Wawancara Khusus Menkes: Dana Pandemi Solusi Atasi Krisis Keuangan Global
Dana Pandemi menjadi salah satu hasil konkret dari pertemuan Presidensi G20 Indonesia. Namun, bagaimana pemanfaatan dari dana ini? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjawabnya.

Menteri Budi Gunadi Sadikin memberikan pernyataan tentang dana pandemi atau pandemic fund yang dibentuk untuk memperkuat kesiapan setiap negara, terutama negara berkembang dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022).
Di sela-sela acara peluncuran Dana Pandemi yang menjadi rangkaian Presidensi G20 Indonesia, Kompas mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai secara khusus Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022). Dana pandemi ini dibentuk untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan terkait pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi di masa depan. Berikut petikan wawancara tersebut.
Bagaimana proses pembentukan Dana Pandemi atau Pandemic Fund sampai akhirnya bisa diluncurkan? Apa pula yang akan dilakukan setelah peluncuran ini?
Pandemic Fund ini merupakan hal yang diteruskan dari Presidensi G20 Italia yang pada waktu itu belum selesai finalisasinya. Dari hasil kajian yang dibuat bersama dengan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dibutuhkan setidaknya 10 miliar dollar (AS) per tahun untuk bisa mempersiapkan dunia atas kemungkinan pandemi global yang besar nantinya.
Untuk itu, butuh struktur, tata cara, atau mekanisme di mana dana ini bisa terbentuk. Sama seperti di tahun 1944 di Amerika Serikat pada saat pemimpin dunia membentuk IMF atau International Monetary Fund dan World Bank untuk mengatasi krisis ekonomi global akibat dari perang dunia kedua. Dan ternyata terbukti IMF dan World Bank bisa jadi pilar dari arsitektur keuangan global untuk melindungi kita dari krisis finansial global berikutnya.
Jadi kita percaya di tahun 2022, sejarah terulang kembali. Di Bali pemimpin dunia berkumpul untuk mendirikan Pandemic Fund. Ini yang menjadi pilar utama arsitektur kesehatan global. Jadi nanti ke depan, Pandemic Fund akan bisa melindungi dunia dari krisis-krisis kesehatan global. Sementara, IMF dan World Bank itu melindungi dunia dari krisis keuangan global.
Bagaimana keberlanjutan agar Dana Pandemi bisa terimplementasi dengan baik?
Berbeda dengan keuangan, di kesehatan ada dua sisi yang harus diperhatikan, yakni penggalangan dana dan penggunaan dana. Kalau di keuangan, penggunaan dananya relatif lebih mudah. (Dana) ditransfer ke negara yang neraca (keuangan)-nya bermasalah. Dengan begitu, negara itu bisa sembuh dan selesai masalah ekonominya. Sementara di kesehatan, meski sudah diberikan uangnya itu belum tentu bisa sembuh. Misalnya di Indonesia, kemarin kita sudah punya uang tetapi tidak bisa membeli vaksin, masker, dan obat-obatan.

donor dan kontribusi dalam dana pandemi
Untuk saat ini, penggalangan dana di Pandemic Fund sudah selesai. Mekanisme sudah terbentuk di World Bank. Negara-negara juga sudah percaya dan sudah menyetorkan uangnya. Tinggal sekarang bagaimana penggunaan dananya. Sekarang sudah ada Pak Chatib Basri yang duduk di sana (Dewan Pengelola Dana Pandemi) dengan Menteri Kesehatan Rwanda, mewakili Indonesia.
Mereka bersama WHO dan organisasi internasional kesehatan global seperti CEPI, GAVI, dan Global Fund sedang merancang bagaimana cara yang paling efektif untuk penggunaan dananya. Diharapkan di akhir tahun ini atau di awal Januari sudah siap.
Mekanisme pemanfaatan Dana Pandemi ini dalam bentuk apa?
Ini akan berbentuk hibah tetapi Pandemic Fund ini bisa berfungsi sebagai katalis artinya bisa mengajak sumber pendanaan lain. Jadi nanti dalam praktik di Indonesia, kalau kita mengajukan proposal untuk Dana Pandemi, kita bisa tingkatkan dana yang didapatkan melalui lembaga-lembaga internasional lainnya.
Bagaimana memastikan pemanfaatannya tidak ditentukan oleh donor?
Itu sebabnya, tata kelolanya akan diatur. Jadi vote rate akan diatur untuk memastikan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Pandemic Fund punya tujuan untuk mengatasi pandemi berikutnya. Prinsip apa yang digunakan agar dana ini bisa menyentuh dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat?
Jadi, waktu penggalangan dana memang didasarkan dari pengalaman krisis (kesehatan) kemarin. Dan krisis kemarin itu seperti perang, namun perang menghadapi virus. Memang pada saat perang kita butuh dana besar, tetapi kalau kita persiapkan sebelum perang itu akan lebih baik serta mungkin dana yang dibutuhkan tidak akan sebesar itu dan korbannya juga tidak sebanyak sekarang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berbincang dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, menjelang peluncuran Pandemic Fund atau Dana Pandemi di Mulia Resort Nusa Dua, Bali (13/11/2022).
Jadi kita sudah sepakat, penggalangan dana di Pandemic Fund ini nanti akan sebagian kita akan pakai untuk “peace time” atau masa damai dan ada sebagian untuk “war time”, masa perang.
Yang lebih banyak (dipakai) seharusnya pada saat “peace time”. Lalu apa yang kita persiapkan? Setiap negara terutama negara miskin dan berkembang itu harus perbaiki sistem kesahatan nasionalnya. Itu yang menyentuh langsung rakyatnya.
Setiap negara nanti akan dibantu oleh WHO dengan menggunakan uang dari Pandemic Fund mempersiapkan sistem kesehatan nasional mereka agar kalau ada pandemi berikutnya negara siap, masyarakat siap, dan sistem kesahtan nasionalnya juga siap.
Apa rencana yang akan diajukan Indonesia dalam memanfaatkan Dana Pandemi?
Kita akan lihat mana kebutuhan dana yang paling besar. Kriterianya sudah kita tulis.
Salah satu topik yang ingin kita masukkan yaitu memperkuat jaringan laboratorium kesehatan masyarakat. Kita sadar, begitu terjadi pandemi, ternyata semua ini harus dites sementara kita kekurangan jaringan laboratorium, khususnya public health laboratorium.
Laboratorium ini yang fungsinya untuk monitoring penyebab penyakit di masyarakat. Jadi kita akan membangun jejaring laboratorium ini di semua daerah. Laboratorium ini seperti seperti radar surveilans. Jadi kalau ada sesuatu kita cepat tahu dan penyakit tidak harus menyebar luas. Membangun jaringan laboratorium ini butuh dana besar.
Kedua, kita juga akan mengembangkan bioteknologi. Pandemi besar itu lebih banyak disebabkan karena patogen seperti bakteri, virus, dan parasit, bukan kimia dan lingkungan. Itu sebabnya, kita harus mengembangkan bioteknologi. Jadi ke depan kita harus membangun industri bioteknologi, institusi kesehatan berbasis bioteknologi, laboratorium bioteknologi termasuk untuk genome sequencing, dan mendukung anak bangsa untuk belajar ke luar negeri mengenai bioteknologi. Selain itu kita juga harus memperkuat perusahaan-perusahaan farmasi untuk digiring ke arah sana. Dengan begitu, nanti kalau ada pandemi lagi, kita siap.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) berbincang bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sesuai memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait puncak pertemuan menteri keuangan dan menteri kesehatan dalam Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022). Dalam pertemuan tersebut telah dibentuk Dana Pandemi yang dapat digunakan untuk penanganan pandemi yang lebih baik di masa mendatang.
Itu yang sekarang sedang kita bangun yakni membangun kemampuan research and development, kompetensi dan ahli-ahli di bidang bioteknologi, membangun kapasitas manufaktur untuk obat, alat diagnostik, dan vaksinasi agar kalau ada pandemi kita sudah bisa segera melakukan riset, menemukan jawaban, dan mempriduksi obat, vaksin, dan alat uji yang dibutuhkan.
Bagaimana soal trips waiver (pengabaian hak kekayaan intelektual) atas vaksin selama masa darurat untuk mengatasi kesenjangan dan pandemi?
Jadi masalah yang dihadapi pada saat pandemi adalah negara negara berkembang tidak mendapatkan akses ke emergency medical countermeasure. Itu terdiri dari vaksin, obat-obatan, dan alat uji. Negara-negara berkembang tidak mengakses itu.
Sekarang bagaimana caranya supaya negara-negara berkembang mendapatkan keadilan yang sama untuk bisa mengaksesnya. Salah satu inisiatif dari WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) dengan Trips waiver. Namun, ada beberapa alternatif lain. Ini (ketimpangan vaksin) sebenarnya bukan karena paten saja tetapi masalahnya pada akses. Kalau kita bisa mendapat akses tanpa menyinggung panten itu tidak akan masalah. Jadi jika paten tidak bisa diberikan, asalkan industri itu mau membangun pabrik di Indonesia seharusnya bisa mengatasinya. Jadi kita cari alternatif-alternatif lain yang lebih praktis. Karena substansinya bukan masalah panten tetapi akses yang adil dan merata untuk masyarakat di negara berkembang terhadap vaksin, obat, dan alat uji. Dan itu ada cara lain selain Trips waiver.
Dari Presidensi G20 Indonesia, khususnya di bidang kesehatan, apa saja yang ingin dicapai?
Kalau di kesehatan itu ada lima hal. Satu, pembentukan Pandemic Fund dan itu sudah berhasil. Dua, ketika dananya sudah terhimpun, kita akan bahas soal penggunaannya. Kita juga sudah berhasil untuk menggunakan mekanisme ACT (Access to Covid-19 Tools) Accelerator. Itu nanti akan kita formalkan.
Ketiga, kita mau dorong sharing data genome sequencing laboratorium dunia. Ini sudah sepakat bahwa sharing data itu penting bahwa semua negara maju mau semua data bisa terbuka namun negara berkembang mau selain data yang terbuka juga harus ada benefit sharing.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan pidato pembukaan dalam acara Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Kesehatan Kedua di Bali, Kamis (27/10/2022). Acara yang merupakan rangkaian dari Presidensi G20 Indonesia ini akan membahas lima isu utama, yakni penguatan pendirian dana perantara keuangan, penguatan struktur mobilisasi sumber daya kesehatan esensial, penguatan platform sistem digital untuk dokumen kesehatan internasional, dan perluasan manufaktur kesehatan global.
Keempat, kita juga sudah berhasil mendapatkan persetujuan semua negara G20 untuk standar digital kesehatan paspor. Itu akan masuk ke WHO melalui IHR (regulasi keseahtan internasional) agar nanti kalau terjadi pandemi, orang yang memiliki tes dan vaksin tetap bisa bergerak sehingga ekonomi tidak berhenti.
Kelima, kita juga sudah setuju dengan tujuh negara G20 di bagian Selatan untuk melakukan kolaborasi riset, development, dan manufaktur.