Habibie Prize 2022 untuk Empat Ilmuwan dari Berbagai Bidang
Empat ilmuwan meraih penghargaan sains Habibie Prize 2022. Mereka merupakan ilmuwan di bidang mikrobiologi laut dalam, kedokteran gigi, teknologi informasi, dan desain komunikasi visual.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat ilmuwan meraih penghargaan Habibie Prize 2022. Mereka merupakan ilmuwan di bidang mikrobiologi laut dalam, kedokteran gigi, teknologi informasi, dan desain komunikasi visual. Penghargaan diharapkan bisa memotivasi ilmuwan lainnya untuk terus berkarya dan memberikan inspirasi kepada generasi muda.
Pengumuman peraih Habibie Prize2022 disampaikan langsung oleh Ketua Pengurus Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM Iptek) Wardiman Djojonegoro di Gedung BJ Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Kamis (10/11/2022).
Keempat ilmuwan yang meraih Habibie Prize 2022 ialah Ocky Karna Radjasa dari BRIN (bidang ilmu dasar); Ika Dewi Ana dari Universitas Gadjah Mada (bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi); Riri Fitri Sari dari Universitas Indonesia (bidang ilmu rekayasa); dan Naufan Noordyanto dari ITS Surabaya (bidang ilmu filsafat, agama, dan kebudayaan).
Ocky Karna Radjasa yang saat ini menjabat Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN merupakan ahli dan salah satu pionir di bidang mikrobiologi laut dalam. Ia memiliki ketertarikan penelitian pada biodiversitas dan bioprospeksi. Ini merupakan upaya sistematis untuk menghasilkan produk baru yang berasal dari mikroba laut dalam.
”Salah satu fungsi biodiversitas adalah untuk mengatasi perubahan iklim. Dengan mempertahankan biodiversitas, kita akan memitigasi dan mengadaptasi perubahan iklim. Jadi, sangat penting mempertahankan biodiversitas ini,” ujarnya saat konferensi pers.
Dari bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi, Ika Dewi Ana meraih Habibie Prize karena dinilai berjasa dalam bidang kedokteran gigi. Ika yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Gigi UGM ini mengembangkan cangkok tulang gigi Gamacha dan Ceraspon untuk mempercepat pembekuan darah serta regenerasi jaringan pasca-operasi.
Dari bidang ilmu rekayasa, Habibie Prize diberikan kepada Guru Besar Teknologi Informasi UI Riri Fitri Sari. Berbagai penelitian telah dilakukan Riri dan grup risetnya mulai dari protokol internet, sistem jaringan internet (IoT), dan blockchain. Riri juga menemukan cara-cara baru dalam penggunaan teknologi informasi di masyarakat seperti standar evaluasi kampus berkelanjutan UI Green Metric.
Kemudian Naufan Noordyanto yang meraih Habibie Prize bidang ilmu filsafat, agama, dan kebudayaan merupakan dosen di Departemen Desain Komunikasi Visual ITS. Keaktifan Naufan dalam berkarya desain mampu mendukung adanya penyebarluasan dari sisi kebudayaan di Indonesia terutama melalui karya poster yang sudah ditekuni sejak 2010.
”Capaian terbesar dari karya seni dan desain itu memberikan penghayatan kepada manusia. Dari sana kita bisa mengenal diri kita, orang lain, maupun realitas dunia yang kita bangun. Karya saya diharapkan bisa memberikan sumbangsih terutama distribusi pengetahuan,” ucapnya.
Memotivasi ilmuwan
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, selama satu bulan terakhir, BRIN menyelenggarakan berbagai rangkaian acara yang memberikan apresiasi kepada para peneliti dengan berbagai jabatan fungsional. Mereka patut diapresiasi karena memberikan berbagai kontribusi yang signifikan terhadap negara dan masyarakat.
”Semoga penghargaan ini bisa semakin memotivasi untuk terus berkarya dan memberikan inspirasi kepada teman-teman dan adik-adik generasi muda yang akan datang. Para periset dengan jabatan apa pun harus mampu menjadi figur publik dalam mendiseminasikan dan memberikan literasi iptek yang lebih baik kepada masyarakat,” ujarnya.
Handoko memastikan pemberian penghargaan ini tetap mengedepankan independesi meski diselenggarakan oleh BRIN dengan dukungan Yayasan SDM Iptek. Ia pun menjamin sistem ataupun pola termasuk independesi ini akan tetap dijaga untuk berbagai pemberian penghargaan yang diselenggarakan BRIN pada tahun-tahun mendatang.
”BRIN berkomitmen melanjutkan warisan dari Habibie Award yang sekarang menjadi Habibie Prize. Melalui penghargaan ini, kami ingin tidak hanya melanjutkan warisan, tetapi juga menjaga semangat dan inspirasi yang dulu dibawa oleh Pak Habibie,” ujarnya.
Habibie Award pertama kali diselenggarakan pada 1999 oleh Yayasan SDM Iptek. Penghargaan ini kemudian berubah menjadi Habibie Prize pada 2020 dengan pihak penyelenggara Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Sejak 1999-2022, tercatat 79 ilmuwan dan tokoh telah menerima penghargaan Habibie Prize. Para penerima penghargaan tersebut dianggap telah berjasa dalam kehidupan intelektual serta membaktikan hidupnya demi kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian.