Penurunan Fungsi Paru Sebabkan Warga Lansia Rentan Terserang Flu
Orang tua berusia di atas 65 tahun atau lansia lebih rentan terserang flu. Hal ini karena mereka telah mengalami penurunan fungsi paru-paru yang disebabkan penuaan ataupun faktor lain.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Virus influenza penyebab flu yang kerap menyerang saat musim hujan menimbulkan bahaya khusus bagi orang berusia di atas 65 tahun atau lansia. Hasil penelitian menunjukkan, warga lansia lebih rentan terserang flu karena mereka telah mengalami penurunan fungsi paru-paru karena penuaan ataupun faktor lain.
Studi yang mengungkap penyebab orang tua lebih rentan terserang flu ini dilakukan oleh para peneliti dari Michigan Medicine-University of Michigan, Amerika Serikat. Laporan dari studi ini telah terbit di jurnal Nature Communications, 9 November 2022.
Dalam studi ini, tim peneliti ingin melihat pengaruh sel makrofag alveolar kerap dengan faktor usia. Sel imun ini merupakan garis pertahanan pertama di paru-paru manusia.
Makrofag adalah sel kekebalan yang menyerang berbagai komponen asing yang masuk, seperti virus flu. Makrofag hidup di kantung udara kecil atau alveoli di dalam paru-paru. Akan tetapi, sel-sel ini tampaknya hilang seiring bertambahnya usia.
Dalam studi sebelumnya oleh kelompok lain, para peneliti juga telah melihat fungsi makrofag dari tikus tua dan muda. ”Studi tersebut mendorong kami untuk percaya bahwa terdapat sesuatu di paru-paru yang memengaruhinya,” ujar Judi Chen, salah satu penulis utama studi ini dikutip dari situs resmi Michigan Health Lab, Jumat (11/11/2022).
Tanda-tanda terkait kondisi ini merujuk pada modulator imun lipid yang dikenal sebagai prostaglandin E2 (PGE2). Modulator imun ini memiliki efek yang luas, mulai dari induksi persalinan pada kehamilan hingga peradangan dengan artritis.
Tim peneliti menemukan ada lebih banyak PGE2 di paru-paru seiring bertambahnya usia. Peningkatan PGE2 ini, menurut Chen, bekerja pada makrofag di paru-paru dan membatasi kesehatan dan kemampuan organ tubuh tersebut secara keseluruhan.
Tim menduga bahwa penumpukan PGE2 adalah penanda lain dari proses biologis yang disebut penuaan yang terjadi seiring bertambahnya usia manusia. Penuaan juga membelah sel yang rusak dan kemudian sel-sel yang sudah tua tidak lagi dapat bereplikasi.
Studi menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, sel-sel yang melapisi kantung udara di paru-paru akan menjadi tua. Sel-sel ini kemudian menyebabkan peningkatan produksi PGE2 dan penekanan respons imun.
Ke depan, tim peneliti berencana untuk menyelidiki lebih lanjut berbagai cara PGE2 memengaruhi makrofag paru-paru dan peranannya dalam peradangan di seluruh tubuh.
”Salah satu hal yang menarik tentang sel-sel ini adalah mereka mengeluarkan banyak faktor inflamasi. Jadi, seiring bertambahnya usia, kita menjadi lebih rentan tidak hanya terhadap influenza, tetapi juga infeksi lain, kanker, dan penyakit autoimun,” kata Chen.
Kekebalan terhadap flu
Dalam hasil studi lainnya yang dilakukan peneliti dari University of California-Los Angeles (UCLA), beberapa orang yang kebal atau mampu melawan flu berkaitan dengan paparan virus pada masa kanak-kanak. Secara sederhana, paparan virus influenza selama masa kanak-kanak ini memberikan perlindungan parsial pada saat dewasa.
Ahli biologi menyebut, gagasan bahwa paparan masa lalu terhadap virus flu menentukan respons masa depan seseorang terhadap infeksi yang disebut ”pencetakan imunologis”. Hal ini disimpulkan setelah peneliti menganalisis catatan kesehatan yang diperoleh Departemen Layanan Kesehatan Arizona dari rumah sakit dan dokter swasta.
”Sistem kekebalan kita sering berjuang untuk mengenali dan bertahan melawan jenis flu musiman yang terkait erat. Hal ini tetap terjadi meski pada dasarnya flu tersebut disebabkan virus yang sejenis,” kata penulis utama studi tersebut, Katelyn Gostic.
Para peneliti berharap, temuan ini dapat membantu memprediksi kelompok usia yang mungkin terkena dampak parah selama musim flu di masa depan berdasarkan subtipe yang beredar. Informasi itu juga dapat membantu petugas kesehatan mempersiapkan tata laksana termasuk penerima vaksin tertentu yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas.