Tenaga kesehatan diimbau berani melapor jika mendapati kasus lumpuh layuh. Karena kasus awal polio di Pidie, Aceh, berawal dari laporan petugas puskesmas.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan menargetkan 1,2 juta anak di Provinsi Aceh untuk divaksin polio. Hal ini dilakukan untuk mencegah meluasnya penyebaran polio.
Ketua Tim Kerja Surveilans Imunisasi dan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Kementerian Kesehatan Endang Budi Hastuti mengatakan, persiapan vaksinasi di seluruh Provinsi Aceh sudah dilakukan. Vaksinasi menyasar anak usia 0-12 tahun dengan target 1,2 juta anak.
”Sesuai rencana (vaksinasi) akan kita lakukan Senin (28/11/2022) mendatang untuk dosis pertama. Dosis kedua satu bulan setelahnya,” kata Endang pada diskusi daring bertajuk ”Meet The Expert: Penjelasan Mengenai Polio di Indonesia” pada Jumat (25/11/2022).
Sebelumnya, tiga kasus polio tanpa lumpuh layuh dilaporkan di Pidie, Aceh. Hasil ini didapatkan melalui pemeriksaan tinja 19 anak usia anak balita yang bukan merupakan kontak dengan kasus sebelumnya.
Endang juga mengimbau masyarakat untuk memastikan kembali vaksinasi polio anak. Jika anak belum divaksin, segera vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Karena, Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan surat edaran agar masyarakat bisa mengakses vaksin polio suntik dan tetes di layanan kesehatan, seperti posyandu dan puskesmas.
”Selain itu, tenaga kesehatan juga jangan ragu untuk melapor jika mendapati kasus lumpuh layuh. Karena, kasus awal polio di Pidie, Aceh, berawal dari laporan petugas puskesmas,” ujar Endang.
Cakupan imunisasi polio tetes (OPV) pada 2020 tercatat mencapai 86,8 persen dan pada 2021 menurun menjadi 80,2 persen. Sementara untuk cakupan polio suntik (IPV) pada 2020 hanya 37,7 persen dan pada 2021 mencapai 66,2 persen. Kekebalan kelompok bisa tercapai apabila cakupan imunisasi mencapai 90 persen.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan vaksinasi polio dilakukan Senin pekan depan. ”Sekarang naik jadi tiga kasus di Pidie, itu yang sekarang. Makanya, Senin depan kita akan mulai vaksinasi massal,” kata Budi saat menghadiri acara pembukaan Indonesia Society of Interventional Cardiology Annual Meeting (ISICAM) 2022, Jumat (25/11/2022), di Jakarta.
Budi menambahkan, polio kembali menyebar lantaran ada beberapa kabupaten dan kota yang capaian vaksinasi dasarnya sangat rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir dan kurangnya pengetahuan orangtua.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril mengatakan, pemeriksaan tinja melalui Targeted Healthy Stools Sampling sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan adanya transmisi di komunitas.
”Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio. Namun, sesuai dengan pedoman WHO, ketiga anak ini tidak dimasukkan dalam kriteria kasus polio karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak,” ujar Syahril Jumat (25/11/2022), di Jakarta.
Lebih lanjut Syahril menuturkan, penyakit polio sangat berbahaya bagi anak karena dampaknya permanen seumur hidup dan menyebabkan kelumpuhan yang belum ada obatnya. Akan tetapi, kondisi ini dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi polio lengkap, baik imunisasi tetes (OPV) maupun imunisasi suntik (IPV).
Selain itu, pola hidup sehat, seperti tidak buang air besar (BAB) sembarangan, juga berpengaruh penting dalam pencegahan polio. ”Oleh karena itu, kita harus melindungi masa depan anak anak kita dengan memberikan vaksinasi imunisasi polio lengkap,” ujar Syahril.
Tentang virus polio
Mengutip laman informasi resmi Kemenkes Emerging, virus polio adalah virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus polio terdiri dari 3 strain, yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk famili Picornaviridae.
Profesor bidang Pulmonologi & Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
”Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio liar atau wild poliovirus (WPV) dan VDPV (vaccine derived poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan,” kata Tjandra.
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Kebanyakan orang terinfeksi tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal ialah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri di tungkai.
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Virus polio kemudian dibuang ke lingkungan melalui feses sehingga dapat menyebar dengan cepat di komunitas, terutama di lokasi dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Virus tidak akan menginfeksi dan mati apabila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio.