Tingkatkan Kualitas Konten Inklusivitas dan Keberagaman untuk Anak
Pembahasan inklusivitas dan keberagaman sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang majemuk. Konten ini turut dihadirkan dalam Jakarta Content Week 2022.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta Content Week atau Jaktent 2022 diharapkan mengoptimalkan kolaborasi berbagai pihak industri kreatif dalam memproduksi konten-konten bermutu di Indonesia. Ajang ini juga menghadirkan pameran ilustrasi buku anak yang bertujuan meningkatkan kualitas konten inklusivitas dan keberagaman.
Mayumi Haryoto, salah satu pendiri atau Co-Founder Bacapibo, konten digital edukasi anak, mengatakan, konten inklusivitas dan keberagaman masih sangat kurang diulik oleh konten kreator di Indonesia. Meskipun beberapa konten, seperti edukasi seks, dianggap tabu oleh sebagian orang, tetapi pengetahuan itu tetap penting bagi anak.
”Kampanye kami mengangkat konten anak tentang inklusivitas dan keberagaman. Akan ada diskusi untuk mengungkap tema-tema yang sulit dan tabu, tetapi sangat penting. Jaktent menjadi wadah meningkatkan kualitas konten tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers Jaktent 2022 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2022).
Mayumi mengatakan, diskusi akan melibatkan berbagai pihak, termasuk ilustrator dan periset buku anak. Tema yang dibahas pun beragam, mulai dari pendidikan seks, perundungan, dan perilaku emosional yang sulit dikendalikan.
”Bagaimana caranya agar hal-hal itu bisa diungkap dan di saat bersamaan menghindari bias kultur. Kami juga akan melibatkan edukatornya,” katanya.
Menurut Mayumi, pembahasan inklusivitas dan keberagaman sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang majemuk. Menurut dia, representasi identitas sangat penting tergambar dalam konten-konten yang diakses oleh anak.
”Anak butuh representasi. Misalnya, dia bisa melihat karakter seseorang berambut keriting dan kulit gelap itu baik. Jadi, tidak selalu digambarkan berambut lurus dan berkulit putih,” jelasnya.
Diskusi akan melibatkan berbagai pihak, termasuk ilustrator dan periset buku anak. Tema yang dibahas pun beragam, mulai dari pendidikan seks, perundungan, dan perilaku emosional yang sulit dikendalikan.
Mayumi menambahkan, narasi konten menjadi salah satu alat untuk mengajarkan keberagaman. Narasi itu tidak hanya disampaikan melalui buku pelajaran, tetapi juga buku cerita yang mengundang interaksi anak.
”Konten kreator punya kekuatan untuk berkontribusi pada perkembangan sosial dengan membuat konten yang lebih berbobot,” ujarnya.
Jaktent 2022 akan menyelenggarakan 50 sesi acara, seperti gelar wicara, lokakarya, diskusi literasi, konten kreatif, pop-culture dan kuliner. Ajang ini digelar pada 11-13 November di TIM dengan menghadirkan berbagai rangkaian program yang terdiri dari LitBeat, LitBite, LitFest, LitFilm, dan The Market.
General Manager Jaktent 2022 Alvinta Purba mengatakan, Jaktent tahun ini mengangkat tema ”Collabrate” yang merupakan kombinasi dari kolaborasi dan kalibrasi. Konsep ini diartikan sebagai strategi masa depan untuk industri kreatif.
”Kami berharap pada tahun ketiga ini memperkuat akar Jaktent untuk terus berlangsung semakin baik dan bergerak lebih luas sehingga ripple effect yang dihasilkan bisa menyentuh kota-kota lain, bukan hanya Jakarta,” ujarnya.
Perwakilan kurator program LitBeat, Diaz Hensuk, mengatakan, Jaktent menjadi wadah untuk mempertemukan pelaku industri kreatif dalam menyuarakan isu-isu tentang minimnya akses pendataan dan kehidupan berkelanjutan di bidang desain. Pertemuan itu diharapkan memantik konektivitas sehingga lebih produktif berkarya di masa mendatang.
”Jaktent menyuarakan banyak perspektif baru. Ajang seperti ini harus digelar secara rutin dengan beragam isu dan pembicara dari berbagai latar belakang,” katanya.
Perwakilan Frankfurter Buchmesse Fair (FBF) atau Pameran Buku Frankfurt, Claudia Kaiser, mengatakan, sebagai dukungan terhadap Jaktent, pihaknya akan menghadirkan beberapa pembicara dan buku dari Jerman. Hal ini akan membuka lebih banyak peluang kerja sama antara industri kreatif di Asia Tenggara dan Jerman.