Keris, Karya Seni untuk Merajut Perdamaian dan Kemanusiaan
Pada masa lampau, keris digunakan sebagai alat untuk berperang. Tetapi, kini keris merupakan salah satu karya seni yang difungsikan untuk menebarkan benih perdamaian.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak lagi berfungsi sebagai senjata tajam untuk bertarung, kini keris menjadi karya seni yang memperkuat hubungan persahabatan antarmasyarakat. Bukan lagi sebagai alat berperang, keris sekarang justru untuk menebarkan benih perdamaian.
Pesan perdamaian tersebut menunjukkan semangat para pencinta keris yang tergabung dalam Komunitas Cinta Budaya (KCB). Bekerja sama dengan Bentara Budaya Jakarta dan Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah, KCB menyelenggarakan pameran keris dengan tajuk ”Pameran Keris Indonesia for Peace and Humanity” pada 22-27 November 2022 di Bentara Budaya Jakarta.
Saat pembukaan Pameran Keris di Bentara Budaya, Jakarta, Selasa (22/11/2022) malam, anggota Presidium Pameran Keris Indonesia for Peace and Humanity, Jimmy S Harianto, mengungkapkan, keris memang tidak lagi digunakan sebagai senjata dalam pertarungan seperti zaman dulu, tetapi telah bernilai sebagai karya seni dengan estetika tinggi.
Hal yang menjadi nilai estetika itu dari bentuknya (dhapur) yang terlihat dari keindahan anatomi keris. Menurut dia, jika pedang condong lurus, sebagian bilah (wilah) keris didesain berkelok-kelok (luk) mirip liukan ular yang melata. Ada banyak jenis luk dengan jumlah lekukan yang bervariasi.
Dalam pameran ini juga terdapat Tombak Pataka Cakrawala Mandala rancangan Ferry F Mangkoeredjo sebagai simbol perdamaian. Tombak pataka ini ditempa serta diselesaikan oleh empu asli Madura, Misyanto, di besalen Sumenep.
Ada juga sebuah maskot keris yang juga khusus dirancang untuk meneguhkan perdamaian dunia dan kemanusiaan. Keris berbentuk unik dan kontemporer ini didesain oleh seniman perupa Toni Junus Kanjeng ngGung.
”Dari dua karya ini kami ingin menyuarakan perdamaian dan misi bagaimana perdamaian itu bisa terjadi,” ujar Jimmy.
Menurut Jimmy, pada Tombak Pataka Cakrawala Mandala itu terdapat lambang ”perdamaian” pada bagian tengah Cakra. ”Simbol perdamaian dunia itu sendiri sebenarnya berupa gabungan dua abjad morse ND (nuclear disarmament) atau pelucutan senjara nuklir. Simbol-simbol itu di tahun 1970-an sering dipakai oleh kaum muda,” katanya.
General Manager Bentara Budaya Jakarta Ilham Khoiri menjelaskan, keris Indonesia kini tidak hanya diakui sebagai warisan budaya kemanusiaan dunia, tetapi juga salah satu identitas khas bangsa Indonesia.
Dahulu keris digunakan sebagai senjata dalam berperang. Namun, saat ini keris dihadirkan sebagai salah satu media untuk memperkuat hubungan persahabatan pada masyarakat.
”Kekayaan keris menunjukkan kekayaan budaya Indonesia. Dahulu keris sebagai alat menikam, tetapi saat ini keris sebagai karya seni. Melalui keris pula, kolektor bertemu dan bersahabat,” ucapnya.
Bukan lagi sebagai alat berperang, keris sekarang justru untuk menebarkan benih perdamaian.
Di ruang pameran terdapat 150 keris karya para empu Nusantara yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Madura, Bali, dan Lombok. Pada bagian tengah ruang pameran terdapat Tombak Pataka Cakrawala Mandala berbentuk Cakra simbol perdamaian di tengah lingkaran. Bentuk Cakra itu dikelilingi tiga arah mata tombak berupa daur siring di paruh burung merpati.
Sementara itu, di bagian luar pameran, dari sisi sebelah kanan dan kiri terdapat ruangan Keris Mart atau bursa keris. Di tempat tersebut, pengunjung bisa membeli atau menjual keris miliknya.
Menurut AA Gede Ngurah Puspayoga, tokoh budayawan Bali, sebagian keris itu diyakini memiliki energi spiritual tertentu. Oleh karena itu, banyak keris yang memiliki keunikan mulai dari terkait usia, sejarah asal-usul, hingga keterlibatan keris pada momen-momen penting.
Apalagi, keris semakin mendunia pada 2005. Saat itu, lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia atau UNESCO menganggap keris sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia dari Indonesia.
”Fungsi keris kini telah beralih dari senjata menjadi pengayom. Itulah sebabnya, masyarakat (Bali) tidak pernah lupa menyematkan keris dalam setiap kegiatan atau upacara adat,” ucapnya.