Mendikbudristek: Prioritaskan Keselamatan Warga Pendidikan
Kemendikbudristek menyalurkan bantuan untuk mendukung pembelajaran di satuan pendidikan terdampak gempa bumi di Cianjur pada masa tanggap darurat. Saat ini, keselamatan warga pendidikan menjadi prioritas.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 342 satuan pendidikan terdampak gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat. Prioritas pemerintah saat ini adalah memastikan keselamatan para warga pendidikan dan berupaya agar pembelajaran tetap berlangsung dalam suasana tanggap darurat.
”Saya mewakili Kemendikbudristek menyatakan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang dialami oleh masyarakat Cianjur. Khususnya kepada para warga satuan pendidikan, mulai dari adik-adik pelajar dan mahasiswa sampai ibu dan bapak guru serta tenaga kependidikan yang menjadi korban musibah ini,” ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, Rabu (23/11/2022), di Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur.
Ia meninjau sejumlah satuan pendidikan terdampak bencana gempa di Kabupaten Cianjur. Mendikbudristek, di antaranya, berkunjung ke TK PGRI Cugenang, SDN Cugenang, dan SMAN 2 Cianjur.
Berdasarkan data yang dihimpun Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) per Selasa (22/11/2022) pukul 18.00, total 342 sekolah terdampak gempa di Cianjur, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA/SMK. Selain itu, sekolah luar biasa dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).
Nadiem menegaskan, prioritas utama kementerian adalah memastikan keselamatan para warga pendidikan. Lalu, berupaya semaksimal mungkin agar proses pembelajaran dapat tetap berlangsung.
Nadiem menjelaskan, selang beberapa jam setelah kejadian gempa, tim Kemendikbudristek langsung turun ke lapangan untuk melakukan pendataan dan menyalurkan bantuan. ”Saya berharap bantuan yang kami berikan dapat meringankan kesulitan yang kita hadapi bersama saat ini. Kami juga akan terus memastikan agar bantuan dan dukungan dapat tersalurkan dengan tepat guna mempercepat pemulihan kondisi. Mari kita berdoa dan terus bergotong royong saling membantu untuk kebangkitan Cianjur,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti memaparkan, pada tahap awal tanggap darurat ini, Kemendikbudristek telah menyalurkan 34 tenda kelas darurat, 20 tenda keluarga, 185 paket keluarga tanggap darurat, serta 1.321 paket perlengkapan belajar siswa (school kit). Ada juga 30 school in the box, tujuh kit remaja, 15 set alat permainan edukatif PAUD, 100 meja lipat, sembako, pakaian, dan obat-obatan untuk warga sekolah dan donasi uang.
”Kami juga akan terus menggalang bantuan dari pegawai maupun pihak-pihak lain,” kata Suharti.
Trauma
Kepala SDN Cugenang Yeni Yantriyati menyampaikan terima kasih atas kesediaan Mendikbudristek hadir di sekolahnya. ”Saat ini kami masih trauma meski saat kejadian tidak ada aktivitas belajar-mengajar. Saat gempa, kami menengok siswa yang sakit di desa sekitar saat itu sehingga melihat sendiri bagaimana saat gempa terjadi, rumah-rumah penduduk ambruk di depan mata kami,” tuturnya.
Cukup banyak atap ruang belajar yang berjatuhan serta banyak fasilitas belajar di kelas yang rusak.
Yeni berkata, pihaknya fokus pada pemulihan psikis guru, anak-anak, dan keluarga dari trauma. ”Kami harap pemda bisa segera membantu kami memperbaiki fasilitas sekolah yang rusak,” katanya.
Ia melanjutkan, jika situasi memungkinkan, pembelajaran akan dicoba secara daring sebagai persiapan ujian akhir semester. ”Tapi, yang utama saya katakan kepada guru dan anak-anak, yang terpenting adalah keselamatan keluarga masing-masing,” ujar Yeni.
SDN Cugenang memiliki 172 siswa, 7 guru, 1 penjaga sekolah, dan 1 kepala sekolah. Berdasarkan laporan, terdapat tiga warga sekolah yang meninggal akibat gempa. Cukup banyak atap ruang belajar yang berjatuhan serta banyak fasilitas belajar di kelas yang rusak.
Bersebelahan dengan lokasi SDN Cugenang, ada TK PGRI Cugenang yang rusak berat. Bangunan TK ini ambruk, rata dengan tanah.
Kepala TK PGRI Cugenang NR Rosi Suwartini menyatakan masih terpukul dengan kejadian yang menimpa sekolahnya. Saat musibah terjadi, ia bersyukur sudah tidak ada aktivitas belajar-mengajar. Para guru sedang mengikuti acara di luar sekolah. ”Saya bersyukur tidak ada korban jiwa di lokasi kejadian,” ungkap Rosi.
TK PGRI memiliki 45 siswa. Berdasarkan informasi dari keluarga siswa, dua anak meninggal serta tiga anak hilang diduga di sekitar tempat domisilinya. TK PGRI memiliki tiga guru dan satu kepala sekolah. Akibat kejadian ini, seluruh data guru, siswa, dan hasil belajar siswa rusak tertimpa reruntuhan dan belum bisa dikumpulkan ulang.