Perkuat Komitmen Negara G20 dalam Penanggulangan Tuberkulosis
Negara-negara anggota G20 bersepakat untuk memperkuat kerja sama dalam penanganan penularan tuberkulosis. Saat ini, jumlah kasus tuberkulosis tertinggi di dunia dilaporkan di India, Indonesia, dan China.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Negara anggota G20 menyumbang hampir 50 persen dari semua kasus baru dan kematian akibat penyakit tuberkulosis. Penguatan dalam upaya penanggulangan tuberkulosis dilakukan melalui peningkatan kerja sama dan pembiayaan bersama.
Juru bicara G20 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, di Bali, Selasa (15/11/2022), mengatakan, tuberkulosis (TBC) menjadi salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan sampingan dari para menteri kesehatan G20. Negara anggota pun sepakat untuk memperkuat penanganan TBC guna mencapai target akhir TBC pada 2030. Selain TBC, disepakati juga penguatan dalam penanggulangan resistensi antimikroba dan penanganan kesehatan dengan konsep ”One Health”.
”Negara G20 punya peran penting untuk memperkuat respons global dalam mengakhiri tuberkulosis. Menteri kesehatan negara anggota G20 pun telah sepakat untuk meluncurkan seruan aksi pembiayaan guna penanggulangan tuberkulosis,” katanya.
Ia mengatakan, seruan tersebut mendesak setiap negara guna memobilisasi sumber daya untuk kebutuhan penanggulangan TBC yang belum terpenuhi. Pengembangan dan ketersediaan vaksin TBC pun diharapkan bisa dipercepat. Selain itu, setiap negara diminta untuk semakin memperkuat kegiatan pencegahan dan pengendalian TBC.
Negara G20 punya peran penting untuk memperkuat respons global dalam mengakhiri tuberkulosis. Menteri kesehatan negara anggota G20 pun telah sepakat untuk meluncurkan seruan aksi pembiayaan untuk penanggulangan tuberkulosis.
Nadia menyampaikan, para pemimpin juga menyampaikan dukungannya dalam memperkuat hubungan internasional dan menjalin kemitraan dalam pembiayaan yang berbasis hak, sensitif jender, dan multisektoral secara berkelanjutan. Kurangnya pendanaan yang memadai telah menjadi penghalang penting untuk mengakhiri epidemi TBC.
Diperkirakan, dunia membutuhkan sekitar 13 miliar dollar AS pada 2022. Kebutuhan itu meningkat menjadi 19,6 miliar dollar AS per tahun pada 2023-2030 untuk mengakhiri TBC.
Negara-negara G20 diharapkan dapat memimpin upaya peningkatan sumber daya tambahan untuk menutup kesenjangan investasi pada penanganan TBC. Investasi global perlu meningkat empat kali lipat pada 2023 agar dapat mencapai pendanaan yang dibutuhkan untuk dan mengakhiri penyakit menular tersebut pada 2030.
TBC merupakan salah satu penyebab utama kematian tertinggi akibat penyakit menular. Setiap hari ada 4.100 kematian di dunia akibat penyakit ini. Kasus TBC tertinggi berada di negara G20, yakni India, Indonesia, dan China.
Di sela-sela rangkaian acara KTT G20 pada Senin (14/11/2022), di Bali, perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab dilakukan untuk menanggulangi TBC di Indonesia. Perjanjian tersebut disepakati antara Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan perusahaan dari Uni Emirat Arab yang disaksikan oleh Menteri Kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kerja sama dalam penanggulangan TBC terus diperluas. Penannggulangan TBC juga menjadi bagian dari transformasi layanan kesehatan primer.
Pada kerja sama dengan UEA, perusahaan asal UEA akan bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia guna mengembangkan pusat kesehatan untuk TBC. Uni Emirat Arab melalui Nota Diplomatik Kedubes PEA menyampaikan komitmen Pemerintah Uni Emirat Arab untuk memberikan hibah berupa financial aid (bantuan keuangan) sebesar 10 juta dollar AS untuk mendukung program pencegahan TBC di Indonesia.
”Kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam membangun kapabilitas Indonesia yang dilakukan melalui transfer teknologi dan pengetahuan serta memanfaatkan solusi terbaik di kelasnya dalam meningkatkan ekosistem kesehatan di Indonesia,” kata Budi.
Sebelumnya, Budi dalam pembukaan pertemuan multisektor TBC di Surabaya, Rabu (9/11/2022), mengatakan, Indonesia menargetkan pemeriksaan TBC bisa meningkat menjadi 60.000 kasus per bulan mulai Januari 2023. Penambahan target ini diharapkan dapat mendorong laju pemeriksaan TBC yang masih rendah saat ini.
Dari estimasi 969.000 angka kejadian di Indonesia pada 2021, kasus TBC yang ditemukan baru 600.000 kasus. Untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya dengan memperluas penapisan dengan sinar-X dan memberikan terapi pencegahan TBC pada kontak serumah dengan pasien.
”Melalui percepatan ini, saya berharap target eliminasi tuberkulosis pada 2030 bisa tercapai. Mengingat waktu yang kita miliki tinggal 7,5 tahun lagi,” katanya.