Orangtua Berperan dalam Perkembangan Anak Prematur
WHO menyatakan 1 dari 10 anak di seluruh dunia lahir prematur. Dari data tersebut diperkirakan ada 15 juta anak lahir prematur setiap hari.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran orangtua sangat krusial dalam tumbuh kembang anak yang terlahir prematur. Selain itu, kondisi psikologis orangtua juga perlu diperhatikan karena masih banyak stigma negatif di lingkungan masyarakat Indonesia.
Hal ini disampaikan psikolog anak Irma Gustiana Andriani, Selasa (15/11/2022), dalam webinar memperingati World Prematurity Day 2022. Menurut dia, anak prematur memiliki keistimewaan, yaitu memiliki ikatan yang lebih dekat dengan orangtuanya. Maka hal ini harus dimanfaatkan dengan pola asuh yang mengasah dan mengasihi.
”Pola asuh yang mengasah dengan memberikan contoh yang baik bukan memaksa. Pola asuh yang mengasihi dengan mencium dan memeluk lembut serta memberikan apresiasi kepada anak,” kata Irma lulusan Magister Psikologi Universitas Indonesia Kekhususan Mayor Anak.
Kondisi terberat sebenarnya umur 0-90 hari di mana masih masa perawatan di rumah sakit. Setelahnya pertumbuhan anak prematur akan mengejar setelah umur 5 tahun.
Lahir dengan kondisi prematur tidak menghalangi anak mengembangkan potensinya sejak dini dan berprestasi di masa depan. Hal pertama yang dapat dilakukan orangtua untuk memberikan stimulus agar anak dapat berkembang dengan optimal ialah deteksi dini gangguan kesehatan.
”Dengan deteksi dini, orangtua akan paham langkah yang dilakukan untuk penanganan kesehatan. Selain itu, deteksi dini juga dapat mencegah kekurangan gizi pada anak. Hal ini dapat dikonsultasikan dengan dokter,” ujar Irma. Dengan demikian, dokter akan memberikan langkah yang tepat dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Senada dengan Irma, dokter spesialis anak konsultan perinatologi dan neonatologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rinawati Rohsiswatmo menjelaskan, penanganan bayi prematur yang tepat diperlukan bukan hanya untuk memastikan bayi bisa tetap hidup, melainkan juga memiliki kualitas hidup yang baik. Penanganan itu harus dimulai sejak lahir.
”Penanganan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko pada bayi prematur. Anak lahir prematur mempunyai kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya, seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya,” ujar Rina.
Selain itu, pemantauan berkala, perawatan, dan penanganan khusus juga menjadi faktor penting bagi anak yang lahir prematur. Ketika melakukan kontrol rutin ke dokter, orangtua sebaiknya aktif menanyakan kondisi bayi.
"Pertanyaan seperti apakah bayi sudah tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan? Apa yang harus dicapai sesuai dengan usia bayi? Dalam pemeriksaan pertumbuhan bayi penting untuk mengetahui berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi,” ucap Rina.
Kelahiran prematur atau yang juga disebut preterm merupakan kelahiran pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut satu dari sepuluh bayi di seluruh dunia lahir secara prematur. Kondisi ini menyebabkan lebih dari 1 juta bayi meninggal karena preterm atau persalinan kurang dari 37 minggu. Di Indonesia, 84 persen kematian pada anak yang baru lahir disebabkan kelahiran prematur.
Bayi yang lahir prematur berisiko mengalami masalah pernapasan ketika baru lahir, perdarahan intraventrikular, aliran darah jantung abnormal, serta rentan mengalami sepsis atau infeksi. Selain itu, bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko jangka panjang untuk mengalami gangguan penglihatan (retinopathy of prematurity), masalah pendengaran, gangguan belajar, keterlambatan dalam perkembangan, serta cerebral palsy.
Dukungan psikologis
Hal lain yang tidak kalah penting adalah penerapan developmental carepada tumbuh kembang bayi prematur. Perawatan ini meliputi keterlibatan keluarga, upaya untuk meminimalkan stres, dan mengoptimalkan pemberian ASI kepada bayi.
”Ibu yang melahirkan bayi prematur juga rentan mengalami kecemasan, depresi pascapersalinan,post-traumatic stress, dan permasalahan pelekatan dengan bayi,” ujar Rina. Hal ini disebabkan masih adanya stigma mengenai anak prematur.
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendukung orangtua dengan bayi prematur adalah menahan diri untuk tidak memberikan stigma kepada anak prematur. Selain itu, berikan kalimat afirmasi positif dan menawarkan bantuan menjadi sangat berarti bagi para orangtua.
”Kebanyakan perempuan disalahkan atas kelahiran bayi prematur, padahal tidak seharusnya saling menyalahkan. Pasangan harus saling mendukung untuk membesarkan bayi prematur. Itulah kekuatan utama bagi anak,” ujar Irma.
Desi Fatwa, ibu dengan anak yang lahir prematur, membenarkan peran lingkungan yang sangat berarti bagi para orangtua. Menurut dia, membesarkan anak dengan lahir prematur sangatlah berat dan butuh daya juang yang besar.
Benazir Shahna, anak Desi, lahir prematur dengan berat 529 gram pada usia kehamilan 25 minggu. Berdasarkan saran dokter, sejak umur satu tahun Shahnaz mengikuti kelas kategori bayi untuk melatih motorik dan sensorik lebih dini. Ternyata keputusannya tepat dan membuat pertumbuhan anak menjadi lebih baik.
Kondisi mata Shahnaz pada umur 70 hari ditemukan tertutup darah sehingga harus dilakukan penanganan menggunakan sinar laser. Ia bersyukur karena semua kendala dapat diatasi dengan bantuan deteksi dini dari dokter.
”Kondisi terberat sebenarnya pada umur 0-90 hari di mana masih masa perawatan di rumah sakit. Setelahnya pertumbuhan anak prematur akan mengejar setelah umur 5 tahun. Dalam fase itu dibutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga serta pasangan,” ujar Desi.
Menurut dia, penanganan tepat sesuai arahan dokter, gizi yang cukup, serta dukungan keluarga dan lingkungan membuat Shanaz berhasil tumbuh menjadi anak yang berprestasi. Dalam waktu dekat, Shanaz akan tampil dalam musik orkestra di Kedutaan Besar Indonesia di Manila, Filipina.
”Selain itu diharapkan orangtua dapat memilih informasi yang benar mengenai penanganan bayi prematur. Karena kebanyakan informasi yang beredar di media sosial bukanlah sumber tepercaya. Saran dokter sudah yang terbaik,” tambah Desi. Ia yakin dengan informasi yang cukup dan benar banyak anak yang lahir prematur di Indonesia akan terselamatkan.