Menteri Pertanian hingga Gubernur Jatim Terima Penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka
Lebih dari 20 orang menerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2022 dari Perpustakaan Nasional. Penghargaan ini diberikan kepada pihak yang dinilai berhasil meningkatkan literasi dan kegemaran membaca masyarakat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka. Penghargaan dari Perpustakaan Nasional ini diberikan pula kepada sekitar 20 pegiat literasi di berbagai daerah.
Nugra Jasa Dharma Pustaloka merupakan penghargaan dari pemerintah untuk individu, kelompok, atau lembaga yang dinilai berhasil mendorong kegemaran membaca dan kegiatan literasi di masyarakat. Penghargaan diberikan di Jakarta pada Senin (14/11/2022) malam.
Penghargaan tahun ini dibagi dalam delapan kategori, yakni Pejabat Publik, Tokoh Masyarakat, Pegiat Literasi, Media Massa, Jurnalis, Pelestari Naskah Kuno, Buku (Pustaka) Terbaik, dan Lifetime Achievement. Ada 25 orang dan lembaga yang menerima Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2022.
Para penerima penghargaan antara lain pendiri komunitas baca Sakila Kerti dari Kota Tegal, Yusqon; pendiri Perpustakaan Bergerak Limbah Pustaka dari Kabupaten Purbalingga, Raden Roro Hendarti; dan pelestari naskah kuno dari Bali, Ida Bagus Suarsana. Adapun Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menerima penghargaan di kategori Pejabat Publik, sementara Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di kategori Lifetime Achievement.
”Ini dedikasi buat seluruh masyarakat di Jawa Timur,” kata Khofifah.
Ia menambahkan, Jatim punya perhatian untuk melestarikan naskah kuno berupa turats karya ulama Nusantara. Pelestarian turats penting untuk menggali kearifan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Indonesia dari zaman lampau. Upaya ini menarik minat Perpustakaan Alexandria di Mesir.
Berdasarkan standar Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), minimal satu orang memerlukan tiga buku baru per tahun.
”Kami akan display turats itu di Mesir ataupun Riyadh dalam dua minggu ke depan. Ini bagian penting karena karya-karya ulama Indonesia sangat kuat nuansa moderasi dan toleransinya,” ucap Khofifah.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando berharap agar penghargaan ini memacu komitmen bersama untuk menjadikan kegemaran membaca sebagai gerakan nasional. Menurut dia, minat baca masyarakat Indonesia tinggi, tetapi terkendala jumlah buku yang tidak memadai.
Berdasarkan standar Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), minimal satu orang memerlukan tiga buku baru per tahun. Namun, jumlah buku di Indonesia saat ini sekitar 22 juta eksemplar, sementara jumlah penduduk mencapai 270 juta orang.
”Artinya, satu buku ditunggu 90 orang. Kita masih kurang bahan bacaan,” kata Syarif. ”Di sisi lain, pemahaman soal literasi di masyarakat belum merata. Masih ada yang bertanya apa mereka boleh masuk ke perpustakaan. Padahal, sudah disampaikan bahwa perpustakaan itu milik masyarakat,” tuturnya.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap bekerja sama dengan perpustakaan untuk membuat langkah inklusif (seperti menyediakan bahan bacaan) bagi masyarakat, utamanya petani. Menurut dia, bahan bacaan penting untuk menambah wawasan tentang praktik pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Amanat
Penerima penghargaan di kategori Jurnalis, Jupriadi Asmaradhana, mengatakan, penghargaan ini adalah amanat untuk lebih giat berkampanye. Ia berencana memperluas cakupan kegiatan literasi ke depan.
Sebelumnya, ia dan rekan-rekannya di Makassar aktif menyuarakan literasi media ke masyarakat, seperti cara mengidentifikasi berita bohong hingga edukasi tentang penggunaan media sosial secara bijak.
”Masyarakat diajari untuk peduli dan paham soal media, terlebih tahun-tahun depan adalah tahun politik. Bahaya jika publik tidak diajari cara menggunakan media sosial dengan bijak,” kata Jupri saat diwawancara terpisah.
Selain literasi media, ia juga aktif di bidang pelestarian bahasa daerah. Jupri merupakan salah satu penggagas Festival Aksara Lontaraq yang berlangsung di Makassar tiga tahun terakhir.
Lontaraq merupakan aksara bagi empat etnis di Sulsel, yaitu Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja. Akibat perubahan zaman, Lontaraq kini jarang dikenal dan digunakan, terlebih oleh generasi muda. Festival Aksara Lontaraq bertujuan untuk mengenalkan kembali aksara asli masyarakat di sana.
Duta Baca Indonesia Heri Hendrayana menambahkan, penghargaan agar tidak dipandang sebagai tujuan utama literasi masyarakat. Penghargaan ini sebaiknya dipandang sebagai tanggung jawab untuk meningkatkan program, lokasi, dan target literasi.
”Perjuangan dan aksi belum selesai. Kita mesti melanjutkan ini dengan program-program yang bisa diterima masyarakat. Program literasi tersebut mesti transparan dan dibuat dengan kerja sama,” ucap Heri yang memiliki nama pena Gol A Gong. Ia juga penerima Nugra Jasa Dharma Pustaloka tahun 2007.