Keterlibatan anak muda perkotaan dalam diskursus kesetaraan jender cenderung pasif. Diskusi dan dialog yang bermakna soal kesetaraan jender di media sosial juga masih minim.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran untuk membahas norma jender kian tecermin secara masif di ranah media sosial. Hal ini ditandai dengan respons positif milenial perkotaan saat membahas kesetaraan jender, terutama ketika membahas perempuan sebagai pengasuh utama anak dan keluarga ataupun kepemimpinan yang menyebut laki-laki sebagai pemimpin dan perempuan sebagai peran pembantu.
Demikian hasil riset Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) yang dilakukan pada 1 April 2020-31 Mei 2022 kepada anak muda usia 18-39 tahun. Data riset ini dihimpun dari jutaan percakapan yang terjadi lewat kampanye di media sosial.
Kampanye di media sosial tersebut dilakukan oleh mitra lokal Investing in Women (IW) yang terdiri dari Magdalene, Rumah Kita Bersama, Yayasan Pulih, dan Plan Indonesia serta lembaga di luar jaringan mitra lokal.
Keterlibatan anak muda perkotaan itu masih terwujud dalam bentuk yang pasif, seperti like, retweet, share, quote, dan views. Masih sangat sedikit keterlibatan yang berupa diskusi dan dialog yang bermakna di media sosial.
Retna Hanafi, peneliti LP3ES, menjelaskan, media sosial bisa berperan dalam mengubah perspektif masyarakat terkait kesetaraan jender. Peran ini sangat terasa ketika membahas konsep norma jender, seperti perempuan sebagai pengasuh utama anak dan keluarga (caregiver), persepsi laki-laki sebagai pencari nafkah utama (breadwinner), persepsi adanya perbedaan jenis pekerjaan (job segregation), dan persepsi perempuan lebih baik sebagai peran pembantu dan laki-laki sebagai pemimpin (leadership).
Riset ini menemukan 2.480.486 penyebutan norma jender dalam isu seperti kepemimpinan, pencari nafkah, pengasuh, dan perbedaan jenis pekerjaan. Norma jender yang paling banyak dibicarakan seperti kepemimpinan (34,67 persen), pencari nafkah (23,43 persen), pengasuh (21,12 persen), dan perbedaan jenis pekerjaan (20,78 persen). Sementara respons positif paling banyak terdapat pada isu pengasuh sebesar 87,97 persen dan isu perbedaan jenis pekerjaan 63,94 persen.
”Keterlibatan anak muda perkotaan itu masih terwujud dalam bentuk yang pasif, seperti like, retweet, share, quote, dan views. Masih sangat sedikit keterlibatan yang berupa diskusi dan dialog yang bermakna di media sosial,” ujar Retna saat acara diskusi dan peluncuran riset bertajuk Teroka Perbincangan Norma Gender di Kalangan Anak Muda Perkotaan di Media Sosial secara virtual, Selasa (15/11/2022).
Peneliti LP3ES lainnya, Nurul Hasfi, menyampaikan, anak muda perkotaan semakin sadar akan kepemimpinan perempuan. Hal ini ditunjukkan dengan lebih banyaknya ucapan selamat kepada perempuan pemimpin yang terpilih. Walaupun demikian, masih terdapat pandangan emosional dan subyektif tentang perempuan ketika menjadi pemimpin.
Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi LP3ES Wijayanto menerangkan, penelitian ini menggabungkan analisis mahadata dari jutaan percakapan di media sosial, etnografi digital pada akun media sosial mitra IW, serta wawancara baik dengan mitra lokal IW maupun audiens akun media sosial mereka.
Meski jutaan percakapan berhasil dihimpun, diskusi yang membahas secara substantif kesetaraan jender, seperti isu pengasuhan dan kepemimpinan perempuan, masih kurang. ”Hal lain yang perlu digarisbawahi yakni minimnya audiens laki-laki yang terlibat dalam penelitian ini,” ucapnya.
Jane L Pietra dari Yayasan Pulih mengatakan, norma jender yang paling dibahas di media sosial saat ini sebatas kepemimpinan, pengasuhan, perbedaan jenis pekerjaan, dan pencari nafkah. Media sosial masih menjadi ruang utama bagi kelompok konservatif untuk menyebarkan pandangan mereka yang bertolak belakang dengan kampanye norma jender yang progresif.
”Kampanye media sosial tidak dapat berdiri sendiri karena perlu didukung oleh individu, kelompok atau komunitas, dan institusi. Hal ini untuk memberikan pandangan kritis, advokasi, dan perubahan kebijakan,” kata Jane.