BMKG: Waspada Bencana Longsor dan Banjir Bandang Setelah Gempa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mewaspadai bencana ikutan berupa tanah longsor dan banjir bandang seusai guncangan gempa Magnitudo 5,6 pada Senin.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mewaspadai bencana ikutan berupa tanah longsor dan banjir bandang seusai guncangan gempa bermagnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022). Ancaman bencana hidrometeorologi ini terutama perlu diwaspadai masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai dan perbukitan atau lembah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, besar kemungkinan lereng-lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh setelah terjadinya gempa bumi. Hal ini dapat semakin diperparah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur.
”Lereng-lereng yang rapuh ini, ditambah hujan deras, dapat memicu terjadinya longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng. Jadi, masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya collateralhazard atau bahaya ikutan seusai gempa kemarin,” tuturnya.
Antisipasi kerusakan bangunan
Dwikorita juga meminta masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa bumi. Hal itu karena bangunan yang telah rusak dikhawatirkan tidak kuat menopang dan bisa ambruk jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
Gempa tidak membunuh dan melukai. Justru bangunan yang dibangun tidak sesuai standar aman gempa yang membunuh dan melukai manusia.
”Untuk sementara, jangan memaksakan kembali ke rumah jika bangunannya rusak atau retak-retak. Hingga pukul 06.00 WIB, 22 November 2022, telah terjadi 117 gempa susulan dengan terbesar tinggi getaran 4,2 dan terkecil M 1,5,” ujarnya.
Menurut Dwikorita, banyaknya korban jiwa dalam peristiwa gempa Cianjur kali ini terutama akibat tertimpa bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa. ”Sebagai informasi, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengonfirmasikan ada sebanyak 162 korban yang meninggal dunia dan 326 luka-luka akibat gempa Cianjur,” katanya.
Dwikorita menegaskan, gempa tidak membunuh dan melukai. Justru, bangunan yang dibangun tidak sesuai standar aman gempa yang membunuh dan melukai manusia.
Sementara itu, menurut Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, gempa kali ini menyebabkan 3.075 rumah rusak ringan, 33 rumah rusak sedang, dan 59 rumah rusak berat.
Muhari mengatakan, hingga saat ini data yang dikonfirmasi BNPB menunjukkan, jumlah korban jiwa sebanyak 103 orang dan 31 orang dilaporkan hilang. ”Data resmi pemerintah terkait korban dan kerugian adalah data yang dirilis oleh BNPB. Dalam 1x24 jam pertama sebelum posko darurat terbentuk di lokasi terdampak, maka perbedaan data dan siapa yang berbicara itu biasa terjadi,” tuturnya.
Akan diganti
Kepala BNPB Suharyanto, saat mendampingi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau ke beberapa lokasi terdampak di Kabupaten Cianjur, menyampaikan, pemerintah akan terus melakukan pendataan dan membangun rumah bagi warga terdampak. ”Bagi masyarakat yang rumahnya rusak berat akan diganti oleh pemerintah, begitu tanggap darurat selesai masuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, setelah itu baru membangun rumah-rumah masyarakat yang rusak berat,” papar Suharyanto.
Termasuk juga infrastruktur pendukung lainnya, pemerintah tetap memberikan dukungan penuh. ”Sarana-sarana lain, seperti pendidikan, masjid, dan madrasah, yang rusak akan dibantu oleh kementerian terkait,” ucapnya.
Guna mempercepat penanganan bencana, BNPB hari ini menempatkan satu helikopter dan dana siap pakai sebesar Rp 1,5 miliar serta bantuan logistik senilai Rp 500 juta. ”Untuk desa terisolir, selain membuka jalan dari darat, juga disiapkan satu heli untuk distribusi logistik,” ujarnya.