Meteorit Berusia 4,6 Miliar Tahun Dapat Mengungkap Asal Air di Bumi
Meteorit berusia 4,6 miliar tahun yang jatuh di Winchcombe, Inggris, tahun lalu, mengungkap asal air di Bumi. Untuk memperdalam penelitian ini, para ilmuwan dapat menganalisis batuan ruang angkasa lain di tata surya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebuah meteorit yang jatuh di kota Winchcombe, Inggris, pada Februari tahun lalu menjadi obyek penelitian menarik untuk memberikan wawasan baru tentang tata surya. Batu ruang angkasa berusia 4,6 miliar tahun itu mengandung air yang sangat mirip dengan komposisi kimia air di Bumi.
Meteorit di Winchcombe direkam oleh 16 kamera meteor khusus. Bola api di langit malam tersebut juga terekam di video bel pintu rumah dan kamera dasbor.
Meteorit itu pecah menjadi tumpukan pecahan dan bubuk berukuran milimeter hingga sentimeter. Pecahan tersebut dikumpulkan dengan menggunakan sarung tangan karet dan disegel dalam kantong polietilen.
Potongan terbesar meteorit ini berupa batu seberat 152 gram. Secara total, material yang ditemukan kurang dari tujuh hari setelah meteor jatuh seberat 531,5 gram.
”Analisis pada meteorit Winchcombe ini memberikan wawasan tentang bagaimana Bumi memiliki air. Para peneliti akan terus bekerja pada spesimen ini selama bertahun-tahun mendatang, membuka lebih banyak rahasia tentang asal-usul tata surya kita,” ujar peneliti yang juga dosen geosains planet di Universitas Glasgow, Luke Daly, dilansir dari Livescience.com, Sabtu (19/11/2022).
Untuk menganalisis mineral dan elemen di dalam batu, para peneliti memoles serta memanaskannya dengan sinar-X dan laser. Hal ini mengungkapkan bahwa batu itu berasal dari asteroid yang mengorbit di sekitar Jupiter. Sekitar 11 persen dari massa meteorit tersebut adalah air.
Untuk memperdalam penelitian ini, para ilmuwan dapat menganalisis batuan ruang angkasa lain di sekitar tata surya, seperti asteroid Ryugu, yang juga ditemukan mengandung bahan pendukung kehidupan seperti asam amino.
Hidrogen dalam air asteroid memiliki dua bentuk, yaitu hidrogen normal dan isotop hidrogen yang dikenal sebagai deuterium. Para ilmuwan menemukan rasio hidrogen terhadap deuterium cocok dengan rasio yang ditemukan dalam air di Bumi.
Oleh karena itu, hal ini menyiratkan air meteorit tersebut dan air di Bumi memiliki titik asal yang sama. Asam amino, bahan penyusun protein, dan kehidupan selanjutnya juga ditemukan di dalam batu angkasa itu.
Langka
Meteorit Winchcombe dikategorikan langka dengan memiliki banyak karbon atau disebut kondrit karbon. Hal itu juga menjadi peristiwa jatuhnya kondrit karbon yang paling akurat tercatat dan dikumpulkan hanya beberapa jam setelah menabrak tanah.
”Sebagian besar tetap tidak terkontaminasi, menjadikannya salah satu meteorit paling murni yang tersedia untuk dianalisis,” ujar penulis studi itu sekaligus peneliti di Natural History Museum, London, Ashley King.
Sebagian besar komposisi meteorit Winchcombe tidak dimodifikasi oleh lingkungan terestrial. Selain air, sampel ini juga mengandung karbon dan nitrogen, termasuk asam amino protein larut.
Untuk memperdalam penelitian ini, para ilmuwan dapat menganalisis batuan ruang angkasa lain di sekitar tata surya, seperti asteroid Ryugu, yang juga ditemukan mengandung bahan pendukung kehidupan seperti asam amino. Riset komprehensif mengenai batuan luar angkasa akan memberi wawasan lebih baik tentang batuan mana yang membantu membentuk Bumi serta dari mana asalnya.