bagian gerakan Merdeka Belajar. Kalau gerakan ini maju, pemerintah tidak akan punya opsi selain mendukungnya,” kata Nadiem.
Pemaparan Mendikbudristek mengenai keyakinannya pada keberlanjutan program Merdeka Belajar yang diluncurkan, seperti Guru Penggerak dan Kurikulum Merdeka, adalah untuk menjawab pertanyaan guru SMA Negeri 1 Nekamese, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Yati Gloria. Guru Bahasa Inggris ini bertanya terkait keberlangsungan program Guru Penggerak saat terjadi pergantian menteri.
Hingga kini, ada 50.000 guru penggerak yang ditetapkan Kemendikbudristek. Para guru penggerak dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan (SMA/SMK) ini mendapat dukungan kebijakan dari Kemendikbudristek agar diprioritaskan pemerintah daerah untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Nadiem mengungkapkan, Kemendikbudristek pun memperhatikan keberlanjutan berbagai program Merdeka Belajar, seperti Guru Penggerak. ”Keberlanjutan program-program terobosan Merdeka Belajar berada di tangan pendidik, peserta didik, dan orangtua yang menerima manfaatnya,” ujarnya.
”Para penggerak Merdeka Belajar akan memastikan program berdampak dilanjutkan. Itulah pentingnya kita memiliki penggerak-penggerak di berbagai daerah,” kata Nadiem menegaskan.
Keberlanjutan program-program terobosan Merdeka Belajar berada di tangan pendidik, peserta didik, dan orangtua yang menerima manfaatnya.
Lebih lanjut Nadiem memaparkan, para guru penggerak menjadi faktor kunci dalam transformasi pendidikan. ”Guru-guru penggerak ini, kalau mereka masuk ke posisi kepala sekolah dan pengawas sekolah, merekalah yang akan terus bergerak mengikuti ajaran dan filsafat Ki Hajar Dewantara,” ujarnya.
Para guru penggerak juga aktif secara mandiri memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar dan Kurikulum Merdeka. Platform itu mendorong peningkatan kapasitas guru. ”Sekarang guru secara mandiri memilih pelatihan yang mereka inginkan. Membentuk komunitas belajar yang difasilitasi secara digital itu penting,” ujar Nadiem.
Berpusat kepada siswa
Pelaksana Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Nunuk Suryani memaparkan, para guru kini terus bergerak menerapkan Merdeka Belajar pada konteks pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat kepada peserta didik. Inovasi mereka dapat ditemukan di instalasi bukti karya.
Mereka menunjukkan praktik baik dalam mengimplementasikan kepemimpinan, pendampingan, atau implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat menginspirasi para guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Pada momen HGN 2022, Kemendikbudristek memberikan apresiasi kepada guru dan tenaga kependidikan melalui Apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Inspiratif 2022 di tingkat nasional. ”Apresiasi ini merupakan bentuk penghormatan kami kepada guru, pamong, penilik, kepala sekolah, dan pengawas sekolah berprestasi dari jenjang PAUD sampai SMA dan SMK,” tuturnya.
Ada 18 kategori apresiasi dengan memilih 10 orang terbaik untuk tiap kategori. Kategori tersebut adalah Guru TK Terbaik, Guru Pendidikan PAUD Terbaik, Pamong Belajar Terbaik, Penilik Terbaik, Guru SD Terbaik, Guru SMP Terbaik, Guru SMA Terbaik, Guru SMK Terbaik, dan Guru SLB Terbaik.
Kemudian, Kepala TK Terbaik, Kepala SD Terbaik, Kepala SMP Terbaik, Kepala SMA Terbaik, Kepala SMK Terbaik, Kepala SLB Terbaik, Pengawas TK Terbaik, Pengawas Pendidikan Dasar Terbaik, dan Pengawas Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Terbaik.
Rini Budiarti, guru SMP Islam Athirah, Makassar, Sulawesi Selatan, yang menjadi salah seorang penerima apresiasi, mengungkapkan, kebijakan Merdeka Belajar, yakni Kurikulum Merdeka, membantunya menghadirkan pembelajaran menyenangkan sesuai kebutuhan siswa.
”Proses mengajar menjadi lebih mudah, baik dalam meramu materi ajar maupun cara mengajar. Saya juga merasa lebih maksimal dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik karena lebih fleksibel,” tutur Rini.
Daerah bergerak
Dukungan bagi guru untuk terus berkarya dan berinovasi dalam pembelajaran juga dilakukan Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat (BBGP Jabar). Menyambut HGN 2022, digelar kegiatan Semarak Karya Transformasi Pendidikan Berbasis Komunitas Belajar yang diikuti 1.241 guru, kepala sekolah, pengawas, perwakilan komunitas belajar, dan perwakilan dinas pendidikan.
Kepala BBGP Jawa Barat M Hartono menyampaikan kegembiraannya melihat antusiasme guru. ”Kami, BBGP Jawa Barat, mengharapkan untuk bisa berkolaborasi dengan komunitas-komunitas belajar di Jabar agar bisa membagikan praktik baik dan inovasi yang sudah dilakukan oleh guru-guru hebat,” katanya.
”Kami berharap berbagai praktik baik tersebut bisa diimplementasikan lebih banyak lagi oleh pendidik dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya, khususnya di Jawa Barat,” ucap Hartono.
Peringatan HGN tahun ini juga dimanfaatkan BBGP Jabar dengan meluncurkan dua program inovasi pendidikan di Jawa Barat, yaitu Kareta Sobat dan Guru Calakan. Kareta Sobat adalah mobil pembelajaran bernuansa rekreasi yang digagas untuk memudahkan BBGP Jabar menjangkau wilayah terluar di Jawa Barat dengan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.
”Sasarannya bukan hanya guru, kepala sekolah, atau tenaga kependidikan saja, tetapi juga menjangkau peserta didik karena Kareta Sobat ini bisa memutar film pendidikan, menjadi laboratorium dongeng, dan digunakan untuk mendemokan sains,” papar Hartono.
Adapun program Guru Calakan merupakan pembaruan inovasi sebelumnya. Guru Calakan untuk mendukung para guru mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi. Program Guru Calakan mengemas pembelajaran yang mudah diakses siapa pun lewat proses pembelajaran yang atraktif, dengan berbagai moda pelatihan.