Pasien ke RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Meningkat
Seiring dengan meningkatnya kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta, jumlah pasien yang masuk ke RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet pun meningkat.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus harian Covid-19 di Jakarta meningkat. Sejalan dengan ini, pasien yang masuk ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran juga meningkat. Pasien tersebut kebanyakan tidak memiliki fasilitas isolasi mandiri yang memadai.
Data terkini pada Selasa (22/11/2022), terdapat 2.000 kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta selama dua minggu terakhir. Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet menangani 33-111 pasien pada November ini. Jumlah ini naik dari bulan Oktober yang 11-44 pasien.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan bulan yang sama dua tahun terakhir, pasien yang masuk RSDC Wisma Atlet pada November ini lebih sedikit. Pada November 2020 sebanyak 3.400 pasien dirawat, pada November 2021 sebanyak 173 pasien, sedangkan pada November 2022 ada 102 pasien.
Demikian disampaikan Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego dalam siaran langsung di kanal Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (22/11/2022). Mintoro mengatakan, 80 persen pasien di RSDC Wisma Atlet bergejala ringan dan 20 persen dengan penyakit penyerta atau komorbid.
”Kebanyakan anak kos yang ditolak isolasi oleh ibu kosnya. Akhirnya mereka datang ke sini (RSDC). Ada juga yang memang rumahnya tidak memadai. Rata-rata gejala ringan. Jadi, silakan datang, kami masih menerima pasien sampai status pandemi dan Rumah Sakit Darurat dicabut Presiden,” kata Mintoro.
”Pada pasien komorbid, ditemukan Covid-19 disertai dengan hipertensi, diabetes melitus, gagal ginjal, dan obesitas. Kebanyakan pasien komorbid adalah warga lansia,” ujar Mintoro. Penanganan pasien dengan komorbid disesuaikan dengan fasilitas yang ada di RSDC. Misalnya, jika terdapat pasien dengan gagal ginjal akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas hemodialisis karena RSDC tidak memiliki fasilitas itu.
Kondisi pasien yang kebanyakan bergejala ringan disebabkan baiknya cakupan vaksinasi. Hanya 10 persen pasien yang dirawat belum divaksin lengkap, sementara 90 persen sisanya sudah divaksinasi lengkap.
Senada dengan Mintoro, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia Handayani mengatakan, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit dan isolasi mandiri dengan gejala ringan.
”Dari 22.500 kasus aktif di DKI Jakarta, 1.166 di antaranya (5,2 persen) bergejala ringan. Walau meningkat sebanyak 2.000 per hari, hal ini tidak membebani kapasitas keterisian rumah sakit. Angka keterisian rumah sakit di DKI Jakarta 35 persen, jadi masih longgar,” ujar Dwi.
Dwi meminta agar masyarakat tetap waspada karena meningkatnya kasus baru menandakan penularan Covid-19 masih terjadi.
Dwi meminta agar masyarakat tetap waspada karena meningkatnya kasus baru menandakan penularan Covid-19 masih terjadi. Masyarakat juga dianjurkan untuk melengkapi vaksinasi Covid-19. Cakupan vaksin penguat atau booster di DKI Jakarta baru 70 persen atau sekitar 5,2 juta orang. Padahal, ada 10,8 juta orang sudah vaksinasi dosis kedua.
Manfaatkan fasilitas
Walau kondisi pandemi Covid-19 masih terkendali, tidak ada perubahan tata laksana dalam mengakses layanan kesehatan untuk masyarakat. Masyarakat bisa mengajukan untuk isolasi mandiri di RSDC jika dirasa tempat tinggalnya tidak memadai.
”Untuk mengakses dan dirujuk ke RSDC, masyarakat bisa menghubungi puskesmas terdekat dengan domisili. Nanti akan dilakukan pendampingan dan rujukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas,” kata Dwi.
Selain memanfaatkan isolasi terpusat ke RSDC, masyarakat juga bisa menggunakan layanan telemedis atau pengobatan jarak jauh dalam aplikasi. Melalui layanan telemedis, pasien dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Pasien bisa melaporkan kondisi dan meminta arahan.
”Dipantau terus oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Jika terjadi kejadian genting bisa langsung tertangani,” ujar Dwi. Selain pemantauan melalui aplikasi, masyarakat juga bisa mengakses obat yang bisa didapatkan di apotek jaringan. Obat bisa dikirim menggunakan jasa kirim atau diambil langsung. Sebelumnya, layanan ini belum tersedia.