Kenaikan Drastis Kasus Harian Covid-19 akibat Subvarian XBB
Kasus aktif Covid-19 meningkat 97,3 persen selama dua minggu terakhir. Kasus positif harian mengalami peningkatan tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, yaitu 7.893 kasus dari sehari sebelumnya 4.408 kasus.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saat ini terjadi tren kenaikan drastis kasus aktif dan kematian akibat Covid-19. Keberadaan virus subvarian XBB serta berbagai kegiatan di masyarakat yang mulai longgar menjadi pemicu. Masyarakat diimbau tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi agar keparahan akibat Covid-19 dapat terus ditekan.
Data terakhir yang dihimpun pada Selasa (15/11/2022), kasus aktif mengalami peningkatan sebesar 97,3 persen selama dua minggu terakhir. Kasus positif harian mengalami peningkatan tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, yaitu 7.893 kasus dari sehari sebelumnya 4.408 kasus. Pada Rabu (16/11/2022) terdapat penambahan 8.486 kasus positif.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak Minggu (13/11/2022) terjadi peningkatan tren perawatan di rumah sakit sebesar 21,86 persen, yang juga diikuti dengan peningkatan kasus kematian sebesar 18,53 persen. Kementerian Kesehatan juga melaporkan 40 persen pasien dengan gejala sedang-berat-kritis belum divaksin sama sekali dan 74 persen pasien belum vaksinasi penguat atau booster.
Virus yang baru ini bisa meloloskan diri dari tiga-tiganya. Makanya, kita lihat gejalanya orang yang sudah divaksinasi pun bisa tetep terinfeksi oleh Omicron dan teman-temannya.
Amin Soebandrio, Guru Besar Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan, tren kenaikan kasus ini terjadi karena varian Covid-19 jenis Omicron telah bermutasi begitu cepat menjadi subvarian yang dikenal dengan XBB. Selain itu, peningkatan terjadi karena banyaknya kegiatan berkumpul di tempat umum yang kembali diizinkan.
”Sifat virus memang bermutasi. Diharapkan nantinya jenuh dan akhirnya bisa terkendali. Ternyata ilmuwan dan kita lihat sendiri varian Omicron ini lebih cepat bermutasi,” ujar Amin pada siaran langsung di kanal Youtube Satgas Penanganan Covid-19 pada Rabu (16/11/2022).
Menurut Amin, manusia akan membentuk antibodi secara otomatis setelah terinfeksi virus sehingga virus akan sulit menginfeksi tubuh kembali. Namun, varian XBB ini memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri dari serangan antibodi manusia. Hal ini yang menyebabkan kasus terkonfirmasi kembali tinggi.
”Jadi, sebenarnya antibodi itu ada tiga, satu yg diperoleh dari infeksi, kedua diperoleh dari vaksinasi, dan ketiga yang diberikan saat seseorang sakit berat. Nah, ini virus yang baru ini bisa meloloskan diri dari tiga-tiganya. Makanya, kita lihat gejalanya orang yang sudah divaksinasi pun bisa tetap terinfeksi oleh Omicron dan teman-temannya,” kata Amin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tidak menganggap varian XBB sebagai hal yang dikhawatirkan. Walaupun varian ini lebih menular, hal itu tidak sampai menyebabkan gejala pasien menjadi lebih berat atau fatal.
Sementara itu, Prasenohadi, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, mengatakan, sejak awal pandemi pada Maret 2020 hingga saat ini, November 2022, gejala yang ditimbulkan berubah semakin ringan.
”Pada awal pandemi, pasien yang datang kebanyakan dengan sesak napas berat, kemudian setelahnya saat varian Alfa dan Delta kita (tenaga kesahatan) mendapati pasien yang dengan pengentalan darah, sekarang hanya demam ringan,” ujar Praseno.
Ia menambahkan, berbeda dengan varian Alfa dan Delta yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, pasien yang terinfeksi varian baru ini tidak terlalu membutuhkan perawatan khusus karena gejala yang ditimbulkan ringan. Pasien saat ini cukup diberi vitamin dan isolasi mandiri di rumah.
Menurut dia, gejala ringan bahkan tanpa gejala yang dirasakan pasien terkonfirmasi Covid-19 merupakan efek dari kebijakan vaksinasi yang dijalankan pemerintah. Vaksinasi membuat tubuh menjadi lebih kuat menangkal virus.
”Mungkin saja mutasi-mutasi ini menyebabkan virusnya menjadi lebih lemah atau kekuatannya sama saja dengan yang sebelumnya. Tapi, karena sebagian besar dari masyarakat Indonesia sudah divaksin, tubuh kita lebih kuat menangkal virus,” kata Praseno.
Jangan lengah
Meskipun gejala yang dirasakan ringan, masyarakat diimbau tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan. Bukan tidak mungkin fasilitas kesehatan akan kembali terisi penuh pasien.
”Pemerintah sudah menginformasikan prediksi kenaikan akan terjadi pada libur akhir tahun. Biasanya peningkatannya setelahnya di Januari 2023. Jangan sampai fasilitas kesehatan nanti penuh lagi,” ujar Praseno. Selain itu, dia mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan program vaksinasi dari pemerintah agar kekebalan tubuh atau heard immunity dari masyarakat Indonesia bisa tercapai.