Kasus Covid-19 Melonjak, Perkuat Kapasitas Layanan Kesehatan
Layanan di sejumlah fasilitas kesehatan mulai terganggu. Hal ini disebabkan jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 terus bertambah seiring lonjakan kasus penyakit infeksi tersebut.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan lonjakan jumlah kasus baru Covid-19 dalam dua pekan terakhir, layanan kesehatan masyarakat di sejumlah fasilitas kesehatan mulai terganggu lantaran sebagian tenaga kesehatan terpapar penyakit infeksi tersebut. Agar layanan kesehatan tidak kolaps akibat penumpukan pasien menjelang libur Natal dan Tahun Baru, kapasitas fasilitas kesehatan perlu diperkuat disertai peningkatan disiplin penerapan protokol kesehatan di masyarakat.
Di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta, misalnya, tenaga kesehatan yang positif terpapar Covid-19 terus bertambah setiap harinya. Menurut Kepala Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Melvin Sijabat, tenaga kesehatan yang terserang Covid-19 akan isolasi mandiri selama lima hari hingga tidak mengalami gejala dan uji antigen menunjukkan hasil negatif.
”Berkurangnya tenaga kesehatan (akibat terinfeksi Covid-19) menyebabkan kami kewalahan dalam melayani masyarakat. Ini sama seperti awal penemuan kasus Covid-19 (awal tahun 2020),” ujarnya, di Jakarta, Jumat (18/11/2022).
Di sisi lain, pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas dibagi menjadi dua, yakni infeksius dan non-infeksius. Pembagian ini membutuhkan tenaga kesehatan yang cukup, tetapi tidak dapat dilakukan secara maksimal lantaran mereka terinfeksi Covid-19 dan perlu isolasi mandiri.
Hal senada juga terjadi di fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya, seperti Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Perorangan Puskesmas Kecamatan Cilandak Nurman menyebutkan, terjadi kenaikan kasus positif pada tenaga kesehatan.
”Pada pekan ini ada cukup banyak (tenaga kesehatan) yang terpapar dan positif Covid-19. Pelayanan kesehatan masyarakat juga perlu disesuaikan dengan tenaga kesehatan yang tersisa,” kata Nurman.
Sementara di rumah sakit belum terlihat ada peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang signifikan. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, misalnya, masih berlangsung seperti biasa. Pada Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Utara, hanya menara satu, enam, tujuh, dan delapan yang beroperasi dan tidak ada peningkatan aktivitas yang signifikan.
Kasus meningkat
Merujuk data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di laman covid19.go.id, peningkatan kasus Covid-19 mulai terjadi pada awal November 2022. Pada saat itu, temuan kasus baru 31 Oktober 2022 sebanyak 2.457 orang meningkat hampir dua kali lipat menjadi 4.707 kasus baru. Per Jumat (18/11/2022), kasus baru Covid-19 bertambah 6.699 orang dan kematian bertambah 32 orang. Peningkatan kasus baru tertinggi sejauh ini masih pada 16 November 2022, yakni 8.486 orang.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, subvarian baru Omicron bersifat lebih menular dan cenderung mudah bermutasi sehingga tenaga kesehatan yang positif terpapar Covid-19 dan gangguan pelayanan kesehatan tidak dapat dihindarkan.
Untuk mengantisipasi banyaknya tenaga kesehatan yang isolasi mandiri, fasilitas kesehatan dapat memberlakukan pergeseran atau rotasi jam kerja menyesuaikan kebutuhan. Seluruh tenaga kesehatan juga diimbau untuk melakukan vaksinasi booster atau penguat dosis keempat untuk meminimalkan gejala dan dampak infeksi Covid-19.
”Langkah lainnya, RSDC (Wisma Atlet Kemayoran) telah dibuka kembali, penambahan tempat tidur, serta obat dan alat kesehatan di rumah sakit. Selain itu, pengujian dan penelusuran kasus Covid-19 di puskesmas juga terus ditingkatkan,” ucapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, kasus Covid-19 diperkirakan akan terus naik hingga akhir November 2022. Puncak kasus akan terjadi ketika dominasi varian mencapai 90 persen. ”Saat ini subvarian XBB sudah di atas (mencapai) 60 persen, sedikit lagi mencapai puncak. Setelah itu baru terjadi penurunan. Kenaikan kasus ini akibat dari varian baru,” ujarnya.
Budi menegaskan, peningkatan gelombang kasus Covid-19 tidak disebabkan oleh liburan, tetapi penyebaran varian baru Omicron. Oleh karena itu, libur Natal dan Tahun Baru kemungkinan tidak akan terpengaruh Covid-19.
Secara terpisah, epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, menyebutkan, pemerintah perlu mendata secara menyeluruh tenaga kesehatan dan pelayan publik yang pernah terinfeksi Covid-19. Karena satu dari lima atau 20 persen penyintas Covid-19 berpotensi untuk mengalami long Covid, yakni efek pascacovid, seperti batuk, diare, dan sakit kepala.
”Perlu perhatian dan kelonggaran terhadap tenaga kesehatan karena tidak bisa melakukan tugasnya seperti biasa. Penyesuaian perlu diperlukan untuk menghadapi kondisi yang tidak terjadi sebelumnya,” ucapnya.