Anak-anak yang menjadi korban gempa bumi di Cianjur juga butuh diperhatikan. Kesiapsiagaan bencana, termasuk untuk anak-anak, perlu diperkuat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Warga membawa harta bendanya menuju pengungsian di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Kondisi kerusakan akibat gempa yang melanda Cianjur pada Senin (22/11/2022) terlihat pada sejumlah wilayah desa yang terdampak.
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menimbulkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Banyak di antaranya adalah anak-anak yang saat kejadian sedang berada di sekolah, madrasah, dan pesantren.
Semua pihak diminta untuk memperhatikan keselamatan anak-anak dengan lebih memperkuat implementasi program kesiapsiagaan bencana untuk anak. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia rawan terjadi bencana, seperti gempa bumi, banjir, dan gunung meletus.
”Kejadian bencana dapat terjadi sewaktu-waktu. Jika peristiwa terjadi pada pagi, siang, dan sore, anak-anak menjadi pihak paling rentan terdampak, termasuk kelompok difabel dan perempuan. Hal ini seperti terjadi dalam bencana gempa bumi di Cianjur, Senin lalu,” kata Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, Selasa (22/11/2022).
Program-program tentang kesiapsiagaan bencana melalui sekolah, lembaga-lembaga masyarakat, seperti karang taruna, makin diperkuat implementasinya oleh pemerintah, terutama di daerah yg teridentifikasi rawan bencana.
Berdasarkan pantauan Kompas, jumlah korban jiwa akibat gempa bumi yang melanda Cianjur, Jawa Barat, terus bertambah. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Selasa (22/11/2022) sore, korban jiwa mencapai 268 orang, sementara 151 orang masih dalam pencarian.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Reruntuhan deretan rumah di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Kondisi kerusakan akibat gempa yang melanda Cianjur pada Senin (22/11/2022) terlihat pada sejumlah wilayah desa yang terdampak.
Dini memaparkan, di area rawan bencana, seperti di Cianjur, pada pukul 13.00, terutama di perdesaan, umumnya anak-anak sedang terkonsentrasi di sekolah-sekolah, madrasah, dan pesantren. Adapun para manula, difabel, dan perempuan sedang berada rumah. Sementara laki-laki di ladang, sawah, atau bekerja di luar ruang atau bangunan.
”Oleh karena itu, anak-anak, bersama difabel, manula, dan perempuan, menjadi lebih rawan terdampak,” kata Dini.
Ia mengatakan, Plan Indonesia mendesak program-program tentang kesiapsiagaan bencana melalui sekolah, lembaga-lembaga masyarakat, seperti karang taruna, makin diperkuat implementasinya oleh pemerintah, terutama di daerah yg teridentifikasi rawan bencana, seperti di Cianjur. Selain itu, penting dipastikan bahwa sekolah dan bangunan di daerah-daerah ini pun tahan bencana.
Program urban nexus dan sekolah tangguh bencana, yang selama ini sudah banyak diinisiasi oleh berbagai lembaga sosial kemasyarakatan, termasuk Plan Indonesia, dapat menjadi prioritas di daerah rawan bencana dan direplikasi serta diperkuat pelaksanaannya oleh pemerintah.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Foto aerial proses evakuasi di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Sebanyak 17 rumah dan 30 orang di desa tersebut hilang tertimbun longsor yang disebabkan gempa bumi berkekuatan M 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21.
”Kami akan mengidentifikasi dampak bencana dan kebutuhan mereka secara spesifik, termasuk terhadap layanan pengasuhan untuk anak yang kehilangan pengasuh, layanan psikososial, hunian sementara yang ramah anak, pendidikan sementara selama pengungsian, layanan pelindungan anak dari kekerasan di situasi bencana, serta layanan mendasar lainnya, seperti kebutuhan air bersih dan peralatan kebersihan diri,” kata Dini.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, terkait dengan kondisi pendidikan di Cianjur akibat gempa bumi bermagnitudo 5,6, Kemendikbudristek langsung melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mengidentifikasi jumlah pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik serta fasilitas pendidikan yang terdampak gempa.
”Kami turut prihatin atas musibah yang dialami saudara-saudara kita di Cianjur dan sekitarnya. Saat ini kami tengah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Kami akan tindak lanjuti sesuai dengan informasi resmi yang kami terima,” kata Nadiem.
Dari hasil identifikasi tersebut, lanjut Nadiem, Kemendikbudristek akan melakukan langkah-langkah cepat untuk membantu segera para pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik serta fasilitas pendidikan yang terdampak gempa. ”Kemendikbudristek akan mengambil langkah cepat dalam membantu pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik serta fasilitas pendidikan yang terdampak agar akses terhadap pendidikan tetap tersedia,” ujar Nadiem.